21

1.9K 260 7
                                    

Happy Reading !!

Hanya satu hal yang tidak pernah dipikirkan Hinata seumur hidupnya, konsep pernikahan.
Jadi, saat Mikoto membuat diskusi mendadak mengenai pernikahan dan semacamnya, Hinata hanya bisa cengoh dengan wajah bodoh.
Pernikahan. Hinata memang pernah sekilas memikirkannya, tapi tidak sampai membayangkannya ke tingkat lanjutan.
Gaun pengantin seperti apa, atau riasan wajah yang bagaimana, konsepnya apa dan segala macamnya.
Hinata belum pernah memikirkannya. Sama sekali.
Bukan karena ia tidak ingin melakukannya, Hinata hanya merasa jika pernikahan terlalu jauh dari bayangannya.

"Ibu, aku sama sekali tidak punya gambaran untuk itu."

Hinata mengatakannya dengan jujur, membuat Mikoto tersentak lalu tersenyum ringan, menampilkan wajah keibuan yang menyenangkan.
Mengusap tangan Hinata, mengangguk paham dengan eskpresi mengerti di wajahnya.

"Tenang saja. Serahkan semuanya pada ibu." Katanya, begitu percaya diri.

Bagaimana bisa Hinata mengatakan iya, bahkan sebelum ada sesuatu yang biasanya dilakukan sebelum membahas rencana pernikahan, sebut saja lamaran.
Itachi tidak pernah benar-benar mengatakan jika lelaki itu mencintai Hinata, tidak pernah mengatakan dengan pasti mengenai mereka.
Hinata tidak mungkin memintanya, meski ia bisa saja melakukannya.
Kadang kala, egonya sebagai perempuan minta dipuaskan dengan pernyataan seumumnya, seperti aku mencintaimu, aku membutuhkanmu dan sejenisnya.

"Ada apa, nak ?" Mikoto bertanya dengan suara keibuan yang membuat Hinata tersadar dari pikirannya yang rancau.

"Tidak apa-apa, bu." Jawabnya dengan kalimat sederhana.

Hinata tidak pintar berbohong, tidak terbiasa melakukannya.
Jadi, saat gadis itu menyembunyikan sesuatu di kepalanya, Mikoto bisa melihat dengan pasti jika Hinata sedang menyembunyikan sesuatu.
Mikoto tidak mungkin salah menilai, mengenai kecemasan yang muncul dengan jelas di wajah Hinata saat ini.
Memeluk Hinata dengan ringan, nalurinya sebagai seorang ibu selalu ingin menenangkan anak-anaknya yang terlihat kesusahan.
Hinata bukan orang asing bagi mereka, gadis itu sudah seperti anaknya sendiri.

"Apa karena Itachi ?" Tanyanya dalam suara rendah.

Hinata tidak mengiyakan, tidak juga memberi penolakan.
Hanya memilih diam dan mengeratkan pelukannya pada sosok ibu yang begitu di rindukannya, Hinata sangat merindukan keberadaan ibunya, dan keberadaan Mikoto terasa sedikit melegakan untuknya.

"Kau bisa mengatakannya pada ibu, Hinata." Katanya.

Itu benar. Meski Hinata bisa mengatakannya dengan sangat gamblang dan jelas, bukan berarti Hinata selalu mau melakukannya.
Jadi pertanyaannya, apakah sekarang ia mulai ragu dengan hubungan mereka ?
Hinata tidak yakin, ia hanya butuh sesuatu yang bisa membuatnya percaya jika Uchiha Itachi memang benar-benar mencintainya.
Jika itu terlalu muluk-muluk, Hinata hanya mau melihat sepenting ala dirinya dalam kehidupan lelaki itu.

"Hmm .. terimakasih, ibu."katanya.

Mikoto sudah lebih dulu mengecap pahit manisnya kehidupan rumah tangga selama ini, bahkan harus menelan pil pahit saat melihat pernikahan anaknya yang hancur.
Meski Hinata tidak bisa mengatakannya, sebisa mungkin ia akan membantunya mengatasi kecemasan itu.
Sebagai seorang perempuan, bukan hal mudah untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius setelah pacaran.
Tapi tunggu dulu, bukankah sekarang ini salah Itachi ?
Benar. Mikoto yang akan melabrak anak sulungnya itu, meminta pertanggung jawaban atas Hinata dan hubungan mereka.
Meski terlihat sederhana dan tidak neko-neko, Hinata tetaplah seoramg perempuan yang mendambakan pernikahan yang indah.

"Tenang saja, Hinata. Ibu yang akan mengurus semua ini. Jangan terlalu banyak pikiran."

Menepuk bahu Hinata dengan wajah serius dalam ekspresinya, Mikoto benar-benar membuat Hinata merasa kikuk dengan semua ini.
Mengangguk seadanya, memangnya apalagi yang bisa dilakukan Hinata ?
Hinata mungkin terlihat lemah saat ini, itu karena ia yang menekan egonya sendiri.

Mikoto tidak akan tinggal diam saja kali ini.
Anaknya pernah membuat kesalahan di pernikahan sebelumnya, dan Mikoto tidak akan membiarkannya melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
Itachi dan Karin menikah di usia yang cukup muda, bukan karena kecelakaan atau apa, tapi karena keputusan mereka.
Dalam pandangannya sebagai seorang ibu, pernikahan itu sudah hancur sejak enam bulan setelah akad.
Mulai membaik saat mengandung Himeya dan kembali retak setelah kelahirannya.
Mikoto tidak bisa menyalahkan satu pihak atas perceraian mereka, karena keduanya turut ambil bagian dalam kesalahan itu.
Karenanya, karena ia sangat menyayangi keluarganya, Mikoto tidak akan membiarkan sejarah yang sama kembali terulang.

🐧

Sudah terlalu larut saat Uchiha Itachi akhirnya masuk ke apartemennya yang temaram dan sepi.
Berjalan menuju kamar Himeya sekaligus kamar Hinata, membuka pintu dengan hati-hati dan langsung merasa lega saat melihat dua orang yang dicarinya kini berada disana.
Himeya selalu saja membuat Itachi iri atas kedekatannya dengan Hinata.
Bahkan sekarang, rasanya mereka harus bersaing untuk mendapatkan perhatian dari Hinata.
Yang tentu saja, Itachi akan selalu kalah dari Himeya, karena anaknya selalu menjadi yang utama untuk Hinata.

Mendekat kearah ranjang setelah melepas jas hitamnya dan menyampirkannya sembarangan, mengamati wajah damai Hinata yang kini sangat tenang.
Itachi tidak membutuhkan apapun lagi sekarang, selama ada Hinata dan Himeya bersamanya.
Itachi ikut bergabung di ranjang Himeya yang untungnya berukuran besar.
Gerakan yang membuat Hinata tersentak, membuka mata dengan spontan dan hampir memukul Itachi yang kini memeluk pinggangnya dengan erat.
Hampir saja, sebelum Hinata mencium aroma parfum yang sudah dihapalnya di luar kepala.

"Kau mau membunuhku ?" Suara Itachi yang menyahut ketus sebelum terkekeh.

"Kau mengagetkanku ?" Keluhnya.

Hinata hampir tidak bisa bernapas dengan nyaman, saat Itachi memeluknya dari belakang dengan erat, sementara di depannya ada Himeya yang juga memeluknya.
Jujur saja, ini terlalu hangat untum sekarang, tapi Hinata menyukainya.
Dengan Itachi yang melindunginya, dan Himeya yang menjaganya, lengkap sudah.

"Menikahlah denganku."

Dan bisikan yang mengiringi gerakan Itachi meraih telapak tangannya, menyelipkan sesuatu yang terasa dingin di jari manisnya.
Hinata kehilangan suaranya, bahkan tidak sadar jika ia terisak sekarang.
Mengangguk tanpa suara, senyum di bibirnya dan tangis bahagia di matanya.
Inilah akhir yang diharapkannya, happy ending dengan sempurna.
Hinata mendapatkan Itachi sebagai suaminya, Himeya sebagai anaknya dan Uchiha sebagai keluarganya..
Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, terlihat terlalu muluk-muluk tapi sekarang menjadi nyata.

"Aku mau."

Saat akhirnya Hinata berhasil menemukan suaranya, hanya kalimat itu yang bisa dikatakannya.
Senyum simpul di bibir Itachi, kecupan ringan di leher samping Hinata.
Keberadaan Hinata adalah anugrah untuknya dan Himeya.
Uchiha Himeya tersenyum, meski matanya masih terpejam rapat.
Selamat mimpi indah, anak cantik.

"Aku mencintaimu, Hinata."

Akhirnya Itachi mengatakannya, setelah banyak perdebatan dalam kepalanya.
Ini bukan sebuah lamaran yang direncanakannya, tapi desakan Mikoto membuatnya harus memajukan timing untuk keselamatan masa depannya.
Alasan kenapa Itachi pulang terlalu larut adalah karena ibunya yang memberi sidang dadakan setelah acara meeting di kantornya.
Uchiha Mikoto memang bertekad menjadikan Hinata sebagai anak mantu kesayangannya.
Dengan banyak dalih dan berbagai macam perintah tak masuk akal, Mikoto berhasil meracuni otak Itachi untuk segera menghalalkan Hinata.
Memang luar biasa peran besar yang diemban oleh nyonya Uchiha itu.
.
.
.
.
Untuk keselamatan masa depan, lamaran di percepat 😂

Tetap sehat ya, 😘

Vote pleasee ❤❤

I WANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang