Sesuatu tidak akan pernah tersisa untuk dirinya. Dunia hanya akan mengunjingnya, menjadi cantik bukanlah segalanya. Nyatanya, dia hanya menjadi seorang diri ketika cinta pertamannya harus ia relakan. meninggalkan sedikit trauma yang sampai saat ini masih ia rasakan.
"Irene," panggil seseorang membuatnya refleks melihat kebelakang. Dia kak suho, kakak tingkatnya yang beberapa bulan ini terlihat gigih untuk mendekatinya. Bukannya ia percaya diri, namun irene bisa merasakan lewat perhatian-perhatian kecil yang diberikan katingnya itu. irene juga tidak menjauh, sebisa mungkin ia merespon tidak berlebihan agar kak suho tidak menyalahartikan responnya.
"gimana buku yang aku pinjemin udah dibaca?" tanyanya to the point. kak suho duduk didepan irene yang sedang membaca jurnal untuk tugasnya.
"bagus,kak. tapi hari ini aku lupa bawa bukunya. besok aku langsung kasih deh," jawab irene dengan pelan, takut yang lain terganggu karena ini masih area perpustakaan.
"santai aja kali, ren. aku sekalian nyapa aja pas liat kamu disini," ada kekehan diakhir kalimatnya.
irene merasa tak nyaman ditempatnya kala mata itu terus menatapnya intens. ia pun memberanikan diri menatap balik manik itu.
"kenapa kak?" tanya irene ragu. kak suho terlihat hanya menyimpulkan senyum manisnya.
"kamu cantik," ucapnya. irene hanya diam tak merespon, tidak ada detakan jantung cepat seperti apa yang dirasakannya ketika bersama jinyoung. terasa hambar, ia seperti sudah mendengar ribuan kata itu berulang kali.
"respon dong," kak suho terlihat akan mengambil tangan kirinya yang berada diatas meja.
brak
"Anjing lo!"
brak
"berani deketin irene lagi!"
dua pukulan melayang mengenai kak suho, mereka pun berkelahi didalam perpustakaan yang tadinya hening menjadi ribut. perasaan irene kali ini tidak menentu arah, antara harus memisahkan mereka atau pergi. tenang irene, baik ini kayaknya keputusan yang kurang tepat batin irene.
"STOP!!" irene berteriak nyaring berusaha melerai perkelahian yang akan berujung ke rumah sakit. disana kak suho sudah babak belur penuh darah, sedangkan jinyoung sang beruang kutub si pemicu bara api luka-luka dibagian pelipis dan bibir yang tampak robek. irene meringis sendiri, apa tidak sakit?
perkelahian itu masih berlanjut sampai dua satpam mencoba memisahkan mereka secara paksa, karna rupanya irene tak cukup untuk melerai mereka. irene mah apa atuh.
"sok cantik banget irene direbutin dua cowok,"
"jinyoung ganteng yah macho banget,"
"kak suho lagi berkelahi aja aura serbuk berliannya bertaburan,"
"apasi irene, cewek kayak cabe-cabean aja direbutin,"
bisik-bisik itu terdengar dibelakangnya. Irene merasa seakan harga dirinya terinjak-injak, yang berkelahi kan kak suho dan jinyoung kok mereka yang dibela ia yang kena getahnya.
"pengen tak hih," gumam irene.
kenapa juga mereka harus rebutin irene, maaf ya irene punya kriteria sendiri buat nyari pasangan. yah yang mirip dikitlah sama jinyoung. tapi versi baik, bukan jelmaan lucifer kayak jinyoung sekarang.
**
"Irene apa benar mereka berkelahi gara-gara kamu? menurut beberapa saksi yang dapat bapak simpulkan itu benar adanya," suara itu tampak berwibawa ditempatnya. ruangan yang hening dengan cat dinding abu memberikan kesan yang kuat dibandingkan cat dinding hitam. irene seakan merasakan power itu kala masuk pertama kali ke ruangan yang dikenal "suram" ini.
"a-anu pak, saya tidak tahu. tapi yang jelas saya sedang duduk diperpustakaan, tiba-tiba saja jinyoung datang menghajar kak suho." ucapnya terbata berusaha memaksimalkan kejujuran didepan dosen pembimbingnya.
"jawaban kamu tidak memuaskan, silahkan keluar. jangan harapkan nilai diatas c untuk semester ini," ucapnya tegas. irene tenganga ditempat. Apa-apaan ini?! irene tidak mau mengulang semester tahun ini apalagi ketemu pak bima tidak bisaaa!! batinnya berteriak
"pak loh yang bersalah kan mereka berdua, saya diam aja pak disana, justru saya mencoba melerai mereka, bapak please saya pengen cepet-cepet lulus, nanti kalo saya nggak kawin-kawin gimana?" mohon irene dengan tangan yang sudah terpangku didepan dada dan wajah yang semelas mungkin. pak bima dengan wajah datarnya hanya menjentikan jari tanda irene harus segera keluar dari ruangannya.
"PAK PLEASE!!" teriak irene didepan pintu pak bima yang kelewat sadis itu.
"ku menangis membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku," nyanyian pia membuyarkan fokusku yang berteriak didepan ruangan pak dosen sableng. temen lagi susah malah dinyanyiin bukannya dikasih motivasi.
"ngajak ribu lo ya!" irene menghampiri pia sambil mengepalkan tangannya bersiap untuk berkelahi. pia hanya memasang kuda-kuda.
"sini kalo berani, nih pukul." pia memberikan pipinya dipukul. irene pun berlari mengejar pia yang sudah ancang-ancang akan kabur.
"YAK!! SINI LO ANAK KANCIL!"
**
"aw,"
"nggak usah lebay, siapa suruh berantem sampe aku ngulang semester ini." omel irene ketika mengobati luka jinyoung.
"terus kamu rela ngebiarin tangan kamu dipegang sama orang kayak gitu," ujar jinyoung dengan nada dinginnya yang menusuk. irene sendiri merasa gentar hanya karna mengolesi luka jinyoung. rasanya berbeda ketika bersama kak suho, ini terasa sangat benar.
"orang kaya gitu, gimana maksudnya?" tanya irene penasaran. jinyoung tiba-tiba saja meraih tangan irene dan mengenggamnya.
"aku gak suka," irene membeku, detak jantungnya mulai tak karuan apalagi tatapan itu sangat meneduhkannya.
"apa yang kamu suka?" tanya irene memberanikan diri meskipun nyalinya sudah diambang batas. tetapi ia perlu memastikannya. iyakan?
"kamu tetap jatuh sementara aku, kali ini aku yang berada dibawah sana untuk tangkap kamu," irene mematung.
*
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE YOU GO || Jinyoung × Irene
FanficIrene bukan seorang peramal yang bisa menebak perasaan orang lain. Ketika diperkenalkan hanya seorang teman, bahkan teman tidak cukup menggambarkan segilanya hubungan mereka. Irene menyadari bahwa ia harus pergi, jauh dan menghilangkan perasaan yang...