07

2.3K 300 10
                                    

Happy Reading !!

"Mamaa !!"

Suara teriakan yang menyambutnya, membuat Hinata menggaruk pipinya yang tidak gatal.
Tersenyum kaku saat melihat Himeya yang berlari kearahnya, lengkap dengan Itachi yang tersenyum singkat padanya.
Melambai sekilas dan kembali mengawasi Himeya agar tidak jatuh karena tersandung dan sebagainya.

"Hai sayang .."

Hinata berjongkok untuk meraih Himeya yang berada dihadapannya, menggendongnya dan membuat anak itu memeluk lehernya dengan erat.
Mencium pipi kiri Hinata, tertawa senang saat Hinata membalas ciumannya.
Hinata barusaja pulang dari acara mengajarnya, lalu mandi dan hampir saja pergi keluar untuk mencari makan, sebelum kedua manusia itu datang ke tempatnya.

"Mama, aku lapar." Suara merengek yang membuat Hinata gemas bukan main.
Ouhh ... Himeya benar-benar membuatnya terpikat, terutama saat anak itu menampilkan wajah manja yang menggemaskan.

Melirik pada Itachi, bertanya lewat tatapan matanya mengenai maksud dari pertanyaan itu.
Hinata hanya tidak mau gagal paham, dan berpikir yang tidak tidak dalam kepalanya.

"Mau makan siang bersama ?" Pertanyaan dalam suara lugas.

"Aa .. baiklah." Jawabnya, Hinata kikuk.

Himeya menampilkan senyum lebarnya, anak itu bahkan dengan nyamannya menyandarkan kepala di bahu Hinata.
Orang lain pasti akan salah paham saat melihat kedekatan mereka yang seperti itu, terlebih karena Himeya yang begitu manja pada Hinata.
Itachi hampir tidak bisa menahan dirinya untun tidak merasa takjub dengan apa yang dilihatnya sekarang ini.
Himeya yang nyaman dalam gendongan Hinata, adalah pemandangan langka.
Bahkan anak itu mengabaikannya, sama sekali tidak melirik pada ayahnya.
Haruskah Itachi mengatakan jika ia sedang cemburu sekarang ?

Himeya yang biasanya pendiam dan cenderung malas bicara, bisa menjadi sangat cerewet saat bersama Hinata.
Hinata sendiri bisa begitu sabar mendengarkan celotehan anak itu, mereka seperti mempunyai dunianya sendiri, menjadikan Itachi sebagai remah-remah biskuit roma kelapa yang jatuh ke lantai dan dikerubungi semut, tak dianggap.

"Itachi-san, apa tidak apa-apa seperti ini ?"

Hinata bertanya dengan ragu-ragu, mengingat reputasi seorang Uchiha Itachi membuatnya sedikit ngeri saat melihat bagaimana situasi mereka sekarang ini.
Begini, Hinata hanya tidak mau ada salah paham yang bisa merugikannya.
Itu saja, tidak lebih.

"Hnn .. tidak apa-apa." Jawaban dengan suara yang sangat ringan.

Tidak tau harus mengatakan apa, Hinata hanya mengangguk seadanya.
Jika setelah ini ada gosip tidak baik mengenai dirinya, Hinata pasti akan menuntut tanggung jawab Itachi karena melibatkannya dalam situasi absurd sejenis ini.
Tidak akan ada masalah jika Hinata hanya bersama Himeya, jelas yang menjadi masalah adalah Itachi dan kepopulerannya yang sudah tidak diragukan lagi.
Seandainya lelaki itu adalah orang yang biasa saja, Hinata pasti tudak akan terlalu waswas seperti ini.

Himeya masih bersamanya, anak itu menolak pulang ke rumahnya karena katanya tidak ada Hinata disana.
Sementara Itachi sudah pergi karena urusan pekerjaan dan semacamnya, Hinata tidak paham.
Dan sekarang, Hinata harus membawa Himeya ke kosannya.
Bukan masalah sebenarnya, selama anak itu tidak alergi terhadap barang perabot berharga murah yang ada di tempat tinggalnya.

"Aku akan langsung menjemputnya. Setelah urusanku selesai."

Itu adalah kalimat yang dikatakan Itachi, setelah mengantar Hinata pulang ke kosannya.
Benar-benar tidak bertanggung jawab memang, meninggalkan anaknya bersama orang asing yang baru dikenalnya.
Hinata gemas saja dengan apa yang dilakukan Itachi, bisa-bisanya lelaki itu membiarkan Himeya bersamanya.
Tidakkah Itachi berpikir sedikit saja mengenai hal jahat yang mungkin bisa dilakukan Hinata pada anaknya ?
Lelaki itu terlalu sembrono.

"Hinata, apa kau sedang berpikir untuk menjadi ibunya ?"

Ino bertanya dengan wajah curiga, saat melihat Hinata yang begitu serius mengamati Himeya yang sedang menonton acara kartun di layar laptopnya.

"Ishh ... mulutmu ini."

Hinata hampir saja menampar bibir Ino, seandainya tidak ingat jika ada anak dibawah umur disana.
Ino terkikik dengan wajah geli saat melihat Hinata yang mendengus keras karena pertanyaannya.
Himeya sesekali menoleh, menampilkan senyum lebarnya saat melihat Hinata.
Ino tidak mungkin salah saat membuat klaimnya terhadap Hinata dan Himeya.

"Seratus persen, anak itu mengganggapmu sebagai ibunya !" Katanya dengan wajah serius.

Hinata tidak memikirkannya, pikirannya memang tidak seliar pikiran Ino.
Dan satu lagi, Hinata menolak diracuni oleh Ino dan semua omong kosongnya.
Sahabat baiknya itu lebih sering menjadi ibu tiri daripada ibu peri.
Melirik lewat sudut matanya saat Ino terlihat serius mencoba mendekati Himeya yang bahkan tidak peduli dengan keberadaannya.
Rasanya menggelikan saat melihat seorang Yamanaka Ino diabaikan oleh seorang anak kecil seperti itu.

🐧

"Apa Himeya merepotkanmu ?"

Itachi datang ke kosannya di jam yang tidak bisa dikatakan sore, sudah larut saat akhirnya lelaki itu datang untuk menjemput anak cantiknya.

"Tidak. Himeya tidak pernah merepotkan."

Hinata barusaja menyelimuti Himeya yang sedang tertidur.
Anak itu memang sudah tidur saat Itachi menjemputnya, tidak heran karena sudah terlalu malam untuk anak seusianya.
Itachi nampak bersalah, seperti tidak enak hati karena membuat Hinata harus menjaga anaknya hampir seharian ini.

"Maafkan aku. Kau pasti kesulitan menghadapinya."

Kesulitan ?? Hinata tertawa saat mendengar perkataan itu.
Himeya dan kesulitan adalah perpaduan yang sama sekali tidak cocok disandingkan.
Anak itu sangat tenang, tidak rewel seperti keponakan Ino yang nakalnya bukan main.
Himeya bahkan terlihat seperti seorang tuan putri yang sudah lama menjalani pelatihan sebagai calon permaisuri.

"Itu tidak benar sama sekali. Pulanglah Itachi-san, kasihan Himeya."

"Ah, baiklah. Aku pulang sekarang. Terimakasih, Hinata."

Senyum yang menyegarkan. Hinata harus menelan bulat-bulat pikiran itu, karena Itachi hanya menampilkannya sekilas sebelum hilang begitu saja.
Rasanya bahkan tidak memuaskan dengan senyum sesingkat itu, lelaki bajingan.
Melambai ringan saat mobil itu menjauh dari pekarangan tempat tinggalnya, menghela napas dengan berat.
Apa sekarang Hinata tidak rela saat menyerahkan Himeya pada ayahnya ??
Entahlah.. rasanya hanya memberatkan.
.
.
.
Duhh .. benerbener ga ada stok draft buat cerita ini 😭 fresh langsung di proses 😂

Jadi, maaf ya chinguya.. kalian harus menunggu sedikit lama..

Vote pleasee ❤❤

I WANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang