Chapter 1 : Awal

1.8K 71 53
                                    

.
.
.
.
.

Di suatu tempat,

Seorang Pria mengancungkan senjata ke depan di tengah kegelapan malam. Ia memandangi sekelilinginya. Sebuah ruangan yang berasap dan air jatuh menetes menyebabkan banjir di sebagian lantai bangunan.

Ia menoleh ke sekeliling lagi, di rasa aman Ia memandang ke belakangnya dan memberi isyarat untuk masuk.

"Ayo, kita masuk!" perintahnya.

Lalu keluar lah seorang wanita berambut panjang yang tampaknya menuntun seorang anak laki-laki berambut keriting pendek. Sebelah tangannya di genggam oleh seorang gadis kecil berambut pendek. Di belakang mereka melangkahlah seorang anak laki-laki yang lebih tinggi dari kedua anak lainnya. Mereka melangkah diiringi rasa takut di hati mereka masing-masing.

Mereka berlima berjalan di tengah lorong yang tidak terurus itu. Wajah mereka tidak terlihat karena ditutupi oleh kegelapan. Anak laki-laki pendek yang berambut keriting itu menatap ke atas ke arah sang ibu. Ia dapat melihat wajah ketakutan dari sang ibu dari sela-sela cahaya bulan yang menerobos. Peluh keringat sudah membasahi baju merahnya, Ia tampak kelelahan dapat dilihat dari hembusan nafasnya yang cepat. Bukan hanya dia, tetapi juga keempat orang lainnya. Beberapa bagian baju mereka kotor, rambut mereka berantakan dan keringat tubuh mereka dengan begitu derasnya.

Ketiga anak itu, melangkah dengan rasa takut. Remasan pada kedua tangan wanita itu semakin kencang dengan langkah mereka yang semakin jauh.

Pria itu menegak ludah dan mengelap keringat di pelipisnya. Menyebabkan keningnya kotor karena debu yang menempel di tangannya. Sebuah pistol berukuran besar siap di tangannya dan di ancungkan ke depan.

"Kau yakin ini ruangannya" tanyanya pada wanita yang berdiri di sebelahnya. Mereka sudah berjalan jauh dari saat mereka masuk. Beberapa menit kemudian, mereka sampai ke tujuan mereka yaitu sebuah pintu yang mereka yakin sebuah ruangan yang mereka cari sedari tadi. Wanita itu mengangguk tanda menjawab pertanyaan pria dewasa tadi.

Pria itu mengangguk, kemudian Ia menarik pintu untuk membuka sementara yang lain berharap-harap cemas. Akan tetapi, Pintu itu tidak dapat membukanya, bahkan si pria dewasa itu berusaha menobraknya tetapi tetap tidak berhasil.

Wanita di sebelah menghela nafas karena panik, Ia tidak mungkin memperlihagkan kepanikannya kepada ketiga anak di sebelahnya. Ini akan semakin membuat keadaan berbahaya. Ia berusaha tenang dan memutar otaknya untuk berpikir.

Ia dapat melihat sebuah berangkas yang sepertinya pengunci pintu itu.

"Sepertinya berangkas itu adalah pengunci pintu ini. Itu berarti kami harus membuka berangkas itu dulu" ucapnya dalam hati. Ia menepuk pundak laki-laki di depannya. Laki-laki itu menoleh dan menyeringitkan wajahnya bertanda bertanya. Sebelah mata laki-laki itu terlihat karena di sinari bulan di sela-sela langit ruangan yang bocor.

"Lihat itu!" ia menunjuk berangkas yang berada di sebelah pintu itu.

"Tampaknya ini berangkas password. Kita harus memasukkan password yang benar." ucap laki-laki itu setelah memeriksa berangkas pintu itu.

"Kita lihat. Apa password nya berhubungan dengan angka atau huruf" perintah wanita itu kepada laki-laki itu. Dia memeriksa dan menjawab.

"Passwordnya berhubungan dengan huruf. Sepertinya berhubungan dengan nama seseorang!" jelasnya, setelah memerhatikan tombol-tombol berangkasnya.

"Kita coba dengan nama pemilik tempat ini" ucapnya, kemudian Ia mengetikkan nama Arsen dalam bentuk Alfabet. Karena huruf passwordnya juga berjumlah lima.

"No Connect" jawab si berangkas.

"Apa!" teriak laki-laki itu. Ia memukul pintu yang tidak dapat membuka untuk menyalurkan amarahnya karena berangkas password tadi.

Amarah pria itu membuat takut ketiga anak kecil di belakangnya. Sedangkan wanita di belakangnya terkejut, karena password yang sepertinya jawaban ternyata salah. Ia juga terkejut karena amarah sahabatnya yang meledak di depannya. Ia berkata lembut kepada kedua anak kecil yang daritadi menggenggam erat tangannya untuk melepaskannya dan gadis itu mengikutinya tanpa menolak. Wanita itu berjalan mendekati ke temanbya dan menepuk pundaknya.

"Aku yang akan berusaha membukanya. Tenanglah, kau harus ingat ada anak-anak kecil di belakangmu!" serunya lembut, kemudian berjalan menuju berangkas password itu. Sementara pria itu menenagkan amarahnya karena Ia tadi kelepasan dan tidak menyadari bahwa ada anak-anak kecil di belakangnya.

"Nama siapa yang menjadi jawabannya ya?" ucapnya sembari berpikir. Ia menggigit bagian bawah bibirnya yang pucat kemudian mengetikkan nama.

"Jika buka si tuan rumah. Lalu siapa yang menjadi passwordnya!" serunya dalam hati. Ia ingin melampiaskan kekesalannya, tetapi Ia ingat bahwa Ia harus tetap tenang di keadaan apa pun demi ketiga anak di belakangnya.

Ia, menggepalkan kedua tangannya di samping tubuh untuk menahan amarahnya yang bergejolak. Dia menutup mata dan tiba-tiba sileut seseorang yang berdiri di pintu berangkas itu melintas di pikirannya saat menutup mata. Seorang pria yang memakai sebuah setelan merah, dari belakang sepertinya Ia menggunakan topeng dan sebuah topi di kepalanya. Ia berbicara dengan membelakangi posisi wanita itu.

"Aku membangun ruangan dan berangkas ini khusus untukmu. Jadi apa kau suka?" tanyanya entah kepada siapa. Ia kembali berbicara tanpa mendengar jawaban dari pertanyaannya yang tadi.

"Untuk bisa membuka berangkas ini. Hanya ada satu cara, yaitu mengetikkan nama pemilik berangkas ini," orang itu menunjuk berangkas di depannya. Wanita itu agak lupa, bukan pemilik rumah ini tapi sang pemilik berangkas. Ia mengetikkan nama sang pemilik berangkas.

"Kairi" gumamnya dengan sendu.

"Connection. Congratulation!" seru suara dari berangkas di depannya. Pintu di depan mereka otomatis terbuka. Kini wanita itu mengambil tangan kedua anak tadi. Sedangkan anak laki-laki tinggi di belakangnya kini melangkah menuju samping anak laki-laki yang lebih pendek darinya.

Pria dewasa itu berdiri paling depan di antara yang lain. Ia menutupi matanya karena silau oleh sesuatu yang terpancar dari dalam pintu yang terbuka. Pintu telah terbuka lebar. Mereka semua masuk dengan di pimpin oleh laki-laki dewasa itu.

Dengan lampu ruangan itu, kini terpampang wajah mereka yang berantakan. Wanita yang menggenggam tangan kedua anak kecil itu tampak berantakan dengan rambut panjangnya yang lepek oleh keringat begitu juga sweeter crim nya kotor di bagian depan. Terdapat noda di kedua pipinya juga pelipisnya sedikit memar. Ketiga anak bersamanya juga ikut berantakan sepertinya, baju dan rambut mereka lepek oleh keringat dan beberapa debu menempel di wajah mereka.

Pria dewasa di depannya bahkan lebih parah. Pelipis laki-laki itu terluka parah, kedua sudut bibirnya sobek, dagunya terdapat memar biru dan kedua tangannya yang masih memegang pistol terdapat darah yang terlihat masih segar. Ia menghela nafas dan menoleh ke belakang.

"Kita tinggal di sini untuk sementara waktu." ucapnya dengan keputusan mutlak. Wanita yang dipandanginya menganggukkan kepala sedangkan ketiga anak kecil itu hanya menatapnya dalam diam.

Bersambung
.
.
.
.
.

Bagaimana prolognya para readers?

Kurang menarik atau sudah pas dengan kriteria pembaca.

Oh ya, Author ingin mengatakan bahwa nama Arsene=Arsen, jadi e nya dihilangin. Oleh karena itu Keeichiro mengetikkan nama arsen karena tombol berangkas itu ada 5 huruf sebagai kuncinya.

Sinopsis chapter 2

Keiichiro dan Tsukasa menemukan ruangan yang telah di siapkan untuk mereka sebelumnya di mana banyak koleksi Lupin tersembunyi.

Baiklah terimakasih bagi pembaca dan vote. Sebelum baca kelanjutannya, jangan lupa di vote dulu ya. Vote itu gak makan biasaya kok^^

LupinRanger VS PatRanger : The Future Of The Next TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang