Optimis Meraih Impian

30 2 0
                                    

Descartes, seorang filsuf dan ahli matematika dari Prancis mengatakan, "cogito ergo sum (aku berpikir, maka aku ada )". Ungkapan tersebut menyiratkan sebuah kekuatan pikiran. Dengan berpikir, hati Anda akan tergugah untuk meraih keinginan.

Tanpa Anda sadari, ketika berpikir, Anda sedang mewujudkan apa yang Anda inginkan. Otak Anda tergerak untuk memberi gambaran dalam pikiran Anda, seolah gambaran tersebut menjadi kenyataan. Hal inilah yang mendorong Anda mewujudkan gambaran tersebut untuk mencapai kebahagiaan yang Anda inginkan.

Kegigihan Anda untuk mewujudkannya, membuat sesuatu yang tadinya tidak ada menjadi ada. Artinya, apa yang Anda pikirkan akan terwujud menjadi kenyataan setelah Anda mengambil tindakan nyata yang Anda lakukan secara terus-menerus. Sebagai contoh, ketika Anda ingin bertemu dengan seseorang yang telah lama tidak berjumpa, apa yang Anda pikirkan saat itu? Anda berpikir mencari cara untuk bertemu dengannya, bukan? Anda mulai mencari informasi nomor teleponnya, e-mail, tempat tinggalnya, atau tempat kerjanya. Setelah Anda menemukan informasi tersebut, Anda menghubunginya serta membuat janji untuk bertemu. Bukankah itu terjadi karena Anda memikirkannya sehingga Anda tergerak untuk mewujudkannya? Itulah kekuatan sebuah pikiran.

Dandi (bukan nama yang sebenarnya), salah seorang teman saya, bercerita ia mendapatkan pengalaman berharga tentang berpikir positif. Suatu pagi di hari itu, Dandi harus menghadiri sebuah pertemuan penting di Bali dengan beberapa calon Investor. Sayangnya, arah menuju bandara Soekarno-Hatta saat itu sangat macet, sementara ia harus berada di Bandara dalam waktu empat puluh menit. Jika lebih dari itu, ia akan ketinggalan pesawat. Dandi meminta supirnya membawa mobil dengan lebih cepat. Ia sangat gelisah. Duduknya tidak tenang, bolak-balik ia melihat jam tangannya, lalu melihat ke depan, berharap lalu lintas akan segera lancar. Ia kemudian menghelakan napas panjang berusaha menenangkan diri. Sopir mengemudikan mobil dengan lebih cepat, namun ia tetap tenang, tak terganggu dengan kepanikan Dandi. "Bismillah saja, semoga kita sampai dibandara secepatnya, pak" kata supir.

Soekarno-Hatta sudah tampak. Ia menarik napas lega karena tidak terlambat. Sambil membereskan koran bacaannya, sebuah bayangan gadis kecil melintas dalam benak Dandi. "Bagaimana kabar Putri, Pak Parjo?" tanya Dandi kepada supirnya. Sambil menunduk dengan wajahnya yang sedikit murung, sopirnya menjawab, "Rani sekarang dirawat di rumah sakit, Pak. Dokter bilang, ia terkena demam berdarah" mendengar kabar kurang baik itu, ingatan Dandi kembali melayang kembali ke wajah Putri, gadis kecil Pak Parjo.

Suatu hari pada bulan puasa, Pak Parjo mengajak Putri ke kantor Dandi. Sambil menenteng tas yang berisi pensil warna dan buku gambar, Putri berjalan ke arah Dandi lalu mencium tangannya. Dengan tingkahnya yang lucu, pipi yang merah merona, rambut yang terurai panjang. Rani mulai menggelar buku gambarnya sambil mengeluarkan pensil warnanya satu per satu. Dandi memperhatikan Putri yang tampak serius menggoreskan pensil warnanya.

"Rani mau menggambar apa?", Tanya Dandi padanya. "Boneka beruang, Om. Boneka yang baik hati, dan selalu menemani Putri bermain di rumah sepanjang hari," jawab Putri. "Ooo begitu ya, memangnya beruang Putri dirumah warnanya merah muda ya?" Tanya Dandi kembali. Sambil tetap meneruskan goresannya berwarna merah muda, gadis cilik itu menjawabnya dengan polos, "Putri belum punya boneka beruang beneran di rumah. Tapi Putri mau menggambarnya lebih banyak. Sekarang putri menggambarnya lagi biar tambah banyak, sekalian biar Putri dapat membawanya ke mana-mana."

Hati Dandi sangat terenyuh mendengar kepolosan dari gadis kecil itu, menyiratkan sikap Optimis. Sosok Putri mampu menunjukkan kepada Dandi sebuah inspirasi yang luar biasa dalam memandang sebuah kondisi. Jujurlah apa adanya. Optimislah dengan impian. Lakukan sesuatu untuk mewujudkannya. Meski belum memiliki boneka beruang impiannya secara nyata, namun hati Putri telah memilikinya. Pikirannya seolah mampu secara nyata menghadirkan sosok boneka beruang yang lucu, baik hati nan pemberani ke dalam dunianya. Cara pandangnya pun begitu positif, melihat boneka beruang sebagai sosok yang baik hati, menemaninya setiap saat. Saat berjalan kaki menuju ke sekolah yang tidak jauh dari rumahnya, Putri merasa beruang kesayangannya selalu bersamanya. Meski belum memiliki boneka beruang secara nyata, ia terus menggambarnya berkali-kali dengan senang hati.

"Alhamdulillah, kita sampai, Pak" kata Pak Parto membuyarkan lamunan Dandi. Setelah memastikan ia membawa semua barangnya, Dandi segera menutup pintu mobilnya sambil berpesan, "Pak Parjo, Bapak sekarang ke rumah sakit saja, menengok Putri. Dia anak yang luar biasa."

Setelah pertemuannya dengan investor selesai, Dandi melirik jam tangannya, memastikan sisa waktu sebelum menuju Bandara Ngurah Rai untuk kembali ke Jakarta. "Pak, kita mampir sebentar ke toko mainan anak ya, Pak" kata Dandi pada sopir taksinya. Dengan langkah sedikit terburu-buru, Dandi singgah ke sebuah toko mainan anak-anak. Dicarinya sebuah boneka beruang dengan warna merah muda kesukaan Putri. Sejenak, Dandi membayangakn senyum manis Putri tanda bahagia pastinya setelah mendapatkan boneka beruang impiannya ini.

Sesampainya di bandara Ngurah Rai, Dandi teringat kembali hasil pertemuannya dengan para investor hari itu. Kekecewaan menggurat di wajahnya. Rencananya untuk mengembangkan usahanya di Bali sia-sia. Apa yang ia harapkan tidak sesuai dengan yang investor harapkan. Sang investor memberikannya kewajiban diluar kemampuan perusahaan Dandi. Apa boleh buat, demi kelangsungan hidup para karyawannya, Dandi hanya terus membuat keputusan yang tentunya tidak mudah baginya. Hanya ada dua pilihan: Menerima bantuan para Investor tersebut dengan persyaratan yang sangat memberikan perusahaannya atau menolaknya dengan resiko impiannya untuk mengembangkan usahanya di Bali tertunda.

Dandi sadar bahwa menunda impiannya akan lebih bijak daripada memaksakan diri untuk menerima tawaran sang investor. Tuntutan para investor yang melebihi kemampuan perusahaannya, telah membulatkan tekadnya untuk berani mengatakan tidak dengan risiko kehilangan proyek. Pahit, memang tetapi itu keputusan terbaik menurutnya yang harus dilakukan. Ia yakin, kelak dirinya akan menemukan investor lain yang sesuai dengan harapannya.

Jauh di dalam sanubari, Dandi ingin menjadi seekor beruang yang baik. Sebagai pemimpin perusahahan, ia bertekad menjadi seorang pemimpin yang bijak dengan terus mencari peluang usaha yang sesuai dengan kemampuan perusahaan, melindungi karyawannya dari kerugian akan pengembangan sebuah usaha serta bersikap tegas dalam menentukan pilihan dan juga kebijakan. Seperti Putri si gadis kecil, Dandi pun tetap berpikir optimis dalam usahanya serta keyakinannya, bahwa suatu saat mimpi punya boneka itu akan terwujud.

Beberapa bulan kemudian, seseorang investor lain meneghubungi Dandi. Seperti halnya Putri saat memperoleh hadiah dari Dandi sebuah boneka beruang impiannya, Dandi juga tidak pernah menyangka bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama, seoranag investor baru mengajaknya bekerjasama, mengerjakan sebuah proyek yang jauh lebih besar dengan saling menguntungkan. Sesuatu yang luar biasa terjadi. Dandi belajar atas hikmah sebuah keputusan bahwa dalam menghadapi tantangan di butuhkan keberanian dalam bersikap, optimisme terhadap impian, dan upaya dalam mewujudkan keinginan.

Bagaimana dengan Anda? Adakah peristiwa yang mendorong untuk berani bersikap dan mengambil keputusan? Tindakan apa yang telah Anda lakukan saat itu? Hikmah apa yang dapat Anda petik dari pengalaman tersebut? (Please give your comment )

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang