BAB III

4 1 0
                                    

"Titas"

Sapaan dia membuyarkan lamunanku. Kepalaku terasa amat berat dan berdenyut. Aku harusnya bertanya pada dia soal beasiswa itu, Namun ada rasa enggan menyelimui. Makanya aku terpaku pada lamunanku. Serta menahan rasa sakit ini.

"Zia.." sapa titas

"Sibuk banget ya? Sampai susah di temuin"

Titas tertawa, "Kebalikan lagi kalian berdua itu yang susah di temuin. Sibuk skripsi ya?"

"Iya.. Lo tau ga zia selalu mencontoh skripsi gw" Canda arza

"Enak aja.. Kamu tau?" aku cemberut.

Kami berjalan beriringan ke parkiran. Sesekali ada canda mewarnai. Walau lebih banyak dia mengejekku. Ku pegang kepala ku untuk meredam sakitnya.

"Enak ya.. bisa sarjana. Lah aku masih harus nunggu tahun depan" Nada suara titas melemah

Ku lihat dia tersenyum tulus pada titas.

"Kan sama aja titas, jadi sarjana juga. Bukan waktunya yang di kejar tapi moment dimana kita menikmati hasil perjuangan itu yang kita cari. Banarkan cebong?" Tandas arza

"Bener. Sabar aja titas! Aku percaya kamu pasti bisa melewati ini semua dengan mudah"

Titas berpisah dengan kami karena harus balik ke asrama. Jalan ku melamban. Panas matahari benar menusuk ke kepala ku. Ku lihat dia berjalan jauh ke perkiran. Aku masih tetap mengejar derap langka dia. Kepala ku amat sangat sakit dan terlihat samar dia mendekatiku.

Ku tatap sekeliling ruangan ini. Lain, bukan kamar kostku. Dimana  ini? hatiku membatin.  Menatap sekeliling hanya terlihat infus mengalir di tangan kiriku. Dan berarti ini rumah sakit. Siapa yang membawa aku kesini? Ku lihat dia terbaring di sebelah tempat tidurku. Aku tersenyum kecil, Kenapa dia begitu baik padaku. Selalu menjaga, melindungiku bahkan memberikan apapun untukku. Apa aku harus bertanya apa alasan dia baik padaku? Tapi bagaimana bila dia menjawab semua karena ketulusan, karena dia menyayangiku, karena dia jatuh cinta padaku atau mungkin karena rasa kasihan padaku. Dan apa yang harus ku jawab, bila dia memberikan alasan seperti itu.

Ah... mimpi baru telah terbangun lagi dalam hidupku. Baru pondasi awalnya, namun akan menjadi dinding yang tebal nantinya. Akan sulit untuk di tumbangkan. Mimpi dia menyatakan bahwa dia mencintaiku. Dan itulah mimpi ku saat ini. Aku benci seperti ini, telah membangun mimpi untuk berharap cinta dia. Ku pejam mataku lagi, berharap bisa meredam mimpi itu agar tidak terlalu besar. Tapi aku membutuhkan dia yang selalu ada di dekatku. Jujur aku katakan bahwa aku mulai mencintai dia.

Deruan hujan memaksaku bangun. Malam ini hujan turun. Tapi sayangnya aku tak bisa melihat rinai hujan malam ini. Hal yang biasa aku lakukan. Berdiri di balkon kostan. Menatap rinai demi rinai hujan dan tersenyum bersama hujan. Ku lihat dia masih saja terjaga dalam tidur. Tanganku mengusap rambut hitamnya yang tebal. Dan aku harus kembali tidur, Mungkin tubuhku membutuhkan itu saat ini.

Berada di rumah sakit untuk pertama kali memang sangat membosankan. Menunggu dokter memeriksa, obat dan kembali tidur. Sangat membosankan. Ini aneh tubuhku tidak merasakan sakit yang teramat sangat. Tapi hanya rasa lemas menyerangku. Derap langkah menghampiriku di ranjang.

"Bagaimana mbak, merasa enakan?" tanya perawat padaku.

"Lumayan, sedikit enakan" Jawabku sambil tersenyum

"Tipus itu mesti banyak isirahat, Jangan terlalu capek. Kalau sudah merasa pusing atau badan panas. Langsung istirahat mbak ya!"

Aku kena tipes. Penyakit yang selalu di hubungkan dengan tikus. Padahal bukan itu penyebabnya. Penyakit tipes atau yang dalam istilah dunia medis lebih dikenal dengan tifoid fever merupakan penyakit akut yang berhubungan dengan demam. Tergolong penyakit akut karena tanda tandanya bisa terjadi hingga 1-3 minggu dan lebih memungsingkan lagi gejalanya hampir sama dengan penyakit demam berdarah. Penyebab penyakit ini adalah bakteri salmonella typhi yang masuk kedalam tubuh bersama air dan makanan yang telah terkontaminasi atau kontak dengan orang yang terkena penyakit ini. Bakteri salmonella typhi yang masuk kedalam tubuh akan berkembang biak dan mulai mengkontaminasi saluran pencernaan hingga akhirnya ke pembuluh darah yang menyebabkan penderita penyakit tipes mengalami gejala gejala klinis. Gejala tersebut bisa di obati secara klinis dengan mengunakan antibiotik yang membantu tubuh untuk memerangi bakteri jahat sehingga orang yang terkena tipes menjadi lebih baik, Namun ada kalanya penderita mengalami komplikasi yang menyebabkan meninggal dunia karena penyakit ini. Setidaknya itulah yang pernah aku baca dari info kesehatan.

ANTARA AKU, DIA, dan KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang