Kami tiba di sebuah ruangan bawah tanah, rak rak dari bahan kayu berjajaran berisi benda benda antik serta beberapa buku tebal, yang kuperkiran berumur tidak kurang dari seratus tahun, hampir memenuhi seluruh ruangan. Entah berapa banyak uang yang harus dikeluarkan Dokter Ronan untuk mengumpulkan semua barang barang, yang jelas langkah ini.Vierre yang sedari tadi selalu berjalan di belakang, kali ini ia bahkan langsung masuk tanpa permisi. Ia jelas terkesima dengan apa yang dilihatnya. Tak mau terlalu jaim, akupun juga sama terkesimanya.
Aku menatap Dokter Ronan sekilas, kemudian mengikuti Vierre yang saat ini sudah sibuk menjelajahi ruangan.
Diantara semua benda benda disini, ada satu yang sangat menarik perhatianku, yaitu sebuah benda berbentuk tablet berukuran sekitar 2 cm, diletakkan di dalam kotak kaca dengan bantalan yang berwarna merah cerah. Meskipun kecil, tapi benda ini terlihat begitu istimewa.
"Dok." Aku memanggil Dokter Ronan yang berjalan di balik rak yang ada di hadapanku.
"Jangan panggil gue 'Dok' gue masih muda, panggil Bang aja."
Aku mengangguk.
Memang benar dengan apa yang dikatakan Dokter Ronan, dia masih terlalu muda untuk sebuah gelar Professor. Jika dilihat secara umum, maka seharusnya Dokter Ronan itu masih kuliah. Tapi sayangnya, dia terlalu cerdas. Bisa bisa dia akan berdebat dengan Dosennya.
"Kampret, gue jatoh." Belum sempat aku bertanya ke Dokter Ronan seputar tablet ini, suara Vierre sudah lebih dulu menggagalkan niatku. Sial.
Aku mengikuti Dokter Ronan menghampiri Vierre, yang saat ini terlihat terduduk dilantai sambil menampilkan wajah menyebalkannya.
"Lo kenapa duduk di situ?" Tanyaku
"Gue lagi mau uji nyali, siapa tau dari sini gue bisa liat sarang kecoa."
Aku mengangguk paham, dan Vierre malah mendesis.
"Gue jatoh peA, tolongin nape."
"Jadi lo jatoh?" tanyaku acuh
"Lo nggak salah. "
"Emang," jawabku cepat, memang benar aku tidak pernah salah, lagi pula aku tidak tau sebab musababnya dia duduk dilantai.
Sedikit menyisir rambut kriwilnya dengan tangan, Vierre lantas berdiri dengan wajah kusut.
Netranya menatap tajam, ke seseorang yang ada di hadapannya. Jelas itu bukan aku, karena aku berada di sampingnya. Ada orang lain yang tengah berdiri di sana, dengan wajah datar.
"Ee ... kalo mau muncul tu bilang bilang donk, jangan kayak jelangkung," hardiknya berapi api, namun orang yang dimaksud malah diam tidak bergeming dari wajah datarnya.
Tunggu ada sesuatu yang unik dari orang ini, mata berwarna kebiru biruan dengan bulu yang lentik, alis tebal, rahang keras, serta kacamata bulat bertengger di hidung mancungnya, dia sangat mirip dengan Harry Poter.
"Hai Stiv lo akhirnya datang juga."
Dokter Ronan menghapiri lelaki yang di panggilnya Stiv sambil tersenyum, seolah mereka sudah kenal lama.
"'Kan abang yang minta, gimana sih."
"Haha, O ya kenalin anak anak ini Stiv." Dokter Ronan memperkenalkan.
Aku mengangguk kemudian menjulurkan tangan memperkenalkan diri, Stiv membalasnya dan ikut menjabak tanganku. Sedangkan Vierre terlihat enggan, wajahnya tertekuk dia jelas masih sangat kesal.
Aku menyikut perut Vierre memberi kode, namun dia hanya menghindar 'tak peduli.
"Abang nggak salah? Kayanya gue nggak yakin kalo mereka ini adalah salah satu pemilik kekuatan."
"Itu sih terserah ello, karena faktanya mereka berdua ini adalah pemiliki kekuatan."
Aku mengerinyit tidak mengerti dengan pembahasan Dokter Ronan dan Stiv, mereka membicarakan pemilik kekuatan.
"Pemilik kekuatan?" Dokter Ronan berbalik menatapku, wajahnya nampak serius.
"Iyya Ash, lo Vierre dan Stiv, adalah pemilik kekuatan besar, keturunan dari Raja yang hidup di masa lalu, kalian adalah putra dan putri ketujuh dari putra dan putri ketujuh."
"Bener Dok?" Wajah Vierre yang awalnya tertekuk kini berubah cerah dan begitu antusias. Apa dia akan percaya dengan ucapan Dokter dan Stiv?
Dokter mengangguk, tidak ada tanda tanda bahwa ia sedang bergurau.
"Ash gue mau ngasih sesuatu buat lo."
Dokter berjalan menuju rak tempat kami tadi berdiri, tak lama dia kembali dengan sebuah kota kaca ditangannya. Aku tau itu apa, itu adalah sebuah tablet kecil berwarna perak dengan ukiran unik.
"Tangan kirimu!"
Sedikit ragu, aku melepas sarung tangan dan menjulurukan tangan. Sejenak Dokter mengamati telapak tanganku kemudian ia menekan sebuah tombol dan diwaktu yang bersamaan sebuah lubang berukuran 2 cm muncul di sana.
Vierre dan Stiv nampak terkejut, dengan apa yang dilihatnya, mereka terlihat penasaran. Namun, melihat Dokter Ronan yang serius memasukkan tablet itu kedalam telapak tanganku, membuat mereka enggan berkomentar.
Begitu terpasang tablet itu langsung menyesuaikan diri, dan tanganku kembali seperti semula.
Awalnya semuanya terasa baik baik saja, namun setelah beberapa detik aku merasakan tubuhku menegang, urat leherku mengeras, dan gravitasi seolah menguap menyisahkan tubuhku yang mengembang diudara.
'Tenang dan tutup matamu'
Sebuah suara terdengar dari dalam diriku, dan suara itu begitu lembut memintaku untuk tidak terlalu tegang.
Aku merasakan wajahku diterpa angin dengan lembut terasa seperti berada di alam terbuka, ini sungguh menenangkan.
Sedikit memberanikan diri, perlahan aku membuka mata untuk melihat apa yang terjadi. Namun yang terlihat sungguh mengejutkan, rak rak yang penuh dengan barang antik kini tidak ada lagi, malah berganti dengan susunan galaksi yang berputar dengan begitu pelan, kakiku tak lagi berpijak di lantai ubin ruangan rahasia, bahkan aku tidak berpijak sama sekali.
Gambar sayap emas di punggungku, kini bukan lagi gambar melainkan sebuah sayap asli berwarna emas dengan api yang menyala.
Tubuhku kembali menegang, jantungku berpacu, tangan kananku mulai mengeluarkan keringat dingin, bibirku bergetar hebat, tangan kiriku nampak bercahaya.
Ini seperti mimpi, namun ini terlalu nyata. Apa ucapan Dokter Ronan dan Stiv itu benar? Aku adalah Putri ketujuh dari putra dan putri ketujuh.
Bersambung ...
Halo semua apa kabar, masih pada stay kan di di rumah,
Emm ... daripada kalian bosan di rumah aja nggak bisa jalan jalan mending sini merapat aku ajak kalian berpetualang bareng Ash, Vierre, dan Stiv di Wonderland.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland (Hiatus)
FanfictionAsh adalah seorang gadis tanpa darah, yang memiliki 2 jantung yang berfungsi menghasilkan energi kedalam tubuhnya. Dan semua itu tidaklah lepas dari seorang profesor yang biasa dipanggil Bang Ronan. Namun, semua itu bukanlah tanpa alasan. Ash adalah...