22 ( END )

3.8K 303 31
                                    

Happy Reading !!

Berbagai macam doa yang diterimanya atas pernikahan mereka yang sederhana, mampu membuat Hinata tersenyum seharian tanpa kram tulang.
Ditambah dengan wajah kesal merajuk Sakura yang terus merongrongnya untuk segera menikahinya, membuat Hinata merasakan kemenangan sesungguhnya atas semua hal.
Jawaban atas doanya yang kadang full dan kadang setengah, berwujud paket lengkap ayah dan anak yang begitu mengubah kehidupan Hinata.
Rasanya masih tidak bisa dipercaya, jika Hinata akhirnya benar-benar menikan dan menjadi istri Itachi.
Siapapun, tolong jangan bangunkan Hinata dari mimpi indahnya, Hinata tidak mau melihat kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Rasanya sangat tidak nyaman tapi mendebarkan, bahkan Hinata merasa antusias untuk sesuatu yang tidak jelas.
Saat akhirnya kembali masuk ke apartemen Itachi, Hinata disadarkan dengan satu fakta jika mereka bukan hanya sekedar kenalan, pacar atau bahkan seseorang yang tinggal di tempat yang sama.
Mereka sudah resmi menikah, menjadi suami istri.
Ouhh .. mengingatnya saja membuat Hinata merasa malu.

Itachi menggendong Himeya yang tidur begitu nyenyak, meletakkan anak itu di ranjang kamarnya.
Himeya tidak rewel, bahkan saat melihat Hinata dirias cantik dengan gaun pengantinnya.
Bukan hanya Hinata, Himeya juga dirias cantik dengan gaun tutu lucu yang membuatnya terlihat seperti peri.
Himeya hanya menangis setelah acara resepsi, tentu saja membuat anak berusia 2 tahun itu letih.
Hinata tidak banyak membawa pakaiannya, karena sebagian besar sudah di sumbangkan ke panti asuhan yang berada di dekat kosannya.
Bukan hanya pakaian, tapi juga berbagai barang di kosannya yang sekiranya tidak diperlukan Hinata.

Hinata tidak segera masuk ke kamar, rasanya sangat canggung hingga membuatnya lelah sendiri.
Meski sudah lama tinggal di tempat ini, Hinata belum pernah masuk ke kamar Itachi.
Sama sekali. Tidak sekalipun.
Jadi, pilihan paling aman yang bisa dilakukan Hinata adalah duduk di sofa ruang tengah dengan mata setengah terpejam karena lelah, sangat lelah.
Dengan kepala bersandar di sandaran sofa yang empuk, memeluk bantal sofa dan mulai tidur.
Hinata tidak peduli pada apapun lagi, lupakan sejenak pada malam pertama, Hinata tidak membutuhkannya.
Uchiha Itachi terkekeh, melihat Hinata yang meringkuk di sofa tengah, terlihat seperti anak kucing kelelahan.
Sepertinya, memang bukan hanya Himeya yang mau digendong hari ini.

Dengan hati-hati, Itachi mengangkat tubuh Hinata agar tidak membangunkannya, membawa masuk ke kamarnya dan meletakkan di ranjang bersprei biru tua miliknya.
Hinata sudah resmi menjadi istrinya, tidak ada alasan untuk terus membiarkannya tidur bersama di kamar Himeya.
Halahh .. bilang saja jika kau memang iri dengan anakmu, Uchiha Itachi.
Himeya yang selalu tidur nyenyak di pelukan Hinata memang menjadi momok yang membuat seorang Uchiha Itachi merasa sangat iri dengan anaknya.
Hinata tidak bangun, hanya menggumam tidak jelas dengan mata terpejam.
Itachi sudah pernah melewati moment seperti ini sebelumnya, tapi tetap saja ia merasa sangat bahagia untuk saat ini.
Mengganti pakaiannya dengan baju tidur, naik ke ranjang dan bergabung bersama Hinata, Itachi hanya ingin memeluknya saja.

"Aku mencintaimu, Hinata." Bisiknya, mencium kening Hinata dan mulai tidur.
Bahkan sekarang ia tampak idiot dengan senyum tak biasa di bibirnya.

Pernikahan yang pernah dianggapnya sebagai momok mengerikan, nyatanya tidak terlalu buruk saat Hinata menjalaninya.
Rasanya bahkan sangat mendebarkan, sangat menyenangkan dan membuatnya merasa malu, semuanya terkumpul di satu titik dan menjadikan banyak kupu-kupu beterbangan disana.
Saat ia membuka mata, mendapati Uchiha Itachi yang masih tidur dengan memeluknya, kehangatan yang nyaman hingga membuat Hinata enggan bangun.
Hanya saja, suara rengekan itu membuatnya bergerak lebih cepat dari yang pernah diduganya, hingga membuat Itachi terhenyak saat Hinata melompat turun dari ranjangnya dan berlari ke kamar Himeya.

"Mamaa .."

Himeya merengek dengan wajah mencebik, hampir menangis saat akhirnya Hinata datang dan langsung menghampirinya yang berada di ranjang.

"Ohh, sayangku. Kemari nak."

Meraih Himeya di gendongannya, membuat anak itu langsung memeluk leher Hinata.
Melebarkan senyum di bibirnya, Hinata sudah sering mendapati Himeya yang seperti ini, tapi sekarang rasanya sangat berbeda.
Mencium pipi Himeya dengan gemas, membuat anak itu tertawa senang dan balas mencium pipi Hinata.
Pemandangan pagi yang manis, terutama saat Itachi bergabung bersama mereka.

"Ayah pergii .."

Hanya saja, tidak semua yang indah itu menjadi kenyataan, karena Himeya yang menuding Itachi dan menjauhkannya dari Hinata.
Hinata menahan tawanya saat melihat wajah tak senang Itachi dan wajah galak dari Himeya yang mendekap Hinata semakin erat.

"Himeya, ayah juga mau dipeluk mama."

Dan semakin parah saat melihat Itachi yang merengek di depan anak berusia 2 tahun yang berstatus sebagai anaknya.
Himeya tidak mudah diluluhkan, seharusnya Itachi sadar betul dengan itu.
Karena sekarang, Himeya tetap mempertahankan Hinata sebagai sanderanya.

"Noo !!" Himeya berteriak.

"Himeyaa .." dan Itachi terus bersikeras.

Menghela napas, rasanya sangat menggelikan melihat pertengkaran sejenis ini terjadi di depan matanya.

"Anata, tidak bisakah kau mengalah pada anakmu ?"

Pertanyaan bernada tajam, membuat Itachi merasa tertusuk saat melihat Hinata yang membela Himeya.
Mendengus pelan, memilih minggat darisana dengan wajah masam.
Hinata berdecak, melihat kelakuan ajaib dari lelaki dewasa yang penuh pesona.
Menahan tawa, Hinata tidak habis pikir dengan kelakuan kekanakan dari lelaki yang kini berstatus sebagai suaminya itu.

🐧

"Ada apa denganmu, Anata ?"

Hinata benar-benar dibuat jengkel dengan ulah Itachi seharian ini, lelaki itu merajuk dengan alasan yang membuat Hinata sakit kepala.
Jadi, setelah ia menangani Himeya dan berhasil menidurkan anak sambungnya, sekarang saatnya Hinata menangani bayi besar yang sangat mengganggu Hinata seharian ini.
Itachi tidak akan membiarkan tangannya diam saat Hinata memeluknya dengan ringan.
Menatap Hinata sepenuhnya, mendapati jika kenyataan lain membuat imannya goyah.
Wajah polos Hinata, bibir mungil yang merengut dan bola mata besar yang mengarah padanya dengan penasaran dan rasa kesal.
Itachi kehilangan kemampuannya untuk marah sekarang.

Sebagai gantinya, lelaki itu merengkuh Hinata semakin erat, mulai memberikan kecupan-kecupan kecil yang dengan cepat berganti menjadi sebuah ciuman yang menuntut tapi lembut, terkesan kuat tapi hangat.
Hinata tidak menahannya, membiarkan Itachi melakukan apapun yang diinginkannya, bahkan jika cumbuan ini berlanjut ke tahap yang lebih berbahaya.
Mereka sudah halal, dan akan sangat salah jika Hinata menghentikannya sekarang.
Ino sudah memberinya kuliah mesum beraliran sesat saat mendatangi Hinata sebelum hari pernikahannya.
Tentang kewajiban istri melayani suaminya dan segala macam hal yang membuat wajah Hinata memerah sepenuhnya.
Jadi, jika Itachi meminta haknya malam ini, Hinata sudah menyiapkan diri untuk memberikannya.

"Aku mencintaimu."

Bisikan bernada mesra yang membuat Hinata tersenyum diantara helaan napasnya yang berantakan.
Mengangguk dengan wajah merah, terutama saat Itachi menelusuri keseluruhan wajahnya dengan ujung jari, penuh pemahaman sebelum kembali menciumnya.
Mengangkat Hinata dengan sekali gerakan ringan, membawanya ke kamar untuk melakukan hal yang sempat tertunda.
Sekarang, Itachi mempunyai tugas besar sebagai seorang ayah dan suami, sebagai lelaki sejati.
Sepertinya, memberikan Himeya adik akan menjadi hadiah menarik untuk ulang tahunnya yang ke 3.
Bersiaplah untuk menjadi seorang kakak, Uchiha Himeya.
.
.
.
.
Uhuuu .. akhirnya selesai juga.
Mohon maaf gengss, jangan minta extra chap yaa.. aku ga sanggup 😂

Sehat selalu, dan terus baca-baca tulisan aing yee.. jangan lupa coment, vote and follow 😘😊

Ohh yaa, kalo mau kasih ide, saran atau mau pair siapa lagi juga boleh banget kok. Xoxo 😋

Vote pleasee ❤❤

I WANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang