'Gila rumah Louis besar banget, kayak istana sumpah! Dia sekaya apa sih sampe rumah aja besar kayak gini'
Aku tidak tau bahwa Louis akan membawa ku kerumahnya, saat ku melihat depan rumahnya saja memang sudah sangat besar. Tetapi, saat aku sudah melewati pagar, aku berjalan mendekati pintu masuk dan ada dua orang memakai pakaian seragam yang membukakan pintu untuk ku dan Louis.
"Pagi non.. den.."
Aku pun menundukkan kepala sambil memberikan senyuman kepada dua orang itu. Dalam rumah itu terlihat jelas sangat besar dan bersih, hanya ada barang mewah dan pelayan dengan seragam yang sama sekitar 5 orang. Aku terus memperhatikan rumah itu, alasannya karena rumah itu sangat bagus. Rumah itu memiliki tema warna emas dan coklat dengan pajangan yang berkaca sekaligus menarik. Masalah warna tidak ku permasalahkan, hanya saja ada yang ku permasalahkan.
'Kok rumah Segede ini banyak pelayan tapi ngga ada orangnya ya? Terus pajangan nya banyak banget ngga takut pecah apa? Dan kayak nya ini sama sekali bukan lingkungan gua, beda banget!! Jadi ngga nyaman deh.'
Disitu sangat terasa tidak nyaman. Ada seseorang yang datang ke arah ku dan Louis dari arah lift disebelah kiri, jelas rumah itu memiliki lebih dari 3 lantai, jadi wajar saja mereka memakai lift untuk naik atau turun.
"Louis!! Dari mana kamu?!" Ujar seseorang yang baru saja menghampiri kami.
"Ngga dari mana-mana." Sahut Louis dengan santai.
"Ini siapa?"
"Teman saya namanya Aqila. Dia kesini untuk bantu saya mengerjakan tugas."
Louis menarik tangan ku dan membawaku ke sebuah ruangan yang besar. Ruangan itu memiliki banyak buku dan terlihat seperti perpustakaan sekolah. Sesampai disitu pun, Louis tetap memegang tangan ku dengan erat. Aku menariknya tapi Louis tetap tidak melepas genggamannya.
"Ngapain sih tarik-tarik tangan lu. Jujur aja lu seneng kan gua pegang gini. Udah lah Qil ngga usah muna. Hahaha.. nih mumpung lagi baik nih pengen buat lu seneng Hahaha." Ujar Louis dengan sangat percaya diri.
Mendengar ucapan Louis seperti itu, aku sangat muak. Seketika tubuh ku merinding. Seperti nya tubuh ku juga muak mendengar perkataan Louis itu.
"Pfttt lu gajelas banget sumpah hahaha. Ada aja manusia terlalu pede kayak lu hahaha." Ujar ku sambil menahan tawa.
"Iya lah. Jadi orang harus percaya diri kata bibi gua."
"Bibi?"
"Iya. Bibi gua." Ujar Louis.
Akhirnya Louis mulai melepaskan genggamannya. Aku mulai berjalan ke arah tempat duduk yang berada di ruangan itu dan meletakkan beberapa buku di atas meja. Louis pun juga duduk di sampingku sambil mengambil kertas dan pena dari tasnya. Aku mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di ruangan itu, tetapi Louis mengambil semua buku ku, lalu memberikan ku bukunya dengan sebuah kertas yang tadi ia pegang.
"Ih. Sini buku gua. Sini!" Ujar ku sambil berusaha mengambil buku ku yang dipegang Louis, walaupun ia mengelak.
"Ngga! Lu kan kesini buat bantuin tugas gua. Bukan buat ngerjain tugas lu."
"Huh.. iya Louis Alexander Mulia. Sini gua bantuin" ujar ku sambil senyum terpaksa kepadanya.
Aku pun mengambil buku Louis dan mulai mengerjakan tugas nya itu. Sementara Louis keluar dari ruangan, tanpa berkata apapun kepadaku. Sampai akhirnya setelah 1 jam aku mengerjakan dan hanya baru 1 rangkap yang selesai.
"Astaga... Ini banyak banget sih. 1 rangkap aja lama banget. Apalagi 5 Rangkap. Louis kemana lagi? Dari tadi ngga balik-balik. Apa dia tinggalin gua? Biar gua ngerjain semuanya sampe selesai? Jangan bilang dia kunciin gua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Girl
RomanceAqila hanya gadis biasa yang baru menjadi anak pindahan disekolah swasta. Sekolah swasta yang sangat terkenal dikalangannya. Dikenal dengan sekolah yang keren, kaya, mahal dan ada banyak cowok ganteng disana. Diawali dengan seorang gadis biasa yang...