Setelah mendrop Areva ke UNJ karena masih ada beberapa berkas yang harus diserahkan gadis itu, Darrel segera pergi ke cafe nya. Tidak terlalu jauh dari UNJ bahkan hanya beberapa ratus meter.
Areva memandang mobil pria itu dengan sedih. Kemarin mereka akan mendebatkan apapun. Apapun. Bahkan yang tidak seharusnya diperdebatkan juga dibahas sama pria itu.
Sedikit jengkel juga kesal, tetapi entah kenapa Areva suka dengan hal itu, ia merasa jadi dekat dengan Darrel.
Bertahun-tahun di materaikan sebagai calon mantu Mamih satu-satunya membuat Areva secara tidak sadar menutup pintu hati pada banyak pria. Bertahun-tahun ditolak pun, dia tetap merasa jika dirinya bukan seorang gadis single biasa.
Dan tadi, Darrel sangat pendiam. Bahkan ia ingin pamit segera kembali ke Bekasi tetapi pria itu seolah tak di raganya. Pikiran nya entah dimana dan dia sangat terburu-buru.
"Halo Enda. Salsa masih di Cafe?"
"..."
"Bilang gue akan tiba dalam sepuluh menit."
Teringat ucapan Darrel saat ia baru turun dari mobil ketika menelepon entah siapa. Darrel bahkan tak menoleh padanya walaupun sekedar menggoda atau meledek. Keramahan pria itu seolah buyar. Dan Areva merasakan ulu hatinya sakit.
"Dor...!"
"Astaghfirullah..." Areva terkejut.
"Mas Wisnu!" Areva membentak pria itu tak sungguh-sungguh. Senyum manis pria berdarah Jawa-Bali itupun merekah.
"Kamu lihatin apa sih?" Tanya Wisnu menatap ke arah pandangan mata Areva. Areva menggelengkan kepala.
"Dimana Helen, mas?"
"Sudah menunggu di kantor administrasi. Ayo." Ajak Wisnu dan Areva mengangguk serta mengikuti pria itu.
"Kamu tahu Va... Mas selalu siap kapanpun kamu siap." Kata Wisnu tiba-tiba. Areva tahu betul apa maksudnya.
"Maaf Mas. Aku nggak bisa." Kata Areva.
"Balas budi bukan harus dengan mengabdikan hidupmu padanya kan Va? Kamu tetap bisa jadi bagian dari keluarga mereka, meskipun nantinya kita punya keluarga sendiri. Mas janji akan hal itu." Ucap Wisnu menghentikan langkahnya.
Areva melihat kesungguhan di mata lelaki yang sudah setahun ini terus menggoyahkan hatinya. Tapi tetap saja Areva menolaknya.
Secara finansial Wisnu itu mapan. Dia seorang dosen di salah satu universitas swasta. Dia juga punya bisniss travel nasional. Tapi hati kecilnya terkunci sudah, dan yang memegang kunci malah tidak sadar bahkan tidak perduli jika ia sudah membuat Areva mengunci pintu hatinya.
"Areva! Mas Wisnu!" panggil Helen menyelamatkan Areva dari tatapan memohon Wisnu.
"Ayo. Sudah ditungguin." Ajak Helen. Wisnu harus menelan kekecewaannya lagi kali ini.
---
Jantung Darrel berdebar kencang menatap sosok wanita yang sangat ia cintai muncul dihadapannya. Masih cantik, masih menawan, masih sexy, hanya saja sudah mengkhianatinya.
Ah, Kenapa Salsa...
"Ehm." Darrel duduk di kursi di hadapan Salsa. Mata wanita itu bengkak. Takut jadi pusat perhatian, Darrel menarik tangan Salsa ke ruangannya.
"Darrel..." Tangis Salsa pecah dalam dekapan mantan kekasihnya itu. Darrel terenyuh, ingin membalas dekapan Salsa tetapi tangannya hanya lurus di samping tubuhnya.
"Aku harus gimana? Aku harus bagaimana? Rey nggak mau nikahin aku. Dia suruh aku gugurkan janin ini." Tangisnya.
"Aku sudah berbuat salah dengan kehadirannya, aku nggak mau nambah dosa dengan membunuhnya Rel..." Tangis Salsa lagi.
"Orang tua kamu?"
"Mereka belum tahu. Aku rencananya cerita setelah Rey setuju menikah denganku." Kata Salsa. Darrel mendesah.
"SHIT!!!" Umpat Darrel. Ia lalu mendesah lagi. "Lalu mau kamu apa?" Tanya nya akhirnya.
"Minta tolong. Tolong aku dan anak ini Rel. Tolong nikahi aku. Selamatkan dia dan aku. Papa pasti membunuhnya jika tahu Papanya tak berniat tanggung jawab. Demi waktu yang sudah kita lewati bersama, demi janji kamu saat pertama kali mengambil keperawanan ku. Setelah anak ini lahir, kita bercerai. Apapun... Aku akan turutin mau kamu. Aku nggak akan bikin kamu susah. Aku nggak tahu lagi harus gimana. Tolong Rel, aku mohon... Aku nggak akan berharap cinta kamu lagi, setidaknya demi semua yang pernah terjadi kamu tolong aku..." Salsa berkata sambil masih menangis.
Darrel menatap Salsa. Kasihan dan kecewa berkecamuk di hatinya. Ya, dia tahu jika dia yang sudah memerawani Salsa. Bahkan rencananya, Darrel akan memakai itu sebagai jurus terakhir ke Mamih untuk menolak pernikahan dengan Areva. Tapi kalau Salsa ternyata selingkuh dan hamil anak si brengsek Rey masa iya dia yang tanggung?
"Rel, please..." Salsa memohon.
"Biarkan aku memikirkannya Sa. Kasih aku waktu." Kata Darrel.
---
Darrel berdiam diri di ruangannya hampir sepanjang hari. Menikahi Salsabilha memang sudah jadi janji juga tekadnya saat pertama ia merenggut kegadisannya. Tetapi menikahi Salsa saat ini sungguh tak bijak rasanya.
Selain anak yang dikandung Salsa adalah anak si brengsek Rey yang juga menghancurkan rumah tangga sahabatnya, saat ini di rumah sudah ada calon mantu Mamih. Teringat akan Areva ia segera mengambil kunci mobilnya dan meninggalkan cafe.
"Kenapa si Bos?" Tanya Amar salah satu pegawai cafenya pada Enda yang merupakan penanggung jawab cafe tersebut. Darrel memang memiliki seorang penanggung jawab di setiap cabang cafenya yang nantinya melaporkan penjualan per mingguan juga merekapitulasi data selama sebulan sekali.
"Ga tau. Tadi ceweknya mbak Salsa nangis-nangis." Jawab Enda.
"Wah... Gosip besar. Jangan-jangan Pak Bos ngebuntingin dia lagi?" Amar makin kepo.
"Mau jadi pengangguran?" Tanya Enda lalu Amar sewot kembali bekerja. Enda tertawa melihat rekannya tetapi matanya tertuju pada Pak Bos yang tampak sangat terburu-buru.
Sepuluh menit kemudian Darrel tiba di depan kampus UNJ. Matanya masih ditempatnya hanya saja bolanya berputar mencari-cari sosok Areva. Kampus sudah sepi. Darrel putuskan menelepon Sabrina.
"Halo Mami, calon mantu Mamih udah pulang belum?" Tanya Darrel.
"Sudah. Memang nggak pamit ke kamu?"
"Nggak. Ya udah Mi, berikan teleponnya ke Areva, Darrel mau bicara."
"Berikan gimana? Areva nggak ada di rumah. Dia udah pulang ke Bekasi. Aneh sih kamu. Udah ya, Mamih mau lanjut nonton Drama korea the World of the marriage. Bye..."
Darrel mentap layar ponselnya. Kening Darrel berkerut. "Mamih udah tua masih aja hobi nonton drakor. Ck." Darrel geleng kepala. Darrel teringat akan Areva pagi tadi yang tanpa sadar ia cuekin. Tapi bukankah gadis itu harusnya pamit padanya, secara dia adalah calon suami Areva bukan?
Darrel memeriksa kontak di ponselnya berniat menelepon Areva dan marah-marah pada gadis itu namun ia jadi ingat ia tak memiliki nomer ponselnya.
"Damn!" Umpat Darrel memukul setir mobilnya lalu menyandarkan tubuhnya di kursi kemudi. Darrel lalu menekuk siku tangan dan menyandar di pintu mobil.
"Ada apa dengan hari ini? Kenapa rasanya tidak ada yang berjalan baik." Keluhnya. Tiba-tiba Darrel ingat akan Aldi lalu meneleponnya.
"Halo Al. Ini soal scandal Rey dan Salma. Aku mau minta tolong." Kata Darrel.
---
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/216457719-288-k441377.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantunya Mamih (Ready Ebook)
RomansaAreva Anggrekyani Mustafa adalah sosok yang selalu diinginkan Sabrina untuk jadi pendamping hidup anaknya. Sejak kecil Sabrina menyayanginya seperti anak sendiri dan bertekad kelak gadis itu benar-benar jadi bagian keluarganya. Dan ketika usia dewas...