Keputusanmu adalah Jalanku

10.1K 264 19
                                    

3 Tahun berlalu, Win masih saja sendiri. Sepertinya ia enggan membuka hati. Meski dengan berbagai cara, hatinya masih tak mampu melepas atau bahkan merelakan Bright. Ya, semuanya berakhir setelah 2 tahun kapal itu berlayar. Mimpi tinggallah mimpi, hanya kenangan tersisa. Perjalanan panjang yang telah Win & Bright lalui bersama, ternyata tak berbuah manis. Hubungan yang mereka harap berakhir bahagia, pupus. Nyatanya, Bright tak berhasil meyakinkan kedua orang tuanya. Sedangkan orang tua Win, menyerahkan keputusan itu kepadanya. Berkali-kali Bright berusaha meyakinkan Win bahwa semuanya akan baik-baik saja, seribu kali juga orang tua Bright tetap teguh pada pendiriannya. 

"Hubungan macam apa ini? Aku ingin keluarga ini berkembang dan kau malah bersamanya!"Hati Win hancur mendengarnya.

Ucap Ayah Bright saat terakhir kali mereka datang meminta Restu. Hati Win terluka, tersayat pedih. Namun ia berusaha tegar dan tetap tersenyum kecil dihadapan kekasihnya. Bright sadar pujaan hatinya terluka, ia membelai rambut Win mesra, menenangkannya. Tak berhenti disitu saja. Bahkan Ayah Bright pernah memberi peringatan kepada kedua Orang Tua Win agar Puteranya menjauhi Bright, tak ada jawaban berarti dari orang tua Win. Badai menerjang tak hanya sekali atau dua kali. Lalu Win memantapkan hati untuk mengakhir kelana cintanya bersama Bright.

27 Desember 2022

 Setelah acara peringatan Natal selesai, Bright & Win berjalan bersama menyusuri jalanan Kota Bangkok menuju kondonium tempat Win tinggal. Gemuruh petir mulai terdengar, gerimis turun. Sontak mereka menepi, berteduh dari air hujan yang tiba-tiba mulai lebat.

"Bright, sepertinya semua ini memang harus berakhir!" 

Win memulai percakapan, Bright menatap Win bingung. Apakah ini candaan Win? tanya Bright dalam hatinya. 

"Apakah kau bercanda?" 

"Tidak, akhir-akhir ini aku sudah memikirkannya dengan hati yang berat"Jawab Win tegas

"Bagaimana bisa kau mengucapkan itu dengan mudah? Setelah semua ini kita lalui?" 

Bright masih berusaha untuk tidak percaya atas kalimat Win yang baru saja ia dengar. 

"Hatiku sudah tidak yakin atas hubungan ini. Bagaimana dengan kedua orang tuamu?" 

Win meninggikan suaranya

"Aku bahagia bersamamu, hidupku terasa sempurna saat kau hadir. Tapi kedua orang tuamu bukan hal yang mudah untuk kita lewatkan. Bagaimana aku bisa bahagia jika ternyata orang terpenting dalam hidupmu merasa terancam dengan kehadiranku?" 

Timpal Win lagi dengan suara bergetar

Bright masih terdiam, menatap jalanan sepi dengan deruan hujan yang semakin lantang. Bright berusaha mencerna setiap kalimat yang Win ucapkan. Sorot matanya tak mampu berbohong, dia terluka, dia cemas atas keputusan Win. Kakinya bergetar. Nafasnya tak beraturan.

"Aku sudah berusaha semampuku untuk mereka, aku ingin kita pergi dari Thailand, memulai hidup baru diluar sana tanpa mereka. Dan kau selalu mengelak dengan berbagai alasan" 

Bright mencoba mengimbangi Win. Ia mulai meneteskan air matanya perlahan, dan Win tetap tak bergeming.

"Ini tak mudah untukku, aku tak mungkin memisahkan Orang Tua dan Puteranya. Dimana nuraniku?" 

Kali Win terlihat menahan air matanya, suaranya semakin berat. Win membuka bagian kanan jaketnya, memperlihatkan luka lebam disekujur lengannya. 

"Lihatlah!" 

Pekik Win bernada emosi, Bright terperanjat melihat lengan kekasihnya membiru, disentuhnya luka tersebut, Win meringis menahan pedih. 

"Ini yang harus aku lalui sebelum kedua orang tuaku memberiku kepercayaan atas hubungan kita. Tetap saja Ayahku masih enggan melihat wajahku" 

Win meneteskan air mata

Spontan saja Bright memeluk tubuh jangkung dihadapannya sembari membelai kepala Win. Tak ada reaksi dari Win, sepertinya ia tetap teguh akan keputusannya. 

"Maafkan aku!" 

bisik Bright lembutWin melepaskan pelukan hangat yang selalu ia rindukan setiap hari. Kali ini akan berbeda

"Maaf Bright, inilah keputusanku. Aku ingin kau bahagia bersama keluargamu dan biar aku memilih jalanku sendiri. Percayalah, ini berat bagiku tapi jika kuteruskan, hatikupun tak mampu" 

Win menerobos rintikan hujan yang semakin deras, ia membiarkan tubuhnya basah kuyup dan meninggalkan Bright yang masih mematung diemperan toko. Hatinya terluka. Bright menatap lurus kedepan, air matanya menetes perlahan. Hatinya masih berharap ini hanyalah mimpi, ia membiarkan Win berlalu bersama gemuruh hujan. Sementara Win, ia tetap menapakkan langkahnya meninggalkan Bright sendiri.

"Jika hari ini aku menangis, biarlah air mataku mengalir bersama hujan. Bright, inilah hal terberat dalam hidupku. Aku mencintaimu dengan Tulus, dan kini aku hanya dapat berdoa agar hidup kita lebih baik kelak" 

ucap Win dalam hati, ia menahan sesaknya beban dihati. Win membiarkan air matanya mengalir bersama uraian hujan. 

Semenjak hari itu, Win tak pernah lagi melihat Bright dikampus. Ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan belajar. Ia ingin segera mendapatkan pekerjaan, patoknya dalam ingatannya. Sahabat Win & Bright hanya bisa menguatkan mereka tanpa henti. Perpisahan mereka membuat seantero kampus tercengang, sebagian mereka menyayangkan kisah manis ini berakhir dan sebagian kecil lagi bahagia, karena mereka memiliki kesempatan untuk merebut hati Win ataupun Bright.

Sementara Bright, ia memutuskan untuk meninggalkan Thailand dan melanjutkan study di Indonesia. Keterpurukan membuat hatinya rapuh, bayangan Win tak mampu hilang dari pikirannya. Hidup harus terus berjalan meski ia tak mampu mengarunginya, tanamnya dalam hati. Ia mulai mengemas kenangan manis bersama Win dalam benaknya.



2Gether The Series : The Next Story of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang