BAB 8 | NODA MASA LALU

4.5K 394 4
                                    

Selamat Membaca!
Jangan lupa tekan 🌟 dan komentarnya.

Playlist :
Coba baca sambil
dengerin musik ini

•••

'SEBENARNYA kelahiranmu tidak masuk ke dalam rencanaku. Alasanku menikahi papamu saat itu hanya karena uang. Setelah memastikan dia mendapat seluruh harta warisan orang tuanya, aku memeras papamu dengan cara berpura-pura sakit jiwa karena kemandulan rekayasa yang sengaja kubuat.

'Lalu aku berhasil membuat papamu setuju menyerahkan seluruh warisannya padaku meskipun aku baru bisa mendapatkannya setelah dia mati. Aku tidak masalah soal itu, yang perlu kulakukan hanya membuatnya cepat-cepat mati. Tapi kemudian aku melakukan kesalahan hingga kau lahir dan mengacaukan segalanya!'

'Karena kelahiranmu, nenekmu memindahkan hak warisnya padamu! Dan tahukah kau saat itu betapa bencinya aku padamu?! Itulah alasanku pergi meninggalkan kau dan papa bodohmu saat itu.

'Tapi sekarang nenekmu sudah meninggal, hahaha... dan aku bisa bebas mengambil surat hak waris pertama yang sempat disembunyikan oleh nenek sialanmu itu! Surat yang seharusnya sudah menjadi milikku sejak dulu andai kau tidak hidup di dunia ini.'

Ucapan mama beberapa saat lalu masih terus tergiang dan sesuai perkataannya, hidup gue benar-benar hancur setelah mendengar semua ceritanya.

Kedua kaki gue terus berjalan tak peduli walau hujan turun semakin deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua kaki gue terus berjalan tak peduli walau hujan turun semakin deras. Seenggaknya satu hal yang patut gue syukuri dari hujan saat ini adalah tetesan airnya yang mampu menyamarkan tangisan gue.

'Lalu di mana Papa sekarang? Apa mama membunuhnya?'

'Jadi kamu benar-benar Amnesia ya?'

'Maksud mama?'

'Orang yang sudah membunuh Papamu adalah kamu sendiri, Kaila...'

Bayang-bayang obrolan itu tidak bisa hilang seakan menghantui gue. Membuat hunjaman bak pisau tak kasat mata yang menancap di dada gue semakin dalam memecah jantung hingga rasanya gue hampir kehilangan napas.

'Setelah membohongi aku, Mama pikir sekarang aku akan percaya begitu saja? Lagi pula, mana mungkin aku membunuh Papa.'

Mama menyeringai, 'Al-Azhar Memorial Garden, kamu akan bertemu papamu di sana.'

Itu adalah percakapan terakhir kami sebelum kemudian mama berteriak menyuruh pengawalnya mengusir gue dari rumah. Dan kabar buruk selanjutnya adalah gue sama sekali nggak punya tujuan akan pergi ke mana. Ditambah setelah itu turun hujan cukup deras, membuat nasib gue benar-benar mengenaskan malam ini.

Lalu pandangan gue mendadak kabur. Menggeleng-gelengkan kepala, gue berusaha untuk tetap sadar. Gue nggak boleh sampai pingsan di sini, gue harus kuat, gue terus mengucapkan itu dalam hati, memotivasi diri gue sendiri untuk tidak cepat menyerah.

My Guardian Police (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang