Bab 8//Wanita Misterius

24 4 1
                                    

Aku sedikit menyipit menyesuaikan penglihatan dengan siluet cahaya menyilaukan yang langsung menghujam retinaku tanpa ampun.

Apa ini di surga?
Pertanyaan itu hampir saja meluncur saat pandanganku tidak kunjung menemukan objek selain cahaya menyilaukan, sampai seorang wanita dengan tudung yang menutupi kepalanya terlihat berjalan dengan anggun kearahku.

"Tidak, kau di rumahku."

Aku terkesiap, bagaimana cara wanita bertudung itu mengetahui apa yang hendak kutanyakan? Apakah dia seorang cenayang?

Aku mengeratkan pegangan pada gagang tamara yang setia tersampir di pinggangku, sebagai bentuk kewaspadaan kalau-kalau wanita itu adalah salah-satu limb dari idiot-idiot tadi yang pastinya harus ku hindari.

"Kau mau apa?" Tanyaku tajam ketika wanita itu berjalan semakin dekat, sama sekali tidak mengindahkan ancaman yang aku layangkan.

Mataku mengedip sekali, kemudian dengan sigap aku menghunuskan tamara dan mengarahkannya tepat keleher wanita itu, seketika rasa sakit mendera sekujur tubuh membuatku refleks beraung kesakitan, ah ini mengingatkanku dengan idiot-idiot tadi.

"Jangan terlalu banyak bergerak!" titahnya yang kini sudah duduk di samping tempatku berbaring. Dia mengeluarkan sebuah cawan dari lengan jubahnya yang cukup besar, jangan tanyakan padaku bagaimana dia melakukannya, maksudku bagaimana bisa isi cawan itu tidak tumpah.
Kemudian benda yang berisi cairan kental hijau itu diserahkan kepadaku untuk diminum, tentu saja aku menolak dari tampilannya saja sudah membuat perutku bergejolak dan rasa haus yang sempat mendera seketika berganti dengan rasa mual yang sungguh menyiksa. Ah itu terlihat begitu menjijikkan.

"Minumlah ini, maka setelah beberapa menit kujamin kau akan segera sembuh."

Aku menatap cawan yang masih berada dalam genggaman wanita itu, apakah ada obat yang dapat menyembuhkan hanya dalam jangka waktu beberapa menit? Itu terdengar mustahil. Tapi baiklah tidak ada salahnya mencoba.

Pelan-pelan aku meraih cawan itu kemudian menenggak isinya dengan ragu berharap rasanya tidak seburuk tampilannya.

Dahiku mengerinyit dalam, begitu merasakan sensasi pahit bahkan terlalu pahit menjalari indra pengecapku.

"A ... apa ini?"

Wanita itu meraih cawan dari genggamanku dan meletakkannya ke meja kecil yang berada di samping tempatku berbaring.

"Sudah kukatakan, ini ramuan yang akan segera menyembuhkanmu," jawabnya tenang.

Sungguh, lebih baik aku meminum seratus jenis obat dari dokter atau disuntik sampai sepuluh kali ketimbang harus meminum cairan ini lagi, karena rasanya benar-benar luar biasa pahit dan asam. Ah mengingatnya saja berhasil membuatku mual.

Sekitar beberapa menit kemudian aku merasakan tubuhku menegang urat-urat leherku menyembul keluar yang disertai dengan keringat dingin, Tulang-tulangku terasa bergeser seperti memposisikan diri kembali pada tempatnya. Namun anehnya, aku sama sekali tidak bergerak ataupun berteriak seolah persendian serta pita suaraku sengaja dikunci dari dalam, dan sungguh ini benar-benar menyakitkan mungkin rasanya setara dengan sakratul maut.

****

Author POV

Setelah melewati masa kritisnya Ash bangkit dari pembaringan sambil berjalan keluar dari ruangan kecil yang sepertinya itu adalah kamar, dan netranya langsung tertuju pada dua orang yang tengah duduk disebuah kursi rotan di dekat pintu keluar. Siapa lagi jika bukan Vierre serta Stiv, keduanya juga tengah menatap ke arahnya.

"Apa keadaanmu sudah membaik?" tanya Vierre lembut. Tunggu, sejak kapan seorang Vierre bisa berbicara dengan lembut seperti itu? Mungkinkah dia kerasukan? Entahlah.

Ash tidak menjawab, kepalanya masih terasa pusing meskipun sudah tidak separah tadi tapi tetap saja ia membutuhkan air untuk menyegarkan tenggorokan yang terasa kering, maksudnya air putih asli bukan minuman dengan rasa aneh seperti tadi.

Melihat Ash berjalan sambil memegangi kepalanya, Vierre lantas berdiri dan segera membantu gadis itu untuk duduk di kursi yang ia tempati tadi, ada guratan kekhawatiran dalam mimik wajah lelaki itu. Sepertinya dia benar-benar kerasukan.

"Duduklah, biar aku mengambilkan air untukmu." Kemudian lelaki itu segera berdiri sembari berjalan menuju sebuah meje kecil yang tidak jauh darinya, di atas meja itu ada sebuah teko yang sepertinya berisi air minum.

Sementara Stiv, lelaki itu hanya diam di tempatnya tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Vierre dan Ash, ia duduk sambil menyandarkan punggung di kursi, mengistirahatkan tubuhnya yang terasa remuk akibat pertarungan tidak sportiv dengan tengkorak-tengkorak tadi. Namun belum sempat rasa lelahnya menghilang, tiba-tiba telinganya yang tajam menangkap sebuah suara langkah seseorang, sebuah langkah yang terdengar begitu gemulai dan anggun, jelas itu bukanlah Ash apalagi Vierre.

Stiv lantas menengakkan punggungnya begitu mendengar suara itu semakin mendekat, Vierre yang menyadari hal itu lantas bertanya, "apa ada sesuatu yang mengusikmu Stiv?"

Stiv, tidak menjawab dia hanya diam, namun gerak-gariknya yang menunjukkan kewaspadaan membuat Ash serta Vierre lantas menyadari bahwa memang ada yang tidak beres di sini.

Tidak berapa lama dari arah luar terlihat seorang wanita bertudung berjalan ke arah mereka, dia berjalan membelakangi cahaya matahari sehingga wajahnya tidak terlihat jelas membuatnya semakin nampak misterius.

Angin yang bertiup membuat jubah yang dipakai wanita itu meliuk-liuk, menguarkan aura magis yang begitu kental. Vierre yang mampu merasakan aura itu lantas berdiri, tangannya memegang gagang pedang yang senantiasa tersampir di pinggang, sebagai bentuk pertahanan diri.

Sementara Ash, dia juga sudah melakukan hal yang sama dengan kedua rekannya. Wajahnya mengeras, pandangannya yang tajam mengarah ke luar dimana wanita berjubah itu berada. Dari aura yang dibawanya, jelas ini bukan orang yang sama dengan orang yang tadi sudah membantunya, ini jauh lebih kelam dan gelap.

Sepertinya mereka harus berhati-hati, mungkin saja dia adalah salah-satu pengikut tengkorak-tengkorak tadi.

Bersambung ....

Setelah sekian lama hibernasi, akhirnya cerita Wonderland bisa update juga.

Wah ... Didip nggak nyangka pembaca Wonderland sekarang udah ada ratusan, Ya ... meskipun belum terlalu banyak tapi Didip tetep seneng, nggak nyangka ada juga yang mau baca cerita amatir ini ...

Udah ah segitu aja ....

See you next time😗



Wonderland (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang