Di depan nisan ibunya, Kyujin tak berhenti menangisi kepergian ibunya. Orang-orang yang ikut memakamkan dan mendoakan ibu Kyujin sudah pergi semua. Kini tinggal Kyujin sendiri yang sedang memeluk batu nisan yang bertuliskan nama ibunya.
"Ibu, hiks."
Dia baru saja ingat hari ini Jiwoo dan Junghwan akan ke rumahnya, tapi jika mereka ingin ke rumah Kyujin kenapa mereka sama sekali tak nampak saat pemakaman ibunya tadi.
Kyujin sesegera menghubungi Junghwan dan mengabarkan bahwa ibunya sudah tiada. Tapi panggilannya sama sekali tak ada jawaban bahkan dia sudah menghubunginya berkali-kali. Kyujin beralih menghubungi sahabatnya, Jiwoo. Sama seperti Junghwan, tak ada jawaban sama sekali. Tapi saat menghubungi Jiwoo, Kyujin sempat dikejutkan bahwa panggilannya itu ditolak.
Jujur, dia rapuh saat ini, dia membutuhkan pelukan dari seseorang yang ia sayang. Tapi salah satu orang tersayangnya sudah meninggalkannya. Kyujin membutuhkan sahabatnya yang bisa menguatkannya, dia juga butuh Junghwan untuk sandarannya disaat sedih seperti ini. Kyujin butuh keduanya untuk meluapkan semua tangisan kesedihannya.
Kyujin menggeleng. Lalu berdoa kembali untuk ibunya yang sudah tenang disana.
Disela-sela doanya Kyujin kembali menangis mengingat semua kenangan bersama ibunya. Mulai sekarang ia akan hidup sendiri. Kyujin anak tunggal, begitu juga ibunya. Kyujin tak memiliki saudara, lagipula dia tak tahu mengenai silsilah keluarganya.
Kyujin masih sekolah. Dia bingung memikirkan kedepannya. Dia belum bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Kyujin hanya bisa mengandalkan warisan dari butik ibunya.
Kyujin menundukkan kepalanya lalu ia meremas rambutnya sendiri. Dia kesal pada dirinya sendiri, entah mengapa. Pasti dunianya ini akan berbeda seperti sebelumnya, dia akan merindukan kasih sayang sang ibu.
"Aargh, ibu! Kenapa ibu ninggalin aku secepat ini, hiks!" Kyujin kembali memeluk batu nisan sang ibu sambil menangis tersedu-sedu.
"Jangan menyakiti dirimu kayak gitu, Kyujin."
Kyujin mendongak melihat orang yang baru saja bicara. Orang itu jongkok di samping Kyujin.
"Aku turut berduka cita," setelah itu ia memberikan karangan bunga di samping nisan ibunya Kyujin.
"Kak Asahi," ucap Kyujin masih dengan air mata masih mengalir di pipinya.
"Kamu harus ikhlas dengan kepergian ibumu. Jika kamu kayak gini, ibumu tak tenang sekarang. Ini takdir yang udah digaris tangankan oleh Tuhan. Kamu harus sabar," jelas Asahi.
Kyujin mengangguk kecil mendengar penjelasan Asahi. Di mata Asahi, dia merasa kasihan melihat gadis kecil disampingnya itu. Pasti dia sangat rapuh saat ini. Dia seperti membutuhkan orang yang mampu menguatkannya.
Sepertinya Asahi akan mencobanya.
"Aku tahu kamu butuh seseorang saat ini. Mungkin aku bisa. Kau bisa bersandar di pundak ku saat ini," ucapnya sambil menepuk pundaknya sendiri.
"Kak..." lirih Kyujin dengan mata berkaca-kaca.
Melihat tatapan Kyujin saat ini, Asahi langsung saja mengambil kepala Kyujin lalu ia sandarkan pada pundaknya. Kyujin hanya menurut, ia juga tak tahu harus melakukan apa saat ini.
"Kak... Ibu.." lirih Kyujin pada pundak Asahi.
"Udah, Kyujin. Ikhlaskan saja, ibumu yang disana pasti sedih liat gadis kecilnya kayak gini," kata Asahi sambil menepuk-nepuk pelan kepala Kyujin.
"Sekarang kita doakan saja ya, semoga ibumu bahagia disana," lanjutnya.
Kyujin bangkit dari pundak Asahi. Dan mereka berdua kembali berdoa untuk ibunya.
Setelah selesai, Kyujin mengusap air matanya maupun ingusnya.
"Makasih, kak," ucap Kyujin sebisa mungkin untuk tersenyum pada Asahi.
Asahi pun membalas senyumannya, "udahkan? Sekarang aku antar kamu pulang."
Kyujin mengangguk lalu mengikuti Asahi beranjak dari tempatnya dan keluar dari pemakaman.
Sampai di samping mobil Asahi, dia kembali menatap gadis kecil itu. Kyujin tampak sedikit berantakan, rambutnya sedikit acak-acakan. Asahi menatap nanar Kyujin.
"Mulai saat ini, kamu harus semangat buat ngelakuin segala hal yang baik dan buat ibumu bangga disana," ucap Asahi.
Kyujin kembali meneteskan air matanya. Dia tak menyangka jika orang disampingnya bisa menenangkan dirinya dan memberikan semangat padanya.
Kyujin bergumam, "makasih, kak Sahi".
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.