Caraku

1.2K 76 16
                                    

Senandung nyanyian tentang asmara tak selalu terdengar indah, meski bernuansakan kalimat manis penuh cinta, tak akan lagi terdengar merdu ditelinga Bright & Win. Lagu - lagu manis dari Scrubb hanya semakin menambah beban dihati mereka. Kenangan - kenangan manis yang terpotret indah hanya semakin menambah luka yang tertulis dalam kisah mereka. Seandainya bisa, mereka pasti akan memilih takdir yang mereka kehendaki. Namun sayang, takdirlah yang akan memilih mereka dan tak akan bisa mengelak.

Win memutuskan berpindah tempat tinggal, ia berusaha menjaga jarak dengan Boss. Cukup hanya akan bertemu dikantor, semakin sering ia bertemu, ia berpikir hal itu akan membuat Bright semakin terluka. Baiklah, ia segera mengemasi barang - barangnya dan menyewa kendaraan untuk mengangkutnya. Boss tidak melarang atau menahannya, ia mengerti apa yang Win rasakan.

Disamping itu, Win juga ingin lebih fokus pada upaya penyembuhan yang tengah dijalani oleh Ibunya. Sejak divonis penyakit sirosis hati, sebenarnya kehidupan mereka tidak berjalan dengan baik. Setiap hari ia berusaha untuk mencari informasi tentang proses pencarian pendonor. Ia sengaja tak mengatakannya pada Bright, ia tak ingin menambah lagi permasalahan diantara mereka. Bright tentu tidak akan membiarkan Win dalam kesulitan sendiri. Win lebih memilih bungkam dan mengatasi dengan caranya sendiri.

Saat Win tengah menguji hatinya, Bright dengan profesional tetap menjalankan tugasnya sebagai salah satu orang terpenting diperusahaan besutan ayahnya itu. Disaat ujian itu menimpa, tidak ada orang yang bisa menenangkannya. Pikirannya terlampau kalut hingga selalu ada Win didalam pandangannya. Proses pertunangannya tinggal menghitung hari, segala persiapan telah dilakukan oleh kedua belah pihak. Bright tetap saja acuh tak acuh, untuk masalah cincin & setelan yang akan ia kenakan, ia serahkan sepenuhnya pada sang sekretaris.

Dimalam sakral itu, Bright hanya akan mengundang rekan - rekan terdekatnya. Lagi pula kedua orang tua Bright juga akan memfilter para tamu undangan. Mereka tidak ingin ada hal kecil mengganggu pertunangan bisnis itu. Mereka harus memastikan bahwa Win tidak akan hadir, pasukan keamanan juga telah diwanti - wanti untuk tidak mempersilahkan tamu tanpa undangan memasuki ruang acara. Terkhusus untuk Win, semua pasukan pengamanan telah diberikan visual Win melalui foto dihandpone mereka

Siang itu berita gembira hadir ditengah keluarga Win. Setelah penantian beberapa bulan, akhirnya ia menemukan seorang berhati malaikat yang akan mendonorkan hatinya untuk Ibu Win. Keluarga mereka bersuka cita ditengah kekhawatiran yang mereka hadapi sepanjang hari.

"Win, Ibumu telah mendapatkan pendonor. Pihak Rumah sakit akan segera melakukan operasi. Mereka akan menjelaskan prosedur transplantasi hati secepat mungkin. Kuharap kau akan menjadi wali untuk operasi ini. Ayahmu ini bukan orang pintar Win!"

Suara lelaki berusia paruh baya itu terdengar sengau dari seberang sana. Tak ada percakapan lebih lama. Win segera menutup sambungan telepon itu. Ia meminta izin pada Luke agar dapat meninggalkan kantor lebih awal. Mendengar penjelasan Win, luke hanya mengangguk setuju, bahkan Luke bersedia menemani Win siang ini. Dengan senang hati Win menerima tawaran itu.

Win tidak menolak tawaran Luke, mereka akhirnya pergi bersama. Luke berusaha memanfaatkan setiap momen bersama Win. Entah apa tujuan Luke sebenarnya, namun ia berniat untuk mendapatkan hati Win dan menggantikan posisi Bright dihatinya. Keduanya terlihat diam, Luke fokus dengan jalanan dihadapannya, sementara Win masih asik dengan ponselnya.

Perjalanan menuju rumah sakit dari kantor Win memakan waktu kurang lebih 40 menit, namun dihari kerja akan memakan waktu sedikit lebih lama. Panasnya terik matahari siang itu tak menyurutkan semangat Win untuk segera bertemu dengan dokter yang akan menangani operasi Ibunya. Langkahnya samakin girang setelah ia berada tepat diruangan dr. Noh.

"Setelah semua tahap administrasi dilengkapi, secepatnya akan kita lakukan proses transpalasi. Kami telah memeriksa kesehatan dan kesiapan dari Pendonor, hasilnya cukup baik"

"Dok, boleh kami tahu siapa pendonor hati untuk Ibu saya ini?"

"Maaf, Pendonor telah meminta untuk membuat surat kesepakatan dengan kami, bahwa terkait masalah ini kami tidak di izinkan untuk mengungkap identitas Pendonor"

"Tapi bukankah kami harus berterima kasih atau bahkan memberinya bingkisan?"

"Simpan saja niat baik itu, Pendonor akan mengungkapkannya nanti setelah semuanya selesai"

"Tapi Dok?!"

Tak ada jawaban berarti dari dr. Noh, ia hanya memberi senyum tipis lalu meninggalkan Luke dan Win.

Win berusaha mendapatkan jawaban dibalik siapa  manusia berhati mulia yang bersedia mendonorkan hatinya untuk Ibu Win. Tanda tanya besar itu kini bersarang dipikirannya. Luke berusaha menenangkan rasa ingin tahu Win, Luke mengusap lembut bahu Win sembari berjalan meninggalkan Ruangan dr Noh. Keduanya bergegas menuju bagian pelayanan administrasi untuk melengkapi berkas.

Dilorong rumah sakit itu, Win menghentikan langkahnya, diikuti Luke. Dari kejauhan sana terlihat sosok Bright berjalan kearahnya. Luke tak bersuara, ia menoleh ke arah Win sebentar, mengamati mimik wajahnya. Bright melintas tanpa memalingkan wajahnya atau sekedar melempar senyum. Keduanya benar - benar terlihat seperti orang asing yang tak pernah saling mengenal.

Sorot mata sendu Win tak mampu menyembunyikan isi hatinya. Ia merasa berdosa atas apa yang telah ia perbuat malam itu. Bahkan hanya dengan menatap wajah Bright, tubuhnya bergetar. Jika bukan karena keadaan Ibunya yang semakin parah, pasti ia akan membantah semua permintaan keluarga Win. Entahlah, drama kehidupan sungguh tak ada yang mampu menebaknya.

Sore itu Win telah melengkapi semua berkas terkait proses pengobatan yang akan dijalani oleh Ibunya. Setelah mengantarkan berkas ke rumah, ia segera kembali ke Bangkok. Ayah & Kakak Win akan menyelesaikan sisanya, seperti menyiapkan kebutuhan Ibu Win selama proses pengobatan nanti.

***

Setibanya dikantor, Bright disambut oleh sekretarisnya dengan beberapa berkas yang siap ditanda tangani oleh Bright. Sebelum itu Bright akan mengoreksinya terlebih dahulu, ia tidak ingin melakukan kesalahan. Matanya dengan jeli membaca setiap kalimat yang tertulis dilaporan itu.

"Joan, apakah kau pernah memilih sesuatu yang tak pernah kau sukai?"

Bright menghentikan pekerjaanya lalu memutar kursinya menghadap perempuan berambut sebahu itu.

"Tentu pernah, salah satunya adalah menikah dengan seseorang yang tidak pernah kucintai"

Bright tertegun mendengar jawaban perempuan berusia 29 tahun itu

"Tapi hingga saat ini aku tetap berusaha menerima suamiku dengan lapang dada dan kami memiliki satu putera"

Joan melanjutkan pembicaraannya, Bright sesekali mengusap wajah dengan kedua tangannya. Matanya memerah, berkaca kaca. Ingatannya seolah tertuju pada Win.

"Menurutmu bagaimana denganku?"

"Jika kau masih memiliki pilihan atau jalan lain, jangan pernah berjalan dijalan yang tidak kau inginkan. Karna ini sama halnya dengan membunuh dirimu sendiri. Namun jika kau sanggup, go a head!"

"Masalahnya bukan ada padaku, tapi pada kekasihku. Dia akhirnya menyerah dan membiarkanku menikahi gadis lain"

"Pasti ada hal lain yang menjadi alasannya, percaya padaku"

Mendengar perkataan Joan, Bright memutar otaknya, berusaha mencari jawaban. Bright menyandarkan kepalanya, diikuti hembusan nafasnya yang dalam. Pandangannya lurus ke atas sana. Dan sepertinya memang tak ada lagi yang dapat ia pertahankan, baiklah mungkin pilihan terbaik adalah mundur dengan meninggalkan kenangan. Bright mengambil beberapa kertas dan bolpoin dimejanya.

Bright meminta Boss untuk tetap membantu Win saat mengalami kesulitan. Bright tidak akan bisa membantu Win meskipun mereka berada dilangit yang sama. Win tidak akan membiarkan Bright mengetuk pintu hatinya.

Kedua insan yang saling memendam rasa itu, berusaha untuk melapangkan dada atas apa yang telah terjadi, atas apa yang telah mereka rasakan. Meski Bright berpikir perjuangannya harus terhenti, ia ingin ada hal baik lain darinya yang akan tetap bersama Win. Meskipun keduanya tak akan saling bertegur sapa nanti. Dipikiran Win, biarlah hatinya menahan luka saat ini asal kan semuanya berjalan baik - baik saja.

2Gether The Series : The Next Story of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang