The legend of Bu ningsih

37 5 1
                                    

"MAK LAMPIR OTEWE GUYS!" teriak selly yang udah kayak ketemu setan

Tidak butuh waktu lama tanpa diperintahkan semua siswa tertib dan langsung memilih untuk duduk dibangku milik mereka masing-masing

Bu Ningsih, siapa tak kenal nama itu? Guru yang terbilang cukup populer dikalangan murid murid Manda school, bukan popoler dikarenakan mempunyai wajah cantik dan baik hati melainkan karena hobynya melampiaskan amarahnya kepada murid-murid yang tak berdosa, suaranya yang mampu memecahkan gendang telinga, dan yang lebih seram lagi ialah hobynya menunjuk siswa untuk maju kedepan yang diperintahkan untuk menyelesaikan soal-soal fisika yang cukup menguras otak bagi yang tidak paham sama sekali.

Tuk tuk!

Suara langkah kaki Bu ningsih mampu memecahkan keheningan kelas yang membuat semua murid mati kutu dibuatnya, tak ada yang berani bersuara jangankan bersuara menggerakkan badan pun rasanya takut.

"Siapa yang nggak hadir hari ini?" Bu ningsih buka suara

Tetap hening

"Hei ibu nanya!" Bu Ningsih mengulang perkataannya

"Hmm si ropeah bu, keterangannya alfa" ucap tata memberani diri

"Kayaknya cuma telinga sih tata aja yang normal dikelas ini" Ledek Bu Ningsih yang membuat seluruh penghuni IPA 3 diam seribu bahasa

"Udah sekarang buka LKS halaman 17 nomor satu dua dan tiga, ibu kasih waktu 5 menit untuk belajar nanti ibu tunjuk kalian satu satu buat maju kedepan" ucap Bu Ningsih tanpa aba-aba, ucapan itulah yang membuat mental siswa terguncang, ucapan yang singkat tapi mampu mengguncang iman

"Duh kerjain dong gef gue sama sekali gak paham nih, aduhh cepetan dong gef!" Ucap agung ketakutan

"Yaelah gini aja nggak bisa" ucap gefrey dengan nada sombong

"Songong banget deh Lo jadi orang, gue doain dah kuburan Lo sempitt biar Lo sesak napas dah dikuburan Sono" balas agung, karena tidak dapat jawaban dari gefrey, agung pun langsung menoleh kebelakang dan mendapati Sepri yang tampak serius mengerjakan soal tadi

"Sep, sepriiii!" Namun tak digubris oleh Sepri

"Woi kamprett sok sok-an nggak denger lo, ntar gue sumpahin Lo sekeluarga naik haji dah taun depan"

"Apaan sih Gung, sibuk amat Lo ah" sepri berdecak kesal

"Minta jawaban dong" jawab agung dengan raut wajah yang paling menyedihkan

"Gilak lu ah mintak sama gue, gue aja masih nunggu jawaban dari atas"

"Tungguin aja terus sampai tata hijrah ke Madinah sono"

"Selly, tiak kalian dapat nggak?" Bisik agung sambil menarik pelan hijab mereka berdua dan membuat keduanya menoleh secara bersamaan

"Belum" ucap mereka singkat

Agung tampak pasrah dengan keadaan, ia sama sekali tak mengerti dengan soal soal tersebut, soal yang dimana mewajibkan siswanya untuk dapat menghitung kecepatan apel yang jatuh dari pohon yang berada dikebun pak Mamat.

Kurang kerjaan bukan?

"Oke waktunya udah habis sekarang ibu akan menunjuk kalian untuk mengerjakan soal didepan"

Deg deg!

Setelah beberapa detik Bu Ningsih langsung mengambil absen yang berada didekatnya, bola matanya tampak mengarah keatas dan kebawah, tak butuh waktu lama ia langsung menyebut nama seseorang dengan mudahnya

"Aaa-" ucap Bu Ningsih

"Aaa-de, iya ade maju kedepan"

"Subhanallah apakah ini yang dinamakan nikmat Tuhan" ucap agung dalam hati

"Eitss bentar bentar" potong Bu Ningsih yang membuat seluruh siswa yang awalnya tak henti henti mengucap syukur, dan berganti  melafazkan istighfar berkali kali

"Ade kemarin udah maju kan?" Tanya Bu ningsih

"Iya Bu"

"Yaudah dikarenakan Ade udah maju, ibu ganti aja lah ya"

Semua siswa kembali panik dan tak henti-hentinya bibir mereka komat kamit membaca sesuatu, entah apa yang dibacakan yang pasti keadaan kembali mencekam

"Oke ibu ganti agung aja deh" ucap Bu Ningsih dengan entengnya

Jleb!

"Sss-aya Bu?" Tanya agung dengan nada terbata bata

"Iya kamu, agung Syahputra kan? Agung mana lagi coba"

Kali ini jantung agung mulai berdetak kencang, keringat dingin mengucur deras, kepalanya pusing dan ucapan Bu Ningsih terus berputar dipikirannya. Sorot mata semua orang tertuju kepada agung,

Seketika agung langsung memejamkan matanya sejenak, dan entah mengapa  ketika agung membuka mata, pada waktu yang bersamaan semua pemandangan disekelilingnya  berubah total.

Yang mana pemandangan yang ia lihat sekarang ialah pemandangan dimana ia sedang berada di zaman penjajahan Belanda, terlihat banyak korban jiwa yang sudah tak bernyawa tergeletak disekelilingnya, darah bercucuran dimana mana, semua orang lari berhamburan untuk menyelamatkan diri, dan yang membuat agung terkejut ialah saat melihat gefrey yang tergeletak ditanah sambil meringis kesakitan.

"Gung!" Panggil gefrey dengan suara parau akibat menahan sakit didadanya

"Gef Lo kenapa?" Tanya agung prihatin

Mendengar hal itu gefrey langsung tersenyum dan masih menahan sakit

"Gue nggak papa, tetap lanjutin perjuangan Lo, ini semua demi keselamatan negeri kita" ucap gefrey

Ditengah tengah drama tersebut munculah segerombolan tentara Belanda dan dikomandoi oleh seorang wanita yang sama sekali tak asing bagi agung

"Bu Ningsih?"

"Cepat tembak anak itu!" Ucap bu Ningsih dengan lantang, dan tak berapa lama semua pistol menuju kearah agung.

Ahhh!

"Gung Lo kenapa, bangun woi" teriak gefrey dan lainya

"Lo barusan mimpiin apa sih Gung?" tanya selly penasaran

"Mimpiin Sepri paling, pantes aja dia kayak ketakutan gitu haha" ledek tiak

"Loh yang lain pada kemana, kok kelas udah sepi?" Tanya agung ngos-ngosan

"Tuh Lo liat sekarang udah jam berapa" ucap tata sambil menunjukkan jam yang tergantung di dinding

"Lo sih mangkanya nggak usah sok sok-an begadang deh, untung aja Bu ningsih gak masuk kelas tadi, kalau dia masuk terus liat Lo tidur nyenyak gini udah diseleding tuh leher lo"

"Hmm ya udah guys, pulang kuy" ajak ria dan dibalas anggukan oleh semua

***

udah cukup horor belum?😂
Lanjut nggak nih?
Voment dulu oke;)

Keluarga Ter-cemar(a)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang