⭐Stalker

2.1K 184 8
                                    

Selepas Hinata mengatakan dia tak sengaja melihat orang yang memperhatikannya, Sasuke jadi lebih protektif. Kemana pun Hinata harus bersama pemuda itu, Hinata hanya khawatir apa terjadi sesuatu sampai Sasuke mau seperti itu?

Tapi sekarang tidak, Hinata diam-diam pergi tanpa izin Sasuke. Dia hanya ke supermarket, membeli ice cream cokelat kesukaannya, karena ini masih pagi, Hinata pikir tidak ada yang mengikutinya sepagi ini, dia juga tidak mungkin membangunkan Sasuke.

Hinata keluar dari lift dan segera keluar, berjalan kaki menuju ke supermarket terdekat. Selama perjalanan Hinata memainkan ponselnya, ia sedikit melirik ke kanan dan kiri menggunakan ujung matanya merasa ada yang janggal.

Hinata mengedikkan bahunya dan segera masuk ke supermarket, mengambil beberapa ice cream dan langsung menuju kasir, dia memperhatikan cokelat di rak yang tersedia di depan meja kasir.

"Ini berapa?" tanya Hinata menunjuk cokelat berbentuk hati yang membuatnya sedikit tertarik.

Pemuda si penjaga kasir tersenyum, "30k, cocok untukmu yang manis," godanya sambil menyodorkan kantong belanjaan Hinata.

Hinata tersenyum malu bercampur kikuk, dia menyodorkan cokelat itu, "Aku beli ini juga,"

Pemuda itu langsung mengangguk dan memasukkan cokelat ke dalam kantong belanjaan, "Semuanya 50k,"

Hinata menyodorkan uang pas dan langsung keluar, pemuda itu tersenyum ramah. Dia bergumam panjang sambil memperhatikan punggung kecil Hinata yang mulai menjauh dari area supermarket.

"Manisnya, sial! aku tidak tau namanya," gumam Pemuda itu mendengus samar, dia menyipitkan matanya melihat seorang berpakaian hitam berdiri di dekat tiang dengan membawa sebuah kamera, terlihat menfoto Hinata.

"Banyak sekali anak mesum di sekitar sini," Pemuda itu bergegas keluar dari supermarket.

"Hei!!! dilarang memfoto seseorang tanpa ijin, kau mau kulaporkan polisi?!!" teriak lantang pemuda kasir, oke, namanya adalah Midam.

Orang berpakaian itu terkejut, dia dengan tergesa-gesa berlari sebelum Midam berhasil mengangkapnya.

"Aishh!"



Hinata tersenyum kecil melihat pesan yang baru saja masuk dari Sasuke, menanayakan apa Hinata sudah bangun.

Hinata:
|Aku sudah bangun

Sasuke:
|Sudah lama?
|Aku di depan apartemen mu

Mata Hinata membulat, dia menggigit bibirnya dan segera mengetikkan sesuatu.

Hinata:
|Aku dari supermarket
|Aku akan pulang

Sasuke:
|Aku sudah bilang jangan pergi tanpaku
|Sepagi ini? kau beli apa?

Hinata:
|Ice cream

Sasuke:
|Kau bisa sakit
|Kau terus jalan ke apartemwn
|Jangan kemana" lagi

Hinata mengerutjan keningnya sedikit memanyunkan bibirnya.

Hinata:
|Iya

Hinata membulatkan matanya terkejut, memekik pelan merasakan kakinya terkilir karena ada batu besar yang ia injak. Hinata mengaduh sambil memegangi kakinya.

Hinata menoleh ke kanan kiri yang benar-benar sepi, "Bagaimana ini? kenapa harus disaat sekarang?" Hinata menumpu tubuhnya dengan telapak tangannya mencoba berdiri dengan kaki kirinya yang tidak benar-benar Menapak di tanah.

Hinata meringis, "Kenapa Sasuke lama?" gumamnya kesal, tiba-tiba menyalahkan Sasuke padahal dia sendiri yang tidak melihat jalan.

Tap! Tap! Tap!

Hianat meneguk ludahnya, sedikit menoleh ke samping, matanya membulat melihat orang berpakaian serba hitam menghampirinya.

Hinata menggigit bibirnya dan mulai berjalan, menarik kakinya tanpa peduli rasa nyeri menjalar.

"Permisi,"

Hinata menunduk dengan nafas tertahan, mempercepat langkahnya dengan tergesa-gesa ketika melihat gedung apartemennya.

"Permisi, kau tidak apa? kakimu terlihat sakit?" Hinata memekik dengan tubuh seketika berbalik saat tangan pemuda itu menariknya.

Hinata menatapnya takut terlebih dengan kamera di tangan orang itu, apa dia stalker?

"Kau si-siapa?" tanya Hinata was-was sambil mencoba menarik tangannya tapi ditahan oleh cengkraman tangan.

Hinata sedikit meringis mencoba menarik tangannya, "Kau harus ikut denganku," mata Hinata kembli membulat shock, seketika dia langsung menarik tangannya sekuat tenaga, apa ini penculikan?

"Aku tidak mau,"

"Kau harus ikut denganku sekarang"

Hinata menggeleng dengan menarik tangannya sekuat tenaga, Hinata langsung menarik tubuhnya saat hampir diseret oleh orang itu. Sebelum Sasuke tiba-tiba datang dan memukul orang itu telak.

"Kau mau bawa dia kemana, huh?!" desisi Sasuke tangannya menarik lengan Hinata untuk berdiri di belakangnya, dia mengeraskan rahangnya melihat Hinata yang mencoba menahan tangisnya.

Orang itu mengumpat lirih, dia berdiri dan menatap Sasuke kesal, "Urusanku dengan dia, bukan denganmu. Aku hanya ingin bicara dengannya,"

Sasuke menarik jaket yang dipakai orang itu, "Apa aku bisa percaya?"

Tangan Sasuke ditarik paksa hingga terlepas, orang itu menarik nafas dan menarik masker hitam yang di pakainya, "Oke, okee. Aku benar tidak akan macam-macam,"

Orang itu meneguk ludahnya susah payah melihat tatapan death glear milik Sasuke, "Aku disuruh Neji dan tuan Hiashi untuk memperhatikan Hinata selama dia ada disini,"

"?!"

Hinata dan Sasuke saling pandang bingung, "Apa?" tanya Sasuke tidak percaya, memastikan.

Pemuda itu menarik nafas dalam, "Glen, kau ingat aku? aku tangan kanan Neji," tanya Orang itu si Glen menatap Hinata.

Hinata mengerjap perlahan, "Owhh, kau yang itu? kurasa dia tak salah," gumam Hinata sambil menarik lengan Sasuke perlahan, Sasuke menarik nafasnya kesal.

"Kau ingin membawa dia kemana?" tanya Sasuke dingin, merasa tidak suka dengan sosok pemuda itu.

"Aku hanya ingin bicara saja, ayahnya menitip pesan untuk tidak terlalu dekat denganmu, dia khawatir ada skandal-skandal yang tak diinginkan, padahal kalian masih SMA," jelas Glen dengan santainya.

Hinata meringis, mengingat Neji dan ayahnya yang paling over protektif kepadanya, "Aku tidak apa-apa,"

"Lagipula, kenapa kalian khawatir?"

"Tentu, kau membawa kamera," tunjuk Sasuke ke arah benda di tangan Glen.

Glen menatapnya sekilas, "Mereka yang menyuruhnya, mereka terlalu penasaran apa kegiatan sehari-harimu,"

Hinata mendengus sekilas, Sasuke melirik Hinata lalu beralih ke pergelangan kaki Hinata yang memar, "Maaf, apa sakit?" Sasuke mengusap pipi Hinata lembut.

Hinata menggeleng, "Hanya sedikit,"

Sasuke berjongkok di depan Hinata, "Naik," suruhnya.

Hinata mengerjap dan dengan perlahan mengalungkan lengannya ke leher Sasuke, Sasuke menangkap lutut Hinata dan langsung berdiri.

Ckrek!

Sasuke mendelik sedangkan Hinata menatap Glen Bingung.

"Ini tidak boleh kita lewatkan, kau tau. Aku bisa dipecat kalau melewatkan moment penting apapun, ini pekerjaan dengan gaji tertinggi yang pernah kumiliki," jelas Glen dengan senyum bodohnya.

Sasuke melengos, "Ikut aku, aku ingin bicara denganmu," Glen mengangkat wajahnya setelah puas melihat hasil jepretannya, dia menggaruk tengkuknya sebelum mengangguk dan mengekor di belakang Hinata dan Sasuke.




TBC

Pasti kalian bingung kan, wkwkwkwkkwk

The Cold Boy || SH✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang