Silau matahari pagi menembus jendela kamar Win. Ia membuka mata perlahan,rasa pusing masih mendera kepala Win. Namun pikirannya langsung tertuju pada Bright. Win ingat, semalam ia melihat Bright bernyanyi.
"Apakah benar?"
ia meyakinkan hatinya, mungkin hanya halusinasi sambungnya lagi. Ia lekas bangkit menuju kamar mandi. Seperti biasa, setiap akhir pekan ia akan mengunjungi kampus tempat ia menimba ilmu. Sekedar untuk menyapa Junior yang masih mengenalnya, atau hanya untuk mengingat bagaimana manisnya kebersamaannya dengan Bright dulu.
Sabtu yang cerah pikir Win dalam hatinya. Win berjalan menuju salah satu tempat sarapan yang pernah ia kunjungi bersama Bright. Letaknya tak terlalu jauh dari kondominium Win dan memang dekat dengan kamar Bright saat masih kuliah dulu.
Win menghentikan langkahnya, ia mematung beberapa saat. Ia terperangah mendapati sosok Bright dihadapannya. Kaki bergetar dan hatinya merancau. Ia berusaha mengontrol akalnya untuk tidak memeluk Bright. Begitupula dengan Bright, ia masih menatap Win tajam. Entah apa yang mereka pikirkan, tak ada yang memulai obrolan atau sapaan.
Seperti adegan didalam drama, pertemuan romantis tanpa sengaja dan tanpa direncanakan. Seharusnya ada alunan musik mengiringi, namun rasa diantara mereka terkesan canggung. Bright masih belum siap bertemu Win, sedangkan Win berusaha menahan tangisnya yang hampir pecah.
"Bagaimana kabarmu?"
Tanya Bright mencairkan kebekuan diantara mereka
"Baik, bagaimana denganmu?"
"Seperti yang kau lihat, aku masih berdiri tegap!"
Dalam hati Bright ingin sekali mengatakan yang sebenarnya.
"Bagaimana bisa aku baik-baik saja setelah kau memutuskan mengakhiri semuanya?"
Tentu Bright tak akan mampu mengucapkannya. Mereka masih saling berhadapan dijalanan sepi itu. Dedaunan kering saling bersautan ditengah terpaan angin, terbang bebas menghempas ke jalanan.
"Maukah kau meluangkan waktu untukku? Beberapa menit saja!"
Ucap Bright memohon spontan. Win masih ragu untuk menjawab
Lalu Win mengangguk tanda setuju. Bright memimpin langkah mereka, Win mengikuti. Tak ada percakapan diantara mereka. Beberapa menit berlalu. Mereka telah berdiri persis didepan pintu kamar Bright semasa kuliah.Bright merogoh kantong celananya, ditangannya ada sebuah kunci. Bright membuka pintu kamar itu. Debu berhamburan ke udara, Win menyeka hidungnya, begitupula dengan Bright.
"Bright & Win"
Tulisan itu masih tertulis disalah satu dinding kamar itu. Win mengusapnya, jelas tulisan itu sangat bermakna diantara mereka dulu. Bright berdiri dibelakang Win sembari mengamati tulisan nama mereka.
"Apakah kau merindukanku?"
Bright berbisik lembut, dan lagi hati Win melunak. Ia mulai menitikan air mata. Ia ingin sekali memeluk Bright dan mengatakan bahwa ia rindu. Win tak memiliki keberanian. Win masih merasa bersalah.
Namun kali ini, Win lantas membalikkan badannya lalu memeluk Bright kuat. Matanya memerah, ia masih menangis pelan. Tubuh Brightpun merespon, tangannya mengusap rambut Win lembut.
"Aku merindukanmu setiap detik sejak saat itu. Maafkan aku meninggalkanmu ditengah hujan" ungkap Win
"Bagaimana aku bisa baik-baik saja tanpamu Win. Hatiku selalu milikmu. Namun aku tak mau membuatmu terluka lebih dalam"
Waktu akhirnya menjawab keinginan mereka untuk sekedar meluapkan rindu yang tertahan selama ini. Percakapan mereka memang terdengar canggung saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
2Gether The Series : The Next Story of Us
FantasiPerjalanan panjang yang telah mereka tempuh bersama, tidak semulus yang mereka mau. Bagi Bright & Win, bahagia adalah ketika mereka bersama, tanpa hal - hal lain mengitari. Kehadiran Win menjadi berkat tersendiri untuk Bright begitu juga sebaliknya...