Bagian 7 - Pengurus Kelas

197 83 42
                                    

Saat hujan turun, semua menjadi kenang. Bahkan rintiknya bukan lagi air. Tetapi rindu yang berguguran.

Saat kopiku terseduh, semua menjelma jadi kenang. Bahkan isi cangkirnya bukan lagi air. Tetapi kau yang menggenang.

• • •

Noted : pas baca sajaknya pake lagu ini cocok guys!!

• • •

Hujan deras di pagi itu ternyata cukup berisik untuk membangunkan seorang Jessie Evangeline dari tidur nyenyaknya, Jeje segera bersiap seperti hari biasanya, ini sudah hari ke-3 MPLS artinya hari ini dia akan memimpin gladi bersih ekskulnya untuk Demo Ekskul besok. Hal ini membuat Jeje sangat bersemangat untuk segera berangkat ke sekolah.

Sampai di bawah, ia tidak melihat kakaknya sama sekali. Hanya ada Diana, ibunya dan Mbak Puput yang sedang sibuk di dapur.

"Loh mama, bang Alaric mana?" Tanya Jeje, dirinya sibuk membereskan isi tasnya lalu kemudian duduk di meja makan.

"Tadi malam, mama kan seperti biasa jadi Satpam keliling kamar kalian berdua tuh, nah, badan Alaric panas. Mama pikir dia tidak usah sekolah hari ini, jadi tadi pas dia turun kebawah mama suruh istirahat saja hari ini. Besok kan dia jadi panitia" Diana menaruh sepiring roti berlapis selai kacang dan segelas susu full cream di depan Jeje.

"Udah, makan dulu. Nanti dianterin papa aja"

"Oke"

Karena hari ini hujan turus dengan sangat deras, Jeje terpaksa pergi diantar Justine dengan mobil. Masalahnya, karena menggunakan mobil. Ia terancam terlambat, kini jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lewat lima puluh menit dan Jeje masih menunggu lampu merah berganti menjadi hijau.

"Santai aja kali Je, papa juga dulu kalo sekolah gak pernah gak telat, selalu telat kalo gak telat ya, telat banget"

Menurut Justine, telat merupakan kebanggaan tersendiri, rekor berangkat terlambat ke sekolah miliknya belum ada yang bisa menandingi. Padahal, Jeje juga biasa terlambat. Tapi di kelas sebelas ini, dirinya ingin memberikan kesan yang baik dengan datang lebih pagi setiap harinya.

"Ya ini juga santai kali pa"

"Muka kamu kayak orang bingung"

"Jeje lagi mikir"

"Mana bisa mikir sambil ngomong"

"Ya papa ngajak Jeje ngomong"

Akhirnya lampu yang tadinya berwarna merah itu berubah menjadi hijau, Justine segera menaikkan kecepatan mobilnya.

"Je, udah sampe"
"Ngelamun terus"
"Udah punya pacar ya?"

Jeje tersentak di pertanyaan yang terakhir.

"Apasih papa, jangan bikin hoax yang enggak-enggak deh. Yaudah Jeje masuk dulu" Setelah menyalami tangan Justine, dia segera berlari masuk kedalam.

Sayangnya, hujan deras ini membuat koridor licin dan dia tidak sengaja menabrak lelaki culun dengan kacamata hitam tebal dan baju kebesaran yang dimasukkan dengan rapih ke dalam celananya.

"Aduh maafin gue" Jeje memegangi kepala nya yang terbentur lantai koridor.

"Maafin saya juga"

Deg

Suara ini.. Jeje mengenalnya.

"Woy nama lo siap-"

Namun ternyata lelaki yang ditabraknya barusan sudah tidak ada disekitarnya, cepat juga ia menghilang.

Hidden FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang