Dukaku bukan hanya tentang kehilanganmu, namun saat aku sadar bahwa kau tak yakin mampu bertahan denganku. Mungkin ini takdir Tuhan untuk mendewasakan kita atau mungkin saja sebagai cara Tuhan untuk menguji kekuatan cinta kita. Aku tetap berusaha menjaga dan meyakinkan hatimu, meski berkali - kali pula kau selalu menyerah. Cinta bukan permainan teka - teki yang dengan mudah dapat kau tinggalkan saat kau tak mampu menjawabnya. Memang kau tak berjuang sama seperti sebagaimana adanya aku, namun aku paham seberapa besar luka yang harus kau tahan agar dapat bersamaku.
kala senja hadir sore itu, rintik hujan masih terdengar sayup - sayup. Desir angin berhembus tanpa tahu arah yang jelas. Didalam hati yang sepi ini tetap tersimpan rindu untuknya. Rindu yang tak akan mengubah siapa pemiliknya. Sejak kecupan manis terakhir malam itu, tak pernah ada komunikasi lagi diantara Win & Bright. Keduanya membungkam diri tanpa alasan.
Sore itu Win memutuskan mengunjungi salah satu Coffe Shop disekitar kantornya, ia rindu aroma kopi panas yang sering ia nikmati bersama Bright. Namun malang, ia terjebak diantara derasnya hujan yang saling bertautan. Win menghentakkan kakinya mengikuti alunan musik kafe, jemarinya berusaha menangkap air hujan. Wajah sendu itu hanya milik Bright, ya Bright seorang.
Tanda - tanda hujan akan berhenti belum terlihat, langit diatas sana masih gelap, matanya memandang jauh.
Seseorang berpayung hitam dengan coat cokelat panjang berjalan ke arah Win berdiri. Langkahnya pasti membelah genangan air yang tak terarah. Win menatap Luke yang semakin mendekat, keduanya tersenyum tipis.
"Bukankah kau akan kembali kekantor?"
Luke bertanya pada Win sembari mengarahkan payungnya. Win tak menjawab, ia mengangguk diselingi senyum manis. Keduanya melangkah bersama menuju kantor.
"Bagaimana tentang hubunganmu dengan Bright?"
Win menatap Luke dingin, langkah keduanya terhenti. Luke tak berekspresi. Win tak menjawab pertanyaan Luke. Ia meneruskan langkahnya, begitu juga dengan Luke yang salah tingkah.
"Maaf, jika pertanyaan itu membuatmu tidak nyaman!"
"Lupakan saja Luke!"
Win menyeruput kopi panas digenggamannya, ia sibuk memainkan mouse digenggamannya. Win sedang berusaha menyelesaikan pekerjaan yang ia tinggalkan selama sakit. Win meminta Boss untuk pulang lebih dulu. Ruang kerja Win terlihat lengang, hanya ada Win dan bayangannya ditengah temaram malam. Luke diam - diam memperhatikan Win dari balik kaca pintu ruangannya.
Beberapa jam berlalu dan Win masih berjibaku dengan berkas - berkas keuangan dimeja. Luke datang menghampiri bersama secangkir teh hijau.
"Selesaikan saja besok Win, bukankah akhir bulan masih panjang?"
Luke menyandarkan bahunya diantara partisi meja Win
"Ini hanya tinggal mematikan komputer"
Luke tercengang, ia pikir Win akan menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini. Luke kembali keruangannya & menyambar tas kerjanya, lalu menghampiri Win lagi untuk pulang bersama.
"Jika tak keberatan, kau bisa menceritakan masalahmu padaku Win?"
Luke membuka obrolan
"Terima kasih, aku hanya butuh waktu untuk memutuskan semuanya, bagaimana dengan kekasihmu?"
Luke terdiam lalu menyeringai mendengar pertanyaan Win baru saja
"Aku masih sendiri. Aku telah berusaha membuka hati, namun tak ada yang melirikku"
"Mana mungkin tak ada yang mau denganmu?!"
Keduanya tertawa bersamaan
Dari sisi yang lain, Bright telah menyelesaikan pekerjaannya lebih awal hari ini. Bright berencana akan menemui kekasihnya setelah tahu bahwa Boss tidak pulang bersama Win. Jalanan Kota Bangkok ia lalui bersama alunan lagu Scrubb yang menggema dimobilnya. Bright bernyanyi mengikuti dentuman musik, ia tersenyum bahagia. Lagu - Lagu Scrubb masih menjadi yang paling menarik baginya. Scrubb menciptakan sejarah dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2Gether The Series : The Next Story of Us
FantasiPerjalanan panjang yang telah mereka tempuh bersama, tidak semulus yang mereka mau. Bagi Bright & Win, bahagia adalah ketika mereka bersama, tanpa hal - hal lain mengitari. Kehadiran Win menjadi berkat tersendiri untuk Bright begitu juga sebaliknya...