Impian Masa Kecil

58 3 0
                                    

°
"Hidup tanpa impian, akan terasa hambar tanpa makna.
Bagaikan kopi tanpa gula"
°

Saya pernah bermimpi memiliki mesin rautan pensil manual, ketika saya duduk di kelas satu Madrasah Ibtidaiyah (MI). Mesin rautan pensil manual merupakan barang dambaan teman-teman sepermainan saya,  pada saat itu. Sepulang sekolah saya beranikan diri untuk meminta kepada Ayah saya untuk dibelikan barang yang saya impikan itu. Namun, ayah saya hanya diam dan tersenyum, tanpa terucap satu kata pun. Saya tau dengan pasti itu mengisyaratkan aku untuk tetap diam, maka dari itu saya tidak merengek seperti anak bayi. 

Memendam rasa keinginan memanglah sulit, namun saya teringat dengan kata-kata ibu saya, saya bersikeras untuk memiliki dan saya harus berusaha mendapatkannya. Setiap hari berlalu, uang saku lima ratus rupiah (Rp. 500) saya kumpulkan, ya mungkin hanya itu saja yang dapat saya lakukan. Meskipun saya tau harus butuh waktu berapa lama untuk membeli barang impian saya itu dengan uang saku yang tak seberapa. Sedangkan mesin rautan pensil manual yang dibanderol dengan harga sembilan puluh ribu rupiah (Rp. 90.000). Banyaknya keperluan sekolah foto copyan kertas tugas, keperluan sekolah lainnya, membuat uang itu terpakai terus menerus secara berkala.

Pada awal saya duduk di kelas dua MI dengan rasa bangga karena akhirnya uang itu bisa terkumpul untuk mewujudkan impian saya, sepulang sekolah ku tunjukkan uang itu kepada ibu saya, dan mengutarakan keinginan saya untuk segera membeli dan memiliki barang itu.

Hingga saat malam hari, saya melihat ayah saya menenteng sesuatu yang dibungkus dengan rapi dan sangat menarik perhatian saya, seperti biasa saya berlari menyambut kedatangan ayah sepulang berjualan keliling. Saat mencium tangan ayah, beliau berkata " ini mesin rautan untuk mu".

Sambil mengusap mata berkali-kali seolah tak percaya, impian saya akhirnya terwujud dengan penantian yang lama, dan juga jauh lebih bagus dari milik teman-teman saya, saya bertanya kegirangan, " Benar ini, yah?" Ayah saya hanya menganggukkan kepalanya. Saya langsung memeluk ayah saya dengan erat. Tanpa terasa, mata saya berkaca-kaca, pipi saya yang telah basah ku usap. Perasaan senang dan bersyukur bercampur menjadi satu.

°
"Sesuatu yang diusahakan, akan menimbulkan rasa bangga saat kita telah mencapainya. Meski harus bersabar dan bersyukur dengan segala kekurangan. Allah akan menggantikan kekurangan itu dengan segala macam keindahan dan kebaikan"
°

Naik pesawat terbang adalah keinginan saya sejak kecil. Saya masih ingat betul, jika ada helikopter atau pesawat kecil melintas diatas langit yang cerah, saya segera berlari ke lapangan mengejarnya berteriak-teriak sambil melambaikan tangan, "Pesawat ! Pesawat! Aku minta uang ! ", Saat itu tidak ada yang lebih menyenangkan bagi anak kecil seperti saya, pesawat adalah "Keajaiban". Melihatnya melayang di langit sudah membuat takjub. Saya sering berkhayal seandainya saya ada di dalam pesawat itu, terbang di atas awan seperti burung atau berkhayal seandainya benar pesawat menjatuhkan uang yang setiap hari saya pinta. (Hehe Entahlah, pikir aku)

Saat saya duduk di kelas 4 MI, Ibu saya berjualan kue kering keliling, saya merasakan lelahnya ibu dan juga penderitaan yang dialami beliau. Saya memutuskan untuk membantu kedua orang tua saya dengan berjualan kue di sekolah.

Awalnya saya malu untuk menunjukkan atau sekedar menawarkan kepada teman- teman saya, bahwa saya berjualan kue di lingkungan sekolah terlebih di dalam kelas pula.

Saat itu saya yang meyakinkan saya untuk dapat menentukan arah hidup saya.

°
" Kita tidak pernah menyusahkan mereka,
Untuk apa kamu malu ?
Tidak perlu merasa malu nak, ini pekerjaan yang halal,
Ibu dan Ayah mu mencari nafkah dengan cara yang halal.
Abaikan kata mereka yang mengolok-olok dirimu,
lihatlah nanti dimasa depan, siapa yang akan menjadi orang sukses! " Itu kata beliau.
°

Saat teman-teman saya yang terus mengolok-olok saya karena saya yang ikut membantu perekonomian keluarga. Tapi saya tidak putus asa, karena sudah menjadi niat, tekad, dan rasa tanggung jawab saya kepada keluarga saya.

Hari pertama saya berjualan, saya mendapatkan tiga puluh ribu rupiah (Rp. 30.000). Kalau kue yang saya jual belum habis terjual, saya keliling masuk ke kelas-kelas, agar kuenya habis terjual. Sampai hari berikutnya, pendapat saya terus meningkat per harinya karena saya juga meningkatkan banyak kue yang akan saya jual setiap harinya. Bila hari libur tiba, saya berjualan keliling bersama ibu.

Berlangsung hingga saat saya duduk di kelas 6 Madrasah. Bahkan guru-guru disekolah saya pun, tidak menghiraukan saat saya berjualan karena saya masih menunjukkan prestasi saya di Madrasah. Hingga saya mendapatkan nilai hasil akhir (UN) yang Alhamdulillah memuaskan.

Saat acara pelepasan dan sekaligus penerimaan hadiah untuk yang menjadi juara kelas 6, hati saya berdebar-debar membayangkan siapa yang akan menduduki peringkat pertama. Ketika hasilnya dibacakan tidak terpikirkan akan mendapatkan nilai yang terbaik Ujian Nasional, dipanggil lah nama saya dan ibu saya untuk naik ke atas panggung. Tidak dipungkiri lagi air mata ibu saya berlinang karena hal itu. Medali, piagam, dan juga foto bersama dengan kepala sekolah menjadi sebuah impian awalnya, namun kini menjadi kenyataan untuk mengingatkan bahwa kesabaran, kerja keras, dan ketekunan akan menghasilkan sesuatu yang lebih berharga di masa depan.

Pengalaman tersebut memberikan saya pelajaran yang sangat berarti bahwa untuk meraih sebuah impian, kita harus siap bersabar. Karena kesabaran adalah alasan untuk terus melangkah dan berlari meraih impian. Dan yang lebih utama, kesabaran adalah ujian dari kekuatan mental diri dalam bersikap dan bertindak di setiap langkah kehidupan.

Saya teringat satu artikel yang pernah saya baca di sebuah jejaring sosial Media, kata Vincen Lombardi,

°
" Menang bukanlah segalanya, tetapi kemauan untuk menang adalah segalanya"
°

Kemauan mendorong semangat saya untuk semakin terus berusaha meraih impian. Melalui semangat itulah saya menjadi seorang yang tidak mengenal putus asa dengan cara  bertindak lebih cerdas serta bersikap lebih bijak dalam menghadapi setiap tantangan.

IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang