Enam Belas

10.7K 1.2K 120
                                    

Karyawan Darrel tegang melihat ke arah satu meja di sudut cafe milik pria itu. Baik cheff di dapur juga yang meracik minuman semuanya mengintip dekat pintu dapur.

"Mau apa tuh si mantan?" Bisik Yuna kesal.

"Iya. Kan dia yang ninggalin boss. Pede banget nemuin boss dengan perut buncit gitu." Sambut Dimas.

"Nggak punya harga diri ya kang?" Sambut Yuna lagi.

"Ck. Ojo Kepo..." Ucap Enda.

"Bahasa apaan sih?" Yuna protes.

"Sssttt..."

Seketika mereka diam mengamati.

Sementara di meja itu, Areva tampak tidak nyaman. Salsabilha seolah perempuan yang minta pertanggungjawaban Darrel, atau dia seolah pelakor antara Darrel dan Salsa.

"Aku per--"

"Kamu mau kemana sayang. Di sini aja." Ucap Darrel menahan tangan Areva yang ditatap tajam oleh Salsa.

"Aku perlu bicara sama kamu, berdua." Pinta Salsa menggenggam tangan Darrel yang lain.

Areva melepaskan cekalan tangan Darrel dari tangannya dan bergerak pergi tetapi Darrel menahannya serta menarik tangannya dari genggaman Salsa.

"Kalau kamu pergi aku cium kamu disini." Ucap Darrel mengancam. Areva jadi mengurungkan niatnya. Darrel itu nekat. Lebih baik ia menurut.

"Bicara saja. Nggak ada rahasia antara aku dan Areva."

"Aku mau cerai. Rey Rabian itu brengsek. Dia nggak sebaik kamu, Rel. Sedikit pun enggak." Ucap Salsa dengan intonasi memelas.

Darrel mendesah. Ia tahu, Salsa pasti akan mengeluhkan hal ini. Bukan salah gadis ini juga, dia memang terlalu memanjakan Salsa dulu, membanjiri Salsa dengan kasih sayang dan menuruti semua keinginan Salsa, kecuali melepas kondom saat melakukan sex.

Tapi Rey juga tak bisa dipaksa bersikap seperti dirinya bukan?

"Kalau kamu mau cerai pikirkan nasib anak kamu. Pikirkan juga, kamu masih baru menikah sama Rey. Kasih kesempatan kalian buat saling mengenal dan mencintai."

"Tapi dia nggak kayak kamu, Rel... Dia nggak perhatian dan perduli sama sekali sama bayi kami. Aku mau cerai. Aku mau balik sama kamu." Ucap Salsa.

Areva melotot terkejut namun genggaman tangan Darrel yang menguat membuatnya sedikit lebih baik. Ya... Ucapan Salsa barusan benar-benar nggak berperasaan. Bagaimana bisa dia berbicara seperti itu apalagi dihadapan istri Darrel.

"Aku tahu. Kamu itu perempuan yang dijodohkan mamih sama Darrel. Aku mau kamu sadar kalau Darrel itu lebih dulu dengan ku. Dia bahkan jadi lelaki pertama yang mengambil kega-"

"Salsa cukup! Aku bisa maklum kalau kamu terlalu sulit move on. Tapi kita udah selesai. Aku bahkan bertanggungjawab ke kamu dengan membuat Rey menikahi kamu. Bentuk tanggungjawab ku mungkin bukan ikatan pernikahan kita, tetapi itu karena kamu yang berkhianat. Sekarang jangan bahas tanggung jawab apapun. Dan Areva, dia memang perempuan pilihan Mamih, tapi dia juga pilihan hatiku sekarang. Ingat, kamu harus move on." Ucap Darrel tegas. Darrel tak ingin Salsa menyakiti Areva, istrinya.

"Nda!" Panggil Darrel lalu pria itu segera datang.

"Pesankan taxi buat Salsa. Dia mau pulang." Ucap Darrel yang diiyakan Enda dengan anggukan kepalanya. Lalu Darrel menarik tangan Areva membawanya keluar cafe menuju mobil dan pergi.

Salsa menangis menundukkan kepalanya. Ia tahu menyesal selalu belakangan. Darrel bahkan tak perduli dengan air matanya lagi sekarang. Padahal dulu, Darrel bahkan tak pernah membiarkan ia kecewa apalagi menangis.

Mantunya Mamih (Ready Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang