BAB 22 | BERSELISIH PAHAM

3.5K 357 59
                                    

Selamat Membaca!
Jangan lupa tekan 🌟 dan komentarnya.

Playlist : Battlefield by Svrcina
(Enak banget lagunya,
kunulis sambil dengerin ini) 

•••

"KAILA, bangun Nak..." Riris menepuk-nepuk pelan bahu Kaila yang tertidur di sofa ruang tamu. "Hoaammm!" Kaila menguap lebar sambil menggeliatkan tubuhnya.

"Ya Allah, Kaila tangan kamu kenapa?" Riris menyentuh telapak tangan kiri Kaila yang terluka akibat kelakuannya kemarin malam.

Tapi Kaila buru-buru menepis tangannya kemudian duduk bersila di atas sofa sembari mengucek-ngucek matanya khas bangun tidur.

"Kaila nggak apa-apa kok. Raga mana bu? Dia belum pulang?" Kaila memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri seolah mencari keberadaan Raga.

Riris terdiam sejenak memandang kasihan Kaila. "Tadi Raga telpon ibu, dia bilang langsung pergi ke kantor polisi karena ada tugas mendadak. Dia juga minta maaf karena kemarin nggak bisa pulang, ibunya Rike meninggal."

"Apa!" Mata Kaila terbelalak kaget, sisa kantuknya sehabis bangun tidur langsung menghilang. "Tante Sasha meninggal?" tanya Kaila dengan sedih.

"Iya."

"Innalillahiwainnailaihirojiun," ucap Kaila, ternyata orang meninggal yang dimaksud Raga kemarin adalah ibunya Rike. Pantas saja kemarin malam Kaila dapat foto-foto mesra Raga dan Rike, ternyata mereka sedang bersama.

"Handphone kamu mati ya?"

Kemarin Kaila memang sengaja mematikan ponselnya sebab takut akan mendapat teror pesan dari nomor yang tidak dikenal lagi, tapi Kaila tidak bisa mengatakan itu pada Riris dan lebih memilih menjawab, "Baterainya Kaila abis."

"Katanya Subuh tadi Raga telpon ke nomor kamu tapi handphone kamu mati."

"Oh ya? Raga telpon Kaila?" tanya Kaila, tidak menyangka jika laki-laki itu akan menelpon balik dirinya setelah mengabaikan puluhan telpon Kaila sebelumnya.

"Iya, dia khawatir sama kamu."

Bibir Kaila terkatup rapat, tidak merespon apa-apa lagi selain melamunkan Raga yang ia pikir sudah melupakannya. "Sekarang kamu mandi ya, abis sarapan ibu obatin tangan kamu," ujar Riris.

"Iya bu," sahut Kaila, kemudian tanpa banyak berkomentar langsung melesat pergi menuju kamar mandi.

***

"Lapor! Tersangka telah meninggalkan kediaman," ucap pria tanpa nama lewat earpiece atau alat komunikasi rahasia yang terpasang dibalik telinganya.

"Laporan diterima, lanjutkan investigasi!"

"Siap Pak!"

Pria yang diutus mengintai seseorang itupun mulai bergerak, merekam setiap kegiatan dari sang target yang diduga sebagai bandar pengedar Narkoba.

***

Selesai sarapan dan tangannya telah diobati Riris, Kaila mengempaskan tubuhnya ke sofa empuk di ruang keluarga sambil menyalakan remot televisi untuk membunuh kejenuhannya sekaligus rasa frustasinya akibat Raga.

Gadis itu mengganti channel ditelevisinya berulang kali seolah tidak ada tontonan yang menarik untuk dilihat. "Aishh! Apaan sih nih tv isinya banyak sinetronnya!" maki Kaila lalu mematikan televisi dengan kesal.

"Gue nggak bisa ngajak Eric jalan-jalan lagi karena Raga pasti marah. Kira-kira, hari ini enaknya ngapain ya?" Kaila merebahkan tubuhnya di sandaran sofa.

My Guardian Police (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang