***
Deni mengingat pertemuannya dengan Luki dari Halte, ketika semua orang memperhatikan mereka. 'Apakah ternyata tatapan mereka bukanlah tatapan kagum kepada Luki, namun tatapan aneh karena gue yang bicara sendiri?'
'Apakah ternyata, kembalian ongkos bus itu bukan karena discount tapi karena kami hanya dihitung satu?'
'Apakah ternyata, tatapan aneh pedagang asongan tadi'
'Atau jangan – jangan'
Deni merogoh kantong celana sebelah kanan dan mencoba melihat uang kembalian angkot tadi.
'Tiga belas ribu.'
'jadi . . . .'
Deni kembali lagi mengingat apa saja yang dikatakan Luki sepanjang halte sampai didekat rumah Sina. Dan terlintaslah kata demi kata yang dilontarkan Luki. Seketika Deni terdiam. Kemudian tertawa pelan dan semakin lama semakin keras. . .
'jadi begitu . . . '
'BANGSAT!'
Banyak hal di dunia ini yang perlu untuk kita perhatikan dengan seksama. Hal yang bahkan melekat pada diri kita sendiripun bisa menjadi petunjuk nyata dalam menyelesaikan suatu persoalan. Sama seperti cerita ini yang menjadikan nama sebagai kuncinya.
Deni
Luki
Sina
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kemudian . . .
FantasyKarena cinta yang akan dia ungkapkan membawa semua pada kesimpulan . . .