Dia

20 6 2
                                    

Aku sedang berada di Mall bersama Zefra, membeli pakaian, alat-alat make up dan barang-bang unik. Bukan Aku, tepatnya Zefra, Aku tidak begitu menyukai barang Aku lebih suka cemilan.

Sudah lebih dari satu jam Aku menemani Zefra memilih-milih pakaian, padahal pakaian dirumahnya masih bagus-bagus dan masih baru. Zefra terlalu menuruti nafsu.

Aku sangat bosan dan merasa lapar, sepertinya setelah ini Aku akan mengajak Zefra ke restoran yang ada di Mall ini, Aku akan membeli banyak makanan disana untuk mengisi perutku.

Setibanya di restoran Aku langsung memesan banyak makanan baik makanan ringan atau makanan berlemak, Aku memakannya tanpa bersuara.

"Adres Gue kayaknya kenal mereka" Zefra menunjukkan segerombolan anak laki-laki dengan dagunya.

Aku mengikuti pandangan mata Zefra, aku mengenal salah satu dari mereka. Ya, itu Dia.

"Narsh" Panggilku lirih.

"Mereka mau cabut" Ucap Zefra.

Naresh Austin Dalbert
Lelaki yang selalu muncul di pikiranku, Aku mengenalnya belum lama, sekitar awal Aku memasuki kelas 10 di Greatfeel High School.

Awal Aku bertemu Naresh saat Aku berada di ruang musik tentunya bersama Zefra. Saat Aku asik bermain gitar, tiba-tiba Naresh datang bersama kedua temannya Bleeth dan Arsene. Aku tetap melanjutkan aktivitasku.

Tapi, Aku merasa ada yang sedang membicarakanku, Aku mendongakkan kepalaku dan pandanganku bertemu dengan Naresh, Aku sempat kontak mata dengannya, namun sekilas.

Disitu jantungku berdetak sangat kencang, sesak rasanya. Aku kenapa?

Lama Aku berkutat dengan gitar diruang musik, Zefra sibuk dengan gesekan biolanya.

Drum!

Suara itu mengagetkanku, ternyata suara drum yang dipukul oleh Arsene, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiriku.

"Hei, boleh gabung?" Bleeth yang pertama kali menyapaku.

"Ah, iya boleh kak" Aku mengangguk gugup.

"Nama lo siapa kak?" Zefra menghentikan permainan biolanya.

"Gue Bleeth, yang main drum itu Arsene, kalo yang duduk santai tanpa dosa itu Naresh" Bleeth memperkenalkan diri sekaligus teman-temannya.

"Ooh... Gue Zefra ini sahabat Gue Adres"

"Desta begok" Aku kesal kenapa namaku diganti-ganti.

"Salam kenal ya" Bleeth tersenyum.

"Narsh, Sen, sini bentar" Bleeth memanggil teman-temannya. Dan mereka pun datang.

"Apaan si nyet, ganggu Gue main drum aja" Kesal Arsene.

"Iya nih" Sambung Naresh.

"Gue punya adek baru nih"

"Mana" Sahut Naresh dan Arsene serempak.

"Mereka" Tunjuk Bleeth kepadaku dan Zefra.

"Ha?" Zefra bingung atas perkataan Bleeth.

"Iya adek kelas baru" Naresh menimpali omongan Bleeth.

Sejak saat itu Aku dan Zefra mengenal mereka.

Bleether Army Sean. Dia itu banyak omong, konyol, gak jelas, tapi sangat perduli, menurutku sifatnya mirip dengan Zefra.

Arsene Frans Dreek. Jarang senyum, Dia kadang pendiam kadang banyak omong, tergantung dengan siapa Dia berbicara.

Terakhir, Naresh Austin Dalbert. Dia ramah senyum, tapi sayangnya Dia angkuh, aku tidak suka sifatnya. Tapi aku selalu memikirkannya.

"Boleh gabung?" Suara itu membuyarkan lamunan ku. Aku mendongakkan kepalaku.

"Narsh?" Panggilku.

"Ya gabung aja kali kaya baru kenal aja" Timpal Zefra.

Jantungku berdetak hebat, Aku sangat gugup, kenapa Zefra mengizinkannya duduk disebelahku, lebih baik Aku duduk disebelah Bleeth.

"Gue gak duduk dong kalo gini" Arsene masih berdiri mematung.

"Ambil kursi aja tuh di belakang lo" Sahutku.

"Elah Gue lagi yang ngalah" Arsene menggerutu sambil menggeret kursi.

Aku hanya diam sambil sesekali memakan cemilanku, jujur aku sangat gugup detak jantungku tak beraturan, rasanya aku ingin tenggelam saja

"Lo kenapa Dres, kek orang ngumpet pipis aja" Bleeth memperhatikan tingkahku.

"Ehh gapapa kok cuman gak betah aja duduk terus" Alasannya sungguh tidak logis.

"Gue ke toilet dulu ya, bye!" Aku bergegas menuju kamar mandi untuk menetralkan detak jantungku.

Sebenarnya aku senang bisa bertemu dengannya lagi setelah hampir satu bulan tidak bertemu karena Dia sibuk dengan ujian kelulusannya. Pasti kalian tidak menyangka jika Dia sekarang kelas 12, artinya beberapa bulan lagi pasti aku akan berpisah dengannya lagi.

Aku sangat ingin sekali berinteraksi lebih seperti teman-temannya, tapi itu tidak mungkin karena hanya bersebelahan saja jantungku sudah berdetak tak beraturan. Ah! Menyebalkan sekali.

Kling!

Suara notifikasi dari handphone ku, aku segera membukanya.

08xxxxxxxx
P
Oh jadi lo yang namanya Adresta.
Gue cuma mau bilang sama lo, jangan coba-coba rebut Narsh dari Gue!

Aku tidak menanggapi pesan tersebut, ku pikir buat apa? Aku dekat dengan Naresh saja tidak, bagaimana aku bisa merebutnya. Tapi, ada sedikit rasa sesak didadaku.

Aku kembali menuju meja yang Ku duduki dengan Zefra beserta Naresh dan teman-temannya tadi, karena jantungku sudah normal, aku memberanikan diri untuk duduk disebelah Naresh LAGI.

"Narsh Gue mau nanya" Ucapku cepat.

"Nanya apaan" Naresh menggerakkan alisnya.

"Ini nomer gebetan lo?" Aku memperlihatkan isi pesan chat dari orang tersebut.

"Coba Gue cari dikontak Gue" Naresh membuka kontak di handphone nya dan mencari nomer tersebut.

"Nomer siapa Dres?" Penyakit kepo Zefra muncul.

"Ini tadi ada yang ngechat Gue kek gini" Aku memperlihatkan pesan dari orang tersebut.

"Gebetan Narsh mungkin" Ucapan Zefra semakin membuatku panas.

"Udah ketemu belum Narsh" aku sudah sangat tidak sabar.

Tiba-tiba Bleeth dan Arsene mengerubungi Naresh.

"Ohh Si Mauren... Di-"

"Gebetan lo ya Narsh" Aku memotong ucapan Narsh karena saking tidak sabarnya.

To be continue.

Sorry banget guys aku harus unpublish part ini dulu tadi soalnya belum aku kasih foto, ceroboh banget akutu:( maaf maaf.

Jangan lupa kritik dan saran😊

Vote and comment guys! :)

(10 April 2020)

SepihakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang