Cerita Kita [2]

132 4 0
                                    

Babak kedua masih berlangsung dengan panasnya. Dan juga, cuaca hari ini pun panas, tidak seperti sebelumnya yang selalu hujan. Sepertinya ini adalah pertandingan yang akan mengukir sejarah.

Bagaimana tidak? Para kakak kelas sudah kebakaran jenggot lantaran tidak menerima fakta bahwa adek kelas mereka lebih lincah dan gesit dari mereka. Duh! Dasar senioritas!

Terlepas dari itu, aku masih gelisah. Bukan, bukan karena takut Pahlawan Futsal kelasku kalah. Akan tetapi aku merasa kalau punggungku terbakar. Pasti orang itu tengah memperhatikanku dengan seksama.

Kubuang pikiran negatif jauh jauh dari otakku. Aku mencoba beristigfar berulang kali hingga membaca surah Al-Ikhlas berulang kali pula.

Alhamdulillah, Allah sayang padaku. Aku merasa lebih tenang saat beristigfar. Dan rasa tak nyamanku hilang sepenuhnya ketika riuh kemenangan atas kelasku menggema di stadion SMANSA tercinta ini.

Dengan penuh haru aku pun segera ikutan berteriak sebentar, lalu bergegas turun dari tribun menuju teman temanku yang bersorak sorai atas kemenangan tipis dari kakak kelas dengan skor,

4-3

"Kalian hebatt guys!" Ucapku bersemangat sambil meninju udara kosong.

Teman temanku tertawa melihat aku yang datang dengan penuh semangat itu.

"Tibak e ndelok to kowe ul, la tak kiro ndekem neng perpus sekolah" Ujar Alfian, salah satu pahlawan futsal kelasku. (Arti : ternyata lihat(pertandingan) ya kamu ul, aku kira kamu asyik di perpus sekolah)

"Wealah ndra, aku ke opo sekejem kui neng kanca kancaku. Lagian sopo ngerti aku iso tepe tepe karo golek pacar ndra haha" Sahutku pada Alfian. Aku memang memanggilnya Andra. Katanya itu nama kecilnya, dan hanya aku yang diijinkan memanggilnya dengan nama itu. (Arti : Ya Ampun ndra, apa aku sekejam itu pada teman temanku? Lagipun siapa tau aku bisa tepe tepe sekalian cari pacar ndra haha)

"Heh! cah cilik gaole pacaran yo! Tak kandakne bapakmu kapok we!" Ujar Andra aka alfian sedikit emosi. (Arti : Heh! anak kecil ga boleh pacaran ya! Aku bilangin ke ayahmu baru tau tasa kamu!)

"Sekarepmu lah ndra. Wo iyo! Selamat Andra koohhh. Ecie cie tadi ngegol in dua kali haha" Jawabku sambil meninju pelan bahunya. (Arti : Terserahmu lah ndra)

"Wehehe iya dong, Alfian Andra Bagaskara gitu loh. Eh btw aku keren gak waktu maen tadi?" Tanyanya dengan seringai menggoda ku.

"Keren kok ndra, keren banget, setara pemain Rt sebelah kok" Jawabku mangut mangut sok polos.

"Heh! Asem lu! Untung sayang" Ujarnya dengan nada lirih di akhir kalimatnya.

"Ha? apa ndra? coba ulangi lagi?" tanyaku setengah linglung.

"Ah enggak enggak. Oh! Ayo foto berdua dong! Pake hp-ku deh" Ujarnya seraya memberikan hp kepada fathur yang berdiri di dekatnya.

"Ayo ul senyum dong!" teriak fathur ke arahku setelah memposisikan kamera.

"Satu... Dua... Tiga...
wa, bagus bagus lagi lagi.... "

Dan begitu seterusnya, tapi aku merinding. Entah kenapa aku merasa diperhatikan 'Orang itu' dari sisi kiriku. Ku beranikan diri menoleh ke kiri saat Andra asyik melihat hasil jepretan fathur.

Dan gotcha! 'Orang itu' memang sedang menatapku secara terang terangan. Bahkan ketika aku sudah diseret Andra untuk ke kantin aku melihat tatapannya masih mengikutiku.

Ya Allah, Ulya salah apa sama orang itu?

eS-eM-A[selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang