Chapter 7

10.1K 862 95
                                    

Aku mengerjapkan mataku saat merasakan sesuatu yang basah juga lembut menyentuh kedua mataku. Sedikit mengeryit ketika bau obat yang masih mendominasi merengsek masuk kedalam indra penciuman. Saat mataku benar-benar terbuka, sepasang phoenix lansung menyambutku. Aku tidak bisa menahan bibirku untuk tersenyum ketika sekali lagi aku tersesat didalam sorot matanya.

"Bagaimana keadaanmu ?" tanyanya.

"Berapa lama kau memandangiku ?" tanyaku masih setia mengulas senyumku.

"Kau suka sekali bertanya daripada menjawab. Bagaimana keadaanmu ?" tanyanya. Merasa lega ketika merasakan bahwa Chanyeol yang sebelumnya telah kembali.

"Lebih baik. Berapa lama kau memandangiku ?" ucapku mengulang pertanyaanku kembali.

"Selama aku hidup"

Pipiku telah dipastikan merona ketika mendengarnya. Apa dia sedang merayuku ?.

"Apa kau sedang merayuku ?"

"Kau tahu aku buruk dalam hal itu Baekhyun" ucapnya sedikit terkekeh.
Tapi kau melakukannya dengan sangat baik Chanyeol, batinku.

"Aku ingin pulang" rengekku.

"Sekarang ?" tanya Chanyeol sambil melihat jam dipergelangan tangannya.

"Sekarang" ucapku penuh keyakinan.

"Tapi dokter belum mengijinkanmu untuk pulang hari ini Baekhyun. Lagipula ini sudah sangat malam" ucap Chanyeol. Aku menggeleng.

"Aku ingin pulang sekarang Chanyeol. Lagipula ini terasa terlalu berlebihan sampai aku tidak boleh pulang hari ini. Aku hanya tenggelam" rengekku.

"Hanya ?" tanya Chanyeol, kali ini mengangkat kedua alisnya. Aku bisa merasakan kemarahannya.

"Ya"

"Kau hampir mati Baekhyun, dan kau bilang hanya?" Intonasi Chanyeol berubah menjadi sedikit tinggi.

"Oh tidak. Aku tidak dalam mood untuk berdebat denganmu Chanyeol, aku hanya ingin pulang" ucapku menundukkan kepalaku, merasa lelah. Aku hanya ingin pulang, dan bukannya berdebat.

"Kau sungguh keras kepala" desisnya.

"Kau tahu bau obat semakin menyiksaku" ucapku.

Chanyeol mengangkat daguku. Membuat kepalaku terangkat untuk menatapnya.
"Kau tidak tahan dengan bau obat ?" tanyanya. Nadanya mulai melembut. Lihat, bagaimana singkat perubahan emosinya.

"Itu sangat menyiksa" jawabku.

"Oke kita pulang ke penthouseku" ucapnya segera turun dari ranjang.

“Ke penthousemu ?”

Oh ? Bagaimana bisa dia berubah secepat ini ?. Dengan cekatan Chanyeol membereskan barang-barangku.

"Apa kau bisa berdiri ?" tanyanya. Aku segera duduk.

“Kenapa ke penthousemu ?” tanyaku kembali.

“Apa kau bisa berdiri ?”
Oh Tuhan, apakah kita akan berdebat terus seperti ini ?. Aku menghembuskan napas begitu kasar sebelum menjawabnya.

"Tentu saja ! " ucapku sambil menurunkan kakiku dari ranjang.

Oh tidak. Chanyeol menangkapku saat tubuhku limbung. Menatapku dan memicingkan matanya.

"Benar-benar keras kepala" ucapnya.

Hampir saja aku mengeluarkan protes tapi bibirku lebih dulu dibungkam oleh Chanyeol dengan 'cara' andalannya. Menahan berat tubuhku pada pinggangnya. Sedangkan aku mengalungkan kedua tanganku pada lehernya. Aku mulai membalas ciumannya.

PERFECT 10 (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang