Mimpi

35 8 10
                                    

Uhh membosankan.
Aku menunggunya sebentar tapi serasa sangat lama.

"Sorry Gue lama" suara berat itu mengagetkanku.

"Eh iya santai aja" Aku tersenyum kikuk.

Selepas itu tidak ada obrolan antara kita.

"Emm btw ngapain lo ngajak Gue kesini" Aku memberanikan diri untuk membuka pembicaraan.

"Ya cuma pengen aja sesekali Gue pengen berdua sama lo, udah jarang ketemu juga kan" terangnya.

Aku hanya mengangguk menikmati sepoi-sepoi angin malam.

"Desta" panggil nya.

"Hmm" Aku hanya berdehem.

"Menurut lo Gue orangnya gimana?" Tanya Dia.

"Menurut Gue pribadi lo itu sombong Gue gak suka sama sifat lo" Aku berkata jujur.

"Tapi Gue banyak yang suka" jawabnya penuh percaya diri.

"GR banget lo jadi orang" Aku tertawa.

"Nyatanya Gue emang banyak yang suka" jawabnya masih dengan percaya diri. Aku hanya tertawa renyah.

"Iya, salah satunya lo" jawabnya dengan penuh penekanan.

'Kenapa Dia tahu kalo aku suka sama Dia?' Batinku.

"Kenapa lo diem? Berarti benar lo suka sama Gue" jawabnya dengan senyum kemenangan.

"Gak" Aku mencoba mengelak.

"Kalo Gue juga sama lo gimana?" Dia memandang wajahku lekat.

Deg

"Ah apa?" Aku sangat gugup.

"Iya gue emng su-"

Byurr!

"Dreeeesss! Bangun ogeb! Lo kebo banget jadi anak" Ah, Aku seperti mengenal suara itu.

"Eh ogeb kenapa lo malah melamun dasar kebo"

"Zebra" Ternyata Zefra yang mengguyurku.

"Ah! Cuma mimpi" Aku megusap wajahku frustasi.

"Mimpi apaan lo"

"Dia" jawabku singkat lalu berlalu menuju kamar mandi.

"Lo hutang cerita sama Gue, Gue tunggu di meja makan, Kaparell udah siap-siap ke bandara" Aku menghiraukan celotehannya.

Lagi-lagi Aku bermimpi tentangnya. Menyebalkan!

'Ah! Aku ingin bersamanya!' Batinku.

'Jangan terlalu terobsesi Desta, nanti lo bisa gila' Batinku lagi.

Aku mengguyur tubuhku dengan shower supaya pikiranku tenang dan kepalaku tidak pening. Sungguh segar sekali.

Aku menuruni tangga menuju meja makan, pagi-pagi seperti ini Si Zebra dengan santai nya sudah bertengger di kursi meja makan.

Aku menyapa semua orang lalu duduk disebelah Zefra, dan kami makan dengan penuh ketenangan, hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang beradu

Usai sarapan aku sekeluarga termasuk Zefra langsung bergegas menuju bandara untuk mengantar Kakakku, Kaparell.

Sudah 1 minggu Kaparell disini dikarenakan ada sedikit urusan, berhubung saat ini bukan waktu liburan maka sekarang Kaparell harus kembali keluar Negeri untuk meneruskan kuliahnya.

"Kaparell pamit dulu ya Yah, Bun" pamit Kaparell kepada Ayah dan Bunda tidak lupa mencium kedua tangannya dan memeluknya.

"Jaga diri ya nak" Ayahku menepuk pundak Kaparell Bunda hanya mengangguuk-anggukkan kepalanya dan tersenyum.

"Dek kakak pamit ya jangan nakal-nakal" Kaparell mengacak rambutku dan Zefra secara bergantian.

"Kaparell disana hati-hati ya, katanya disana banyak orang jahat Desta takut kakak kenapa-kenapa" Aku memeluk Kaparell dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Iya Kaparell hati-hati kok kamu sama Zefra juga harus jaga diri" Kaparell memelukku dan Zefra lalu mencium pucuk rambutku dan Zefra secara bergantian.

"Yaudah kakak pergi dulu pesawat udah mau terbang" Kaparell bergegas menuju pesawat.

"Ya iyalah pesawat terbang masa iya pesawat lari" Zefra masih sempat-sempatnya membuat lelucon untuk mencairkan suasana.

"Zefra... Zefra..." Bunda tersenyum.

"Balik yuk" Ajak Ayah.

"Ga mau, Desta masih betah disini" Aku menatap kepergian Kaparell, kembali menahan rindu.

"Beneran? Ya-" Ucapan Bundaku terpotong.

"Ga jadi Desta ikut pulang aja" Aku pun kembali ke rumah dan saat Aku masuk kedalam kamar bersama Zefra aku mengingatnya lagi.

"Bengong teroooosss" Zefra menarik tubuhku yang berada di ambang pintu menuju ranjang king size ku.

"Lo kenapa lagi sih?"

"Gue kepikiran Dia terus Zeb" Aku memukul bantal yang tidak berdosa.

"Kenapa sih, Gue gak bisa sekali aja gak mikirin Dia" sambungku frustasi.

"Gue pengen Dia jadi milik Gue! Gue benci semuanya! Kenapa Dia gak pernah peka sedikitpun" Aku menelungkupkan tubuhku dan menundukkan wajahku dengan bantal.

"Jangan terlalu terobsesi Des, lo gak boleh gitu, sama aja lo nyakitin diri lo sendiri" tegas Zefra.

"Tapi Gue gak bisa lupain Dia"

"Bukan berarti lo harus melupakan, lo cuma harus sedikit mengurangi rasa lo ke Dia" tekan Zefra.

"Gak bisa!" Aku melempar bantalku.


To be continue.

Kritik dan sarannya jangan lupa guys😊

Vote and comment:)

(09 April 2020)

SepihakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang