30 menit.
30 menit sudah Hinata berada di bawah terik sinar matahari, dia menoleh mendapati Sasuke yang duduk di tangga pinggir lapangan basket, yap! pagi-pagi sekali Sasuke mengajaknya untuk berolahraga.
Entah bagaimana dia tau Hinata akhir-akhir ini tidak melakukan hal dengan semangat, bisa disebut badmood berlebih. Mata Hinata menelusuri tiap gerakan Sasuke yang memantulkan bola satu meter di sampingnya, dengan keringat di sisi wajahnya, jaket olahraga yang digulung sampai sebatas sikunya.
Hinata akui cowok seperti Sasuke ini menurutnya seperti idol, memiliki banyak fans, tampan tanpa make up, pintar, body goals. Huh! apa yang kurang? kurangnya di bagian senyum saja, kurang ramah kalau menurut Hinata, ahaha.
Sasuke menegakkan tubuhnya dan menaruh bola berwarna orens itu disamping tubuhnya, ia tersenyum samar melihat Hinata tengah menahan panas dengan tubuh bersandar di anak tangga.
"Sasuke! Kau berat," Hinata meringis dengan punggung yang langsung menegak melihat Sasuke tiba-tiba menidurkan kepalanya dengan pahanya sebagai bantalan.
Sasuke bergeming, memperhatikan wajah Hinata tanpa rambut terurai, beberapa anak rambut, dan poninya. Sasuke tersenyum tipis, pipinya seperti akan tumpah ke wajahnya karena menunduk menatap Sasuke.
Sasuke mengangkat tangannya dan mencubit pipi Hinata sekilas, "Sebentar, ini hanya kepalaku, tidak berat," gumamnya sebelum menutup mata dan menaruh lengannya diantara dahi dan matanya menutupi sinar matahari.
Hinata menggigit bibir bawahnya kembali menyandarkan punggungnya. Pipinya terasa terbakar, antara dia malu, gugup dan juga panas matahari, "Apa ini terlalu panas?" Hinata menunduk sekilas sebelum bergumam dan mengangguk sekilas.
"Tapi, tidak apa-apa. Kurasa kulitku mulai menghitam," jawab Hinata sambil tertawa kecil, Sasuke membuka sebelah matanya dan menarik tangan Hinata menggunakan tanganya yang lain.
"Tidak, Kalau sudah tidak kuat katakan," gumam Sasuke, berujung tangannya yang memainkan jari lentik Hinata yang dipoles cat kuku berwarna kream.
Hinata tiba-tiba menjentikkan jarinya, "Kau tiduran, kau tidak kuat duluan. Aku menang," katanya dengan senyum kemenangan.
Sasuke mendengus, "Aku tidak pernah bilang kita berlomba untuk itu," gumamnya sembari melengos pelan.
Hinata mencebik, memanyunkan bibirnya sedikit, "Kau tidak bisa diajak bermain, yah?" gumam Hinata kesal.
"Kau kira bisa. Aku mengajakmu bermain bola basket tadi, kau juga tidak mau," balas Sasuke tidak mau kalah.
"Itu karena aku tidak bisa. Ini mudah, kita hanya duduk di bawah sinar matahari," jelas Hinata menggerakan tangannya menunjuk matahari yang mulai bergerak ke tengah langit.
Sasuke terkekeh, ia pun mengangkat kepalanya dan kali ini menyandarkan kepalanya di bahu Hinata, "Kalau aku kalah kenapa?" tanyanya dengan wajah menghadap ke arah Hinata, Hinata mencoba untuk tidak menoleh karena ia yakin jarak wajah mereka sangat dekat, bahkan nafas Sasuke bisa ia rasakan di ceruk lehernya.
"Kau..."
"Apa?"
"Jangan dekat-dekat, itu geli. Kau harus menggedongku sampai depan kamar apartemen," Hinata bercanda, dia tidak yakin Sasuke akan kuat membawanya sampai lantai kamarnya.
Sasuke tersenyum miring, ia pikir Hinata mulai berani, "Oke. Aku lakukan, itu mudah," katanya sedikit membanggakan dirinya.
Hinata menoleh tidak percaya, "Aku hanya bercanda. Aku tidak yakin kau sekuat itu,"
Hinata mengatupkan bibirnya rapat saat Sasuke sedikit mendelik dengan alis sebelahnya terangkat, "Kalau begitu kita buktikan,"
"Ha?" Hinata memperhatikan Sasuke yang sekarang berdiri mengambil bolanya dan memberikannya ke Hinata.
"Ayo," Sasuke berjongkok di depan Hinata dan menggerakan tangannya menyuruh Hinata untuk menaruh tubuhnya di punggung Sasuke.
"Kau yakin? aku bisa mengubah itu. Aku tidak sungguh-sungguh menyuruhmu melakukan itu," ujar Hinata panik, tentu kalau Sasuke benar-benar melakukannya, mungkin pemuda itu bisa patah tulang saat mereka sampai.
Sasuke menoleh, "Cepat, anggap ini kemauanku," katanya tetap kekeuh dengan posisinya.
"Sampai depan gedung saja, yah?" pinta Hinata sambil mengalungkan sebelah lengannya di leher Sasuke karena tangan lainnya yang memegang bola basket kesayangan Sasuke.
Sasuke bergumam dengan tubuh mulai berdiri, menurut Sasuke gadis di punggungnya sekarang itu seperti boneka besar, walaupun besar tetap saja ringan. Hm, tapi tubuh Hinata mungil.
"Eoh! kau tidak mau turun sebentar, beli minuman?" tanya Hinata sambil menunjuk toko terdekat yang mereka lewati, lalu sedikit merunduk melihat sisi wajah Sasuke.
Sasuke menggeleng, "Stok minuman di kulkasku banyak," Hinata mendengus.
Hinata pun memilih diam, terserah apa mau Sasuke. Kalau sampai tulang pemuda itu patah, itu salahnya sendiri juga, kenapa memaksa begini?
"Apa berat?" tanya Hinata yang tengah memainkan bola basket Sasuke diatas kepala pemuda itu.
"Tidak, kau seperti keponakanku. Ringan seperti anak kecil," jawab Sasuke yang mulai memasuki area gedug apartemen.
Hinata menarik sudut bibirnya ke bawah merasa tidak percaya dengan omongan Sasuke, "Aku yakin aku lebih berat, jangan sok kuat," gumamnya.
"Oke, berhenti disini," Hinata menepuk bahu Sasuke yang masih tetap menahan lututnya dan terus membawanya masuk dan memasuki lift yang terisi dua orang.
"Tekan lantai apartemen," titah Sasuke ke Hinata yang terus menepuk bahunya menyuruh melepaskannya.
"Astaga, kalau kau sampai sakit-sakit. Jangan salahkan aku," gumam Hinata sedikit kesal, jarinya pun menekan lantai apartemen mereka dan memilih pasrah diatas gendongan Sasuke, ia sedikit melirik dua orang yang ada di lift juga tengah mencuri pandang ke dirinya dan Sasuke.
Hinata benar-benar merutuki Sasuke sekarang yang dengan santainya langsung keluar dari lift saat sudah sampai dan menurunkannya di depan pintu apartemennya.
Hinata langsung mengambil ancang-ancang ingin memukul Sasuke dengan bola basket, tapi tertahan dan jadi menyerahkan bola itu ke pemiliknya.
"Kenapa kau jadi pemarah, huh?" dengus Sasuke merasa bingung, ia menerima bola di tangan Hinata dan mengacak rambut gadis itu gemas.
Hinata menggeleng dengan pipi sedikit menggembung, "Tidak ada, jangan jadi cheesecake lagi, tidak cocok," gumamnya.
Sasuke tertawa kecil, merasa gemas melihat tingkah Hinata yang menurutnya menggemaskan, "Kau mau masuk, ibu bilang memasak makanan banyak," tawar Sasuke sambil menunjuk pintu apartemennya.
Hinata mengangkat alisnya, ia kembali menarik tangannya yang hendak merogoh kunci di saku celananya, "Tentu,"
Sasuke langsung menghampiri tubuh belakang Hinata dan merangkulkan lengannya di leher Hinata, membuka pintu apartemennya.
Saat ia akan kembali menutup pintu, Hinata menahan pintunya dan mengintip lewat celah pintu, "Kenapa?" tanya Sasuke bingung.
"Aku lihat ada orang, dia memperhatikan dari lift,"
Sasuke menarik pintu kembali dan ikut menyembulkan kepalanya melihat ke lift yang sudah tertutup.
Hinata mendorong dada Sasuke untuk kembali masuk, "Tapi, kurasa itu bukan hal aneh, dia hanya masuk lift," katanya.
Sasuke memperhatikan Hinata yang terlihat tenang, perempuan itu langsung menarik tangannya menjauh dari pintu, Sasuke menghela nafas pendek, apaan lagi ini? ia tidak boleh membiarkan Hinata sendirian saat keluar.
TBC
Aku nulis apaan ini???
Huhuuu garing banget :(
Pokoknya ini bab istirahat dari konflik, heheh