Happy reading semwaa😘
Kayla's POV
Setelah merasa cukup lega. Kutarik nafas panjang-panjang, lalu kuhembuskan. Entah apa yang sedang berputar-putar di otakku ini.
Kutarik selimut itu hingga menutupi lututku. Aku masih saja tidak bisa benar-benar melupakan kenangan waktu itu.
Taman, mawar putih, dan lagi-lagi bayangan sosok itu memenuhi pikiranku saat ini.Aku sedari tadi hanya mencoba untuk tidak menginggat-ingat hal tersebut.
Aku melangkah menuju balkon kamar, tubuhku hampir saja terjatuh karena kaget.
"Dorr!!"
" Yaampun Aldo, lo bikin gue kaget aja bangke!!" Umpatku. Aku jelas marah, bagaimana tidak sosok manusia jailangkung ini tiba-tiba muncul begitu saja.
"Yoi, sans kay. Lo kenapa sih ceberut mulu dari tadi?" Ujar Aldo sambil duduk di bangku sambil memangku gitar kesayangannya.
"Gue nggak papa" Ucapku. Dibalik kata nggak papa pasti ada apa-apa. Yah, itulah alasan klise cewek. Aku tak mau Aldo mengetahui yang sebenarnya, karena ia pasti akan memaki-maki orang yang membuatku seperti ini. Bahkan ia tak urung untuk menghajar orang tersebut, aku hanya tak mau Aldo terlalu berlebihan menyikapi masalah ini.
"Buruan nyanyi gih, gue pengen ngetes suara lo" Ujarku. Tak lama Aldo langsung memposisikan gitar dipangkuannya.
Ia mulai memetik senar-senar gitarnya dengan lihai. Aldo menatap lurus dari balkon kamarku.
Jangan datang lagi cinta
Bagaimana aku bisa lupa
Sedangkan kau tahu
Keadaanya
Kau bukanlah untuku...🎶
Aku begitu menikmati lagu yang Aldo nyanyikan. Sampai-sampai mulutku ikut berkomat kamit menirukan liriknya. Aldo memang jago sekali kalau sudah berhubungan dengan kata musik. Seakan hidupnya tak bisa dipisahkan dengan irama-irama menenangkan hati ini."Maafin aku Kay, aku rasa ini yang terbaik buat kita. Aku mohon kamu bisa nerima keputusan aku. Aku sadar ini terlalu egois, tapi mau bagaimana lagi Kay, aku nggak ada pilihan lain."
"Aku nggak tau harus gimana lagi. Aku mohon kamu bisa ngerti."
Aku kembali terngiang akan ucapan itu. Sebegitu teganya orang yang selalu ia pikirkan selama ini, hanya hadir untuk memberinya goresan luka pada hatinya.
***
Ku sandarkan kepalaku di dinding. Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Tapi langit enggan menenggelamkan sinarnya.
"Kay, udah mendingan?" Kali ini yang berkata suara mama.
"Udah, ma. Kay gak apa-apa kok." Ujarku sambil menghela nafas.
"Yaudah sekarang Kay istirahat yang cukup ya, kita besok udah terbang ke Jogja. Mama sama Papa udah urus kepindahan sekolah kamu." Ujar mama sambil mengelus-elus puncak kepalaku, menenangkan.
Aku hanya mengangguk pelan. Apakah aku harus meninggalkan kota ini, dan semua kenangan yang tercipata disini?? Aku hanya mengela nafas pelan, aku hanya berdoa didalam hati, semoga ini memang pilihan yang terbaik.