Absen dulu, kuy.
A. Pembaca baru
B. Baca ulang
Follow akun Wattpad ini, ya, biar followersku bertambah^
Semisal memang bukan kamu bagian dari tulang rusukku yang hilang, aku akan mencoba abai akan hadirmu.
Semisal kamu hanya sekadar singgah, tanpa hendak menetap, aku akan coba tegar tuk membukakan pintu keluar.
Semisal kamu akan pergi, aku akan mencoba lapang pada kehilangan-kehilanganku yang selanjutnya.
Namun, sekuat apa pun aku mencoba memutar balik takdir, aku tidak akan sanggup.
Ketika langit biru itu berubah menjadi gelap, awan mendung memayungiku, detik-detik berikutnya aku tak mau waktu bergulir. Aku ingin menghentikan waktu agar bisa menghalau kepergianmu.
Aku mencintaimu, sedang kamu tidak mencintaiku.
Aku mencintaimu, tapi tidak bisa mencintaimu.
"Gue udah nggak perawan."
Gue tersedak ludah sendiri. Eh, anjir nih cewek nggak pake basa-basi apaan dulu kek. Apa kabar atau apa gitu. Gue baru aja duduk. Nih, bokong gue baru aja nyentuh kursi woi.
Gue menatapnya cukup lama, nunggu dia berucap kalimat selanjutnya. Tapi, nggak ada. Dia cuma ngucapin itu doang sambil nunggu respons dari gue. "Terus?"
Kayaknya dia kecewa deh sama respons gue barusan yang kelewat singkat banget.
"Gue udah nggak perawan," katanya lagi seakan-akan menekan kalimat itu biar gue denger. Gue nggak nggak budek, ye. Dia mengulangi kalimat pembuka beberapa menit lalu. "Ya, lo seharusnya batalin perjodohan kita lah."
Gue terdiam. Berpikir sebentar. Emang salah kalau cewek udah nggak perawan lagi? Apanya yang salah? Wajar aja gitu, bagi gue. Dan itu nggak bisa buat alasan agar perjodohan ini dibatalkan.
"Keperawanan sama perjodohan ini 'kan nggak ada hubungannya," suara gue terdengar kaku. Canggung juga.
Terakhir kali, gue ketemu dia pas masih bayi. Hahaha. Enggak bayi juga, sih. Dia udah bisa jalan. Balita mungkin, ya. Eh, sekarang dia jadi cantik banget alig.
"Ada hubungannya lah! Gue mau perjodohan ini dibatalkan," lah dia ngegas. Gue menatapinya cukup lama. Jujur, gue bingung nih mau ngomong apaan. "Harus batal pokoknya."
"Kenapa perjodohan ini harus dibatalkan?" tanya gue pelan, tapi penuh tatapan intimidasi ke dia. "Kasih gue alasan yang jelas."
"Gue udah nggak perawan."
Gue mendengkus. Ya, iya. Gue tahu. Ngapain coba diulang sampe 3x ngomongin keperawanan mulu.
"Yang lain."
"Itu alasan paling kuat!"
"Gue nggak masalah tuh," ujar gue dengan santai. "Lo udah nggak perawan kek. Lo udah pernah nikah terus jadi janda. Gue nggak masalah sama sekali. Asal, lo bukan istri orang aja. Lo single 'kan?"
Dia diam.
Mulutnya sedikit terbuka, kayak terperangah gitu sama omongan gue. Hahaha. Skak mat. Rasain tuh.
"Malah enak kalau udah nggak perawan. Lo lebih berpengalaman," tambah gue lagi karena dia masih menatap gue kagum. "Btw, gue suka cewek yang agresif. Kelihatan lebih hot."
Em, hot? Kayaknya gue salah pilih diksi. Dikira bon cabe kali ah. Nih, mulut emang kadang suka nggak kekontrol. Hampir aja r-nya hilang. For you information, gue ini rada pelo. Ngomong r sama s rada susah nih bibir, belepotan banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang
Romance"Gue udah nggak perawan." "Terus?" "Gue udah nggak perawan," katanya lagi seakan-akan menekan kalimat itu biar gue denger. Gue nggak nggak budek, ye. Dia mengulangi kalimat pembuka beberapa menit lalu. "Ya, lo seharusnya batalin perjodohan kita lah...