Rindu

19 5 2
                                    

Aku menikmati makan malamku tanpa berselera, rasanya Aku ingin kembali ke kamar dan menutup wajahku dengan guling kesayanganku.

Aku bergegas menghabiskan makan malamku dan beranjak menuju kamar, didalam kamar hanya ada Aku karena Zefra hari ini tidak menginap dirumahku, rasanya sangat sepi.

Aku membuka jendela kamarku, mataku langsung disuguhkan dengan pemandangan kota yang indah, ku rasakan hembusan angin malam yang mengingatkanku pada seseorang, siapa lagi kalau bukan Naresh.

Semenjak kejadian di kantin tempo hari Aku belum berjumpa dengan Naresh, Aku sangat merindukannya, sampai-sampai kepalaku pening karena memikirkannya terus-menerus.

"Naaaaarsh!" Aku mengacak rambutku frustasi.

"Aaaa Gue kangen banget sama lo bangsat!" Aku memukul gulingku yang tadinya ku peluk erat kini menjadi sasaran kekesalanku.

"Desta apa sih kamu teriak-teriak malem-malem" Tiba-tiba Bunda sudah diambang pintu kamarku.

"Ah eng-enggak Bun Desta cuma gabisa tidur aja" Jawabku gugup.

"Kalo ada masalah cerita sama Bunda, jangan dipendem sendiri gitu, kasihan kan sama fikiran kamu" Bunda mengusap rambutku.

"Ada apa sih Bun kok Ayah denger teriakan Adek" Ayahku datang dengan wajah kepanikan.

"Ini Adek gak bisa tidur katanya" Jelas Bunda.

"Hadeh kirain kenapa bikin Ayah panik aja" Ayah keluar kamarku sambil geleng-geleng kepala.

Aku diam karena bingung apakah aku harus berkata jujur kepada Bunda soal Naresh, tapi itu kelihatannya sangat konyol.

"Kok diem?" Tanya Bunda

"Desta, seusia kamu itu udah seharusnya terbuka sama Bunda, cerita-cerita, minta solusi, atau apa gitu, kaya Bunda dulu waktu seusia kamu Bunda tidak segan untuk bercerita semua hal pada orangtua Bunda, dari keseharian Bunda disekolah, hangout bareng temen-temen Bunda, Bunda ceritain semuanya sama orangtua Bunda, bahkan dulu soal Ayah kamu juga Bunda ceritain" Bunda masih setia mengelus-elus rambut bergelombang.

"Desta sebenernya pengen banget cerita sama Bunda, tapi kalo pas Desta mau cerita pasti Bunda ada aja kesibukan" Aku memainkan gorden putihku.

"Yaudah sekarang Desta cerita, Bunda janji bakal dengerin cerita Desta" Bunda tersenyum hangat.

"Jadi gini Bun, Desta itu udah suka sama cowok selama sembilan bulan, Desta cuma bisa liat cowok itu dari kejauhan, melihat Dia tertawa lepas dalam keramaian, sesekali Desta papasan sama Dia dikoridor sekolah Desta cuma bisa ngumpet takut kalo pas papasan sama Dia Desta gugup terus jatoh, kan malu-maluin Bun"

"Kamu ini sampek diitung berapa lamanya ada-ada aja" Potong Bunda.

"Masa iya saking gugupnya sampek jatoh" Bunda tertawa menganggap itu lucu.

"Ihh Bunda jangan motong ceritanya" Aku memanyunkan bibirku.

"Iya deh maafin Bunda"

"Tempo hari yang lalu, Desta sama Zebra kan pergi tuh ke mall nah pas mampir di resto yang ada di mall itu Desta ketemu sama gerombolannya Dia, terus Dia sama gerombolannya gabung bareng Desta, sebenarnya Desta takut Bun kalo Desta nanti salting soalnya Dia duduk disebelah Desta, gugup banget rasanya" Aku menjeda ceritaku.

"Terus apa masalahnya?" Tanya Bunda.

"Masalahnya itu Desta udah gak ketemu sama Dia hampir dua minggu, Desta kangen banget, ya setidaknya Desta bisa liat dari kejauhan udah bikin Desta lega banget" Aku menyenderkan kepalaku di kayu jendela.

"Emang cowok itu nggak satu kelas sama kamu?" Tanya Bunda.

"Engak Bun... Dia itu kakak kelas Desta, udah kelas 12 udah mau lulus" Jelasku.

"Anak mana" Tanya Bunda lagi.

"Desta gatau" Aku menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Ih Bunda kok nanya-nanya gitu, Desta serasa diintrogasi" Aku kembali memainkan gorden putihku.

"Ya siapa tau Bunda kenal atau bisa jadi anak dari temen Bunda kalo nggak Ayah" Jelas Bunda.

"Terus?" Aku bingung.

"Kan kalo gitu memudahkan kamu untuk bisa deket sama Dia" Bunda menggerakkan alisnya.

"Desta gamau ya, kalo Bunda pakek cara perjodohan, Desta gak suka" Aku melipat tanganku bersedekap.

"Iya Bunda tau itu" Bunda mengusap rambutku.

"Yaudah udah malem sekarang waktunya tidur, gausah mikirin Dia lagi" Perintah Bunda.

Bunda beranjak keluar dari kamarku, sebelum keluar Bunda tak lupa mencium keningku dan mengucapkan selamat malam.

Rasanya Aku sangat lega setelah menceritakan tentang Naresh pada Bunda, walaupun awalnya Aku ragu dan merasa was-was jika Bunda akan marah.

Tapi, ada satu permasalahan yang tidak Aku ceritakan pada Bunda, kejadian tempo hari dikantin. Meuren, aku tak akan menceritakannya pada Bunda.

Karena sudah dipastikan Bunda akan mencari tahu dan akibatnya Ayah pasti akan memutuskan kerjasama perusahaannya dengan perusahaan Om Ellza.

Aku tidak mau masalah ini disangkut pautkan dengan perusahaan Ayah, biarlah masalah ini menjadi permasalahanku dan Meuren, tidak untuk melibatkan orangtua masing-masing.



To be continue.

Kritik dan saran:)

(12 April 2020)

SepihakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang