Langit malam selalu menghadirkan kesan tersendiri buat ku. Penuh bintang, cerah nampaknya tidak akan hujan malam ini. Padahal sekarang sudah memasuki musim hujan. Aku jadi mengingat saat pertama kali berada di kota ini. Meninggalkan kota kelahiranku, sebuah pulau kecil di kelilingi pantai. Bermain dengan air memang sangat menyenangkan. Dulu papa sering mengajak aku liburan ke pantai. Menginap satu atau dua malam. Rasanya aku sangat merindukan itu semua.
Hujan juga mempunyai kisah nyata tentang diriku. Disaat musim hujan aku terpisah jauh dari keluargaku. Hampir 4 tahun berlalu. Mengejar mimpi dan impian menjadi seorang sarjana. Walau terasa berat, namun semua tetap harus aku jalani. Tanpa aku sadari semua akan berakhir. Perjalanan panjang tentang mimpi dan impianku akan berakhir. Dan bila saat itu tiba aku akan menunjukan pada mama bahwa aku berhasil.
Dan yang aku rasakan sekarang adalah rasa rindu yang amat besar pada keluargaku. Bibirku mengurat senyuman, entah untuk menutup kegelisahan atau mungkin menghibur diri sendiri. Melihat semua teman masih menerima kabar dari keluarga mereka, sementara aku? Kehilangan jejak keluargaku. Keluargaku seperti menghilang entah kemana. Semua nomor telfon yang aku hubungi selalu berada diluar jangkauan. Apa mereka sengaja tidak menghubungi aku, karena tak menganggap aku bagian dari mereka. Tapi bagiku mereka lah keluargaku. Yang selalu aku rindukan setiap saat.Q desah hatiku lirih.
"Makanya pulang dong!!"
Suara itu milik dia. Suara pangeran kodokku.
"Kamu kok tau aku ada di sini?"
"Cebong... Aku tuh kenal banget sama suasana hati kamu. Apa lagi kalau tidak hujan"
Benar hanya dia yang mengerti atau mungkin terpaksa mengerti semua tentang aku. Setidaknya aku beruntung mengenal dia.
"Kamu kenapa sih melamun terus. Mikirin apa sih?"
"Kodok" sapaku. "Pangeran kodok selalu berharap datangnya putri yang tulus mencintainya dan merubahnya kembali jadi manusia kan?"
"Bener. Memangnya ada apa?"
Aku membaringakan kepalaku di bahunya, tempat aku bersandar di saat tak berdaya. Sesungguhnya aku adalah wanita lemah. Berpura pura kuat melawan semua masalah. Dan satu hal yang pasti aku adalah orang yang selalu lari dari masalah. Lari dari masalahku dengan mama yang tak tau awal dan akhirnya.
"Adakah orang yang mencintai dengan tulus. Seperti putri yang rela mencium kodok agar kembali menjadi pangeran tampan seperti dalam dongeng?"
"Ada. Walau pun terkadang bukan pangeran yang tampan seperti dalm dongeng."
"Juga buat aku?" Tanyaku lagi
"Buat siapa saja. Selama di dalam hatinya ada cinta yang tulus. Termasuk kamu aku atau siapa pun juga." Dia tersenyum lembut. "Laper nih, Makan yuk!!"
"Ajak titas juga ya?"
Dia menganguk pelan, sambil menuntunku turun dari atas balkon. Dia menarikku dan mengengam erat tangan menyusuri trotoar Memecah keramaian. Dia amat erat mengengam tanganku. Sejujurnya aku amat sangat takut dengan deruan suara kendaraan. Tapi itu hilang begitu saja, karena ada dia yang selalu melindungiku serta memberiku kenyamanan.
"Mas kepiting sama udang asam manisnya satu porsi ya?"
"Sabar za... Pasti kebagian kok" Ucapku pelan. "Tuh titas udah dateng"
titas menghampiri, "Siapa yang traktir nih?"
"Biasa yang baru gajiaan" Godanya
Aku tersenyum, "Maaf ya? Yang ngajakin aku makan siapa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA AKU, DIA, dan KENANGAN
Fanfiction"Hanya kamu yang bisa di andalkan oleh mama, kakak serta adikmu" Sebuah kalimat yang merubah segalanya dalam hidup zia. Zia harus melepaskan mimpi, impian serta cintanya dalam satu kali waktu. Zia seorang gadis tangguh yg berada di lingkaran kebenc...