Terkadang perilakunya tak pernah terpikir oleh otakku. Bahkan membuatku was-was sampai tak tahu harus berbuat apa. Contohnya sekarang, Irene berada dikediaman keluarga Jinyoung setelah pulang dari kampus. Sungguh cowok itu hanya mengatakan untuk ikut saja, dengan irene yang hanya mengenakan setelan kampus namun diluar kenyataan keluarga jinyoung sedang mengadakan pesta.
"Ini acara siapa?" Tanya irene akhirnya setelah kebingungan saat menginjak kaki di pintu masuk rumah jinyoung.
"Orangtuaku," whatt?! Irene menggeram dalam hati, untung saja ia sempat merias wajah agar terlihat tidak buluk amat. Beruang kutub satu ini benar-benar perlu dimusnahkan, poor you Irene.
Seorang wanita paruh baya mendekatinya. Irene berusaha tersenyum meskipun hatinya dongkol berat dengan jinyoung. Wanita paruh baya itu semakin bersinar lebih muda jika diliat dari usiannya.
"Nak Irene," ucapnya penuh keanggunan. Irene menyalaminnya. Kemudian wanita paruh baya itu memeluknnya sangat erat.
"Ehm," jinyoung berdehem merasa ia dicuekan. Mereka berdua melepas pelukannya dengan mendelik ke arah jinyoung. Jinyoung hanya mengangkat bahu.
"Tante semakin cantik," ucap irene memuji kenyataan bahwa tante park benar-benar berkilau malam ini. Wanita itu tersenyum lebar.
"Kamu juga makin cantik, gimana kabar kamu? Kenapa jarang sekali datang kerumah ini? Tante merindukanmu apalagi cowok bandel disamping kamu," candanya membuat irene terkekeh. Jinyoung memutar bola matanya sebal. Rasakan! Batin irene.
"Kabar baik tan, tante gimana kabarnya? aku juga merindukan tante. Cowok ini memang sangat usil tante, aku gamau deket-deket dia lagi," adu irene disusul tawa keduannya. Jinyoung memilih mundur, kalau sudah begini ia bisa-bisa dicuekin selama pesta.
Sebenarnya sedari tadi irene kebingungan sendiri dengan pesta ini. Bukankah ulangtahun tante park masih dua bulan lagi, juga ulangtahun jinyoung masih empat bulan lagi. Apalagi acara lainnya, irene rasa sudah sangat hapal dengan keluarga ini. Apalagi ini dia serasa paling buluk, orang-orang disekitarnya memakai gaun yang cantik. Haduh mamah, pingin pulang rasanya. Awas saja jinyoung akan habis ia pukuli.
"Oh iya irene, silahkan ya menikmati pestanya tante mau menjamu tamu dulu, kalau ada yang bandel tante siap jadi garda terdepan" irene mengiyakan dan tertawa dengan candaan tante park.
"Silahkan tante. Irene siap lapor ke tante," ujar irene. Matanya mencari-cari keberadaan jinyoung yang sudah menghilang sedari tadi. Biarkan sajalah, mumpung ia sedang lapar. Tadi di kampus ia belum sempat makan siang, karna beberapa laporan yang sudah deadline.
Matanya menatap potongan rainbow cake yang terlihat sedap untuk masuk perutnya.
"Tidak apa-apa irene, ambil saja." Shit! Suara laknat itu lagi. Irene mendengkus sebal.
"Yak! Pergi jauh-jauh aku ingin makan, kau menyebalkan." Rengut irene sambil mengambil sepiring cake yang sempat tak jadi dia ambil.
Jinyoung tersenyum miring kemudian membawa irene menuju tangga dan masuk kedalam salah satu kamar yang irene yakinin adalah kamarnya.
"Stop! Sembarangan ya kamu bawa cewek baik-baik ke kamar!" Amuk irene dengan memukuli jinyoung. Sambil melampiaskan kekesalan karna sudah membawanya kesini tanpa tahu ada acara pesta.
"Hey, dengerin aku dulu." Ucap lembut Jinyoung. Ia berusaha memegang tangan irene yang terus memukulinnya brutal.
"Aku kesel hiks," amarahnya berubah jadi tangis. Irene lelah ia berhenti memukuli jinyoung. Tangannya masih dicekal jinyoung. Kini posisi mereka semakin dekat. Semakin didepan. Tapi, bukan merk motor.
"Udah capek?" Tanya jinyoung lagi sambil mengusap air mata irene pelan. Irene hanya menggeleng tanda ia belum puas kalau beruang kutub ini sengsara seperti irene sekarang.
"Terus aku harus gimana, hm?" Jinyoung berusaha menghibur irene. Ia membawanya duduk diranjang. Ia juga sama-sama lelah, pikirannya terus terbagi antara kampus, keluarga dan cewek disampingnnya ini.
"Aku mau minum," ujar irene pelan. Jinyoung terkekeh mengusap gemas rambutnya. Kemudian membawa botol air putih yang sengaja ada didalam tas kuliahnya.
Irene meneguknnya hingga habis. Tanpa malu ia pun meminta makan kepada jinyoung. Mau bagaimana lagi, cake tadi tidak jadi ia makan. Perutnya benar-benar lapar.
"Ini makan," jinyoung kembali ke kamar dengan sepiring nasi beserta lauk. Irene pun makan dengan tenang, ia melirik ke arah jinyoung yang terus melihatnya. Ia kan jadi gugup.
"Kenapa? Kamu mau juga?" Tanya irene berusaha menghilakan kegugupannya. Kini ia sadar posisinnya yang berada dikamar maskulin jinyoung ditambah jinyoung didepannya juga rambut acak-acakan yang semakin mempengaruhi otak gesreknya.
Sadar irene! Batinnya.
Ia pun memberikan tangan dengan suapan nasi dan lauk ke arah jinyoung. Jinyoung menaikan alisnya.
"Keliatannya kamu lebih lapar dari aku," cicit irene sambil tetap mengarahkan suapannya. Ini suapan cinta loh, ekslusif hanya untuk jinyoung. Dasar tidak peka. Jinyoung tersenyum miring.
"Aku maunya kamu,"
-
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/209975455-288-k583599.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE YOU GO || Jinyoung × Irene
FanficIrene bukan seorang peramal yang bisa menebak perasaan orang lain. Ketika diperkenalkan hanya seorang teman, bahkan teman tidak cukup menggambarkan segilanya hubungan mereka. Irene menyadari bahwa ia harus pergi, jauh dan menghilangkan perasaan yang...