BAB V

1 0 0
                                    

Hari ini membuat perpisahan itu semakin dekat. Aku tak lagi bersedih, semua akan aku anggap sebagai sebuah perjalanan menujuh kebahagiaanku, Entah itu disini atau di sana bersama keluargaku. Aku masih menunggu sidang yang membuatku menjadi sarjana. Hal yang telah membawa aku di tempat ini. Aku tak lagi berfikir tentang malaysia, aku anggap itu hanya sebuah mimpi. Tak lagi berharap mimpi itu jadi nyata. Aku hanya harus berjalan menatap kedepan bersama keluargaku. Ah... senangnya masa penantianku akan berakhir. Aku akan segera kembali bersama keluargaku. Inilah takdir yang harus aku jalani. Deringan hp mengagetkan aku diantara semua kebahagiaan ini. Ini kode telfon kotaku. Siapa gerangan? Dony fikirku. Dada bergemburu. Takut akan ada berita yang tidak mengenakan. Ada apa?

"Cebong angkat telfonnya?"

Terikan itu menyadarkan aku dari fikiran aneh.

"Dony..." Aku tersenyum lega. "Dony kakak kangen. Kamu tau...?"

Suara ku tertahan. Kebahagiaan yang ingin aku bagi meluap begitu saja. Suara dony membangunkan aku dari tidur dengan mimpiku. Bahwa aku telah lama meniggalkan keluargaku. Aku tertunduk lemas, Tak ada gunanya kebahagiaan ini. Papa sakit parah. Itu sungguh menyakiti aku amat sangat. Hanya papa yang menyayangi aku. Kali ini papa terbaring sakit dan aku tidak berada di samping papa. Aku bukan anak yang baik. Aku harus pulang. Papa membutuhkan aku sekarang. Keluargaku membutuhkan aku. Kebahagianku sekarang tak berarti, tanpa papa. Hanya papa yang tak rela melepas kepergianku dulu. Aku harus kembali. Mengapa saat kebahgianku pasti ada kesedihan. Sekarang papa berjuang antara hidup dan mati.

Sore ini pesawat membawa aku terbang ke tempat dimana aku sesungguhnya. Tempat yang melukis semua kisah di hatiku. Menoreh perih juga menoreh kebahagiaan terindah. Kaki ku melangkah menyusuri koridor rumah sakit. Memasuki lorong demi lorong. Tapi tak aku temui sosok papa. Ya tuhan.. Jangan beri aku kenyataan bahwa aku terlambat. Bisik hatiku lirih. dan terdengar suara gaduh dari sebuah ruangan gaduh.

"Jangan dek.. Kasihan kakak zi disana" suara itu keras tapi terasa di tekan. Diredam karena di rumah sakit.

"Kakak zi...pasti datang. Dia ada disini" Bantahnya

"Dony.. kasihan kakak zi.. Dia pasti sedih"

Tunggu itu aku mengenali suara itu. Suara kakak lyla. Dan seseorang menerobos pintu. Anak SMP dengan seragam lengkap berlari. Aku tertegun menatap pintu yang terbuka itu. Dony melihatku. Sesaat berlalu dan memelukku. Kalimat yang meluncur dari bibirnya kakak. Jadi ini dony adik kecilku yang aku tinggalkan dengan seragam merah putih. Sekarang telah tumbuh menjadi remaja. Memelukku erat menyusul kakak lyla memeluk juga. Pelukan hangat dari keluargaku.

"Kak lyla" sapa ku pelan

Sekarang aku memiliki keluarga utuh. Waktu telah lama berlalu kasih sayang mereka tak berubah padaku. Semua yang aku rindukan sejak lama. Adik kecil dan kakak lyla memelukku erat. Tapi dimana mama tak kelihatan.

"Mama" desahku pelan

Dony melepas pelukannya, "Mama pulang sebentar. Kakak kurusan?"

"Bener zi... kamu banyak kurusnya" timpal lyla

Aku tersenyum, "Papa..."

Aku memasuki ruangan ICU, ada papa terbaring lemah. Dengan oksigen membantu pernapasannya. Perlahan ku dekati papa, tapi masih tetap saja diam. Tidak ada tangan kokoh meraih aku dalam pelukannya. Apa sekarang papa membenci aku. Aku membutuhkan papa. Karena hanya papa satu satunya orang yang menyayangiku. Ku sentuh tangan papa yang dulu pernah mengelus, mengasuh bahkan memanjakan aku. Kini tangan itu diam. Aku hanya bisa mengengam dan menciumi tangan itu. Sekarang menanggis apa ada gunanya?

ANTARA AKU, DIA, dan KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang