Kyujin sekarang tengah menunggu bus lewat di depan halte. Sambil memeluk sesuatu ia menolehkan kepalanya ke kanan maupun kiri, ia mencari bus yang lewat.
Cukup lama Kyujin menunggu, akhirnya ada bus yang lewat. Ia bergegas masuk ke bus tersebut. Tak banyak penumpang, hanya satu dua orang saja.
Dia memilih duduk dekat jendela.
Bus berjalan. Gadis itu melihat jalan dimana orang berlalu lalang. Ia merasa bosan, dia lupa membawa earphone-nya untuk mendengarkan musik diwaktu seperti ini.
Dia menghela nafas, tapi setelah itu dia tersenyum tipis.
"Nanti Junghwan dan Jiwoo ke rumahku ya," gumamnya.
Ia mengingat janji mereka kemarin, mereka akan ke rumah Kyujin. Mereka bisa menemani Kyujin yang selalu sendiri di rumah. Mengingat itu cukup membuat Kyujin tersenyum.
Di dalam bus, dia sedang membayangkan bagaimana Junghwan dan Jiwoo di rumah nanti. Apakah mereka akan bermain tebak nama, atau bermain tebak lagu, atau bermain jenga, atau tidak mereka hanya numpang makan di rumah Kyujin?
Kyujin tidak tahu apa yang akan terjadi dirumahnya nanti bersama orang kesayangannya. Tapi tak mungkin mereka bertiga akan bermain, mengingat ujian hampir dekat.
Lalu mata Kyujin beralih ke pangkuannya. Ia sedang membawa hasil tugas prakarya yang berupa patung yang terbuat dari kaca.
Setelah melihat hasil prakarya, ia kembali menengok ke jendela.
PRANG!!
"Astaga..."
Kyujin tak percaya jika patung yang terbuat dari kaca itu jatuh dan pecah.
Jantung Kyujin berdegup dengan kencang saat ini. Mungkin karena terkejut patung ia bawa jatuh dan pecah. Tapi, selain terkejut karena barang itu jatuh perasaan dia tak enak tiba-tiba. Yang awalnya tak berkeringat sama sekali, tapi saat ini bersamaan jantungnya berdetak cepat keringatnya tiba-tiba luruh saja di dahi Kyujin.
Kyujin sudah tak memikirkan itu, dia cepat-cepat membersihkan pecahan kaca tadi. Beruntung hanya dua orang yang ada di bus dan jarak mereka jauh dari Kyujin, jadi tak ada yang melihat kejadian itu.
Dengan raut wajah sedih karena tugasnya baru saja jatuh, Kyujin memunguti pecahan kaca. Pecahan kaca tadi tak begitu berkeping-keping hanya saja pecah menjadi beberapa bagian, jadi Kyujin tak terlalu bingung.
Ia menyobek kertas dari buku dalam tasnya sebagai wadah pecahan kaca tadi. Saat mengambil pecahan lainnya, tangannya tak sengaja tersayat kaca itu dan membuat jarinya berdarah. Lalu ia ingat saat ini jantungnya berdetak cepat. Bahkan tangannya dengan jari ada yang berdarah mengambil pecahan kaca itu, tiba-tiba saja bergetar.
"Yaahh, padahal ingin ku tunjukkan pada ibu," ucap Kyujin dengan nada sedih.
Hasil kerja kerasnya untuk membuat patung itu sangatlah sia-sia, tapi beruntungnya tugas itu sudah dinilai.
Setelah beres dengan pecahan kaca, lalu ia menaruhnya didalam plastik yang ia temukan di saku jok penumpang. Setelah itu, pecahan itu ia taruh di sampingnya.
Kini, ia sibuk dengan jarinya yang berdarah. Segera ia mencari tisu dalam tasnya dan mengusapnya pada jarinya. Dia beruntung membawa plaster, lalu ia tempelkan pada jarinya yang tersayat itu.
Setelah selesai dengan semuanya, ia menyenderkan punggungnya kebelakang lalu menghela nafas. Ia masih sedih patung yang ia buat jatuh. Padahal ia ingin tunjukkan pada ibunya.
Mengingat itu, Kyujin kepikiran dengan ibunya. Jantungnya bahkan masih berdegup kencang.
Tiba-tiba saja bus berhenti mendadak membuat Kyujin hampir terjelungkup ke depan.
"Ada apa??" tanya salah satu penumpang pada sopir.
"Tidak tahu, sepertinya ada kecelakaan," ucap si sopir.
Penumpang yang ada dibelakang tiba-tiba keluar begitu saja melihat kerumunan orang di depan yang membuat bus berhenti.
Kyujin melihat ke depan banyak orang bergerumbul. Melihat penumpang yang dibelakang turun untuk melihat dan karena rasa penasaran Kyujin akhirnya ikut turun melihat apa yang terjadi di depan.
Saat turun Kyujin berjalan ke orang-orang yang berkumpul. Karena rasa penasarannya yang hebat, ia menyesakkan dirinya ke gerombolan orang.
Pandangan yang ia lihat ada orang yang jatuh tergeletak di jalan, masih dengan rasa penasaran Kyujin lebih memajukan badannya.
Sampai di depan sendiri tiba-tiba saja tubuhnya lemas. Ia melihat kenyataan pahit sekarang. Sekujur tubuhnya ingin ambruk saja. Tak sadar air matanya mengalir begitu saja. Jadi ini kenapa patung kaca yang ia bawa jatuh dan pecah serta jantungnya yang terus berdetak kencang.
Dengan langkah gontai ia menghampiri orang yang tergeletak dijalan dengan kepalanya yang penuh dengan darah.
"I-ibu.."
Kyujin jatuh begitu saja melihat siapa orang yang tergeletak itu.
Itu ibunya. Yang kecelakaan.
Dia tak percaya apa yang terjadi didepannya. Ini pasti mimpi. Dia menggelengkan kepalanya.
Tiba-tiba saja tangisan Kyujin pecah di tempat. Dia memeluk ibunya tak menghiraukan seragamnya yang terkena darah ibunya.
"IBUUUU! IBU BANGUNLAH!!"
Kyujin terus menerus memanggil nama ibunya dan menggoyangkan tubuh ibunya itu.
Tiba-tiba saja ada wanita paruh baya yang berjongkok di samping Kyujin.
"Ibumu sudah meninggal," ucapnya lirih.
"NGGAK! IBU NGGAK MUNGKIN MENINGGAL!!! IBU MASIH HIDUP, NGGAK! DIA NGGAK MENINGGAL!!!" jeritnya sambil mendorong wanita paruh baya yang disampingnya.
Dia tak memikirkan orang yang disampingnya lebih tua darinya. Dia masih tak percaya dengan ini.
"Kamu yang sabar ya nak," wanita paruh baya tadi bangkit kembali sambil merangkul pundak Kyujin.
"Hiks, ibu tak mungkin meninggalkanku," kini Kyujin berucap dengan nada rendah dan sendu. Membuat orang yang disekitarnya merasa iba.
"Ibuuu.. bangunlah ibu.. hiks," Kyujin tak berhenti memeluk jasad ibunya. Dia menumpahkan tangisannya di dada ibunya.
"Ibuu.. ibu tega sekali hiks, meninggalkan Ujin sendiri. Ibu tahu kan, kalo Ujin takut sendiri hiks," ucap Kyujin seolah-olah ibunya masih bisa mendengarnya.
Hidup Kyujin serasa hancur. Dia ditinggalkan oleh orang paling ia sayang di dunia ini. Tubuhnya lemas sambil memeluk jasad ibunya. Ia menangis mengingat semua kenangan bersama ibunya. Cukup membuat sakit hati. Hatinya merasa tercabik-cabik kehilangan ibunya. Yang dulu ibunya yang sering menciumnya kini Kyujin menciumi ibunya yang sudah tak bernafas lagi. Berharap dengan ciumannya itu ibu bisa kembali bangun. Kyujin kehilangan ibunya seperti separuh dunianya gelap. Ia takut kegelapan dan takut sendirian ditinggal ibunya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.