EFILOG

23 1 0
                                    

Suara deruan langit terdengar perlahan. Kecil dan mulai menurunkan setitik lalu mulai mengalir hujan kecil. Icha mencium pipi seseorang yang tetap menatap hujan di atas kursi duduknya. Tersenyum dan perlahan ada mendung di pelupuk mata, wanita umur 40an  namun masih tetap dengan cantik dan kesederhanaannya.

"Hujan lagi tante. Sepertinya musim hujan akan segera tiba. Tante senang kan kalau hujan telah datang?"

Wanita itu tersenyum sambil mengusap rambut panjang sih gadis ini. Tanpa terasa waktu telah lama berjalan tanpa di sadarinya. Empat belas tahun sudah masa berjalan. Wanita itu tersenyum pada icha.

"Kenapa tante suka banget hujan?"

"Ada cerita di balik hujan sayang. Cerita yang tak akan pernah padam meski waktu telah berjalan. Dia akan selalu mengikuti kemana tante berjalan. Ada cerita tentang Aku, dia dan hujan."

Icha tersenyum, "Ada cerita tentang apa tante..?"

"Cerita tentang cinta dalam diam, yang tak tersentuh namun tetap terasa, Dia cerita tentang cinta pertama"

Mata indah itu tetap menerawang jauh kedalam deruan hujan. Menikmati setiap deruan suara hujan yang mengalir di iringin desahan dalam hati.

"Dimana kamu kodok?"

Icha membiarkan tantenya tetap berjalan bersama memori cinta pertamanya. Dan tetap menatap hujan dari kaca jendela kamarnya. Icha mendesah pelan,

"Seandainya ada yang bisa mempertemukan dengan cinta pertama tante. Aku rasa ada senyuman indah tante untuk hidupnya. Aku rindu tante zia dengan senyum indahnya"

***************

Sekarang bukan lagi soal perdebatan cinta yang dibicarakan. Bukan lagi soal emosi yang terus memuncak. Tapi bagaimana bertahan diantara semua kejadian, entah kebahagian atau kesedihan. Atau lebih kearah bagaimana kita tetap tegak berdiri menghadapi segala yang pernah terjadi dalam hidup ini. Serta tetap melangkah kedepan tanpa ada rasa penyesalan.

Icha melangkah dengan perlahan memasuki ruangan dosen terfavoritnya. Tetap tampan walau usianya sudah empat puluhan. Icha tersenyum sambil mengagumi guratan ketampanan yang tiada akhir dari dosen yang tetap tegas diantara  kelucuan yang diciptakannya. Ah.... icha hanya sekedar mengagumi, bukan menyukai.

"Pagi prof...."

"Pagi icha" tangan itu membetulkan kacamatannya. "Ada apa? sepertinya penting"

"Penting? Tidak juga prof "

"Terus...." Mata itu menatap

"Hanya mengembalikan buku ini prof, kemarin tertinggal di ruangan kuliah"

Mata itu menatap seksama kearah buku. Ah... 14 tahun sudah semua berjalan, tapi buku ini tak pernah habis untuk di baca. Bukan untuk dibaca, tapi kenangannya yang tak pernah habis untuk di ingat.

Dengan ragu icha melanjutkan kalimatnya, "Saya pernah melihat buku ini prof. Tapi dimana?"

"Sekarang mungkin?"

"Tidak prof Jauh sebelum ini. Hanya saja ingatannya masih kabur"

Dia tersenyum, "Berarti kita punya bahan obrolan lagi selain soal perkuliahan?"

ANTARA AKU, DIA, dan KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang