[4]

25 4 0
                                    

Kring...kringg..

Ku raih jam wekerku yang sedari tadi berbunyi. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku sambil mengumpulkan kesadaraku penuh.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi, aku bangkit dari ranjangku bergegas menuju kamar mandi.

Setelah usai mengambil air wudhu. Aku melaksanakan kewajibanku. Sholat Subuh.

Rasanya aku ingin bergelung kembali dihangatnya selimut tebalku. Hawa udara Jogja pagi ini cukup membuatku mengigil kedinginan.

Lima belas menit setelah berkutat dengan air es itu, aku segera memakai seragamku.

Hari ini hari Selasa, hari keduaku bersekolah. Setelah usai mengenakan seragam dan atribut lengkap, aku langsung melangkah keluar menuju ruang makan.

"Tumben kamu berangkat pagi, nduk?"

Aku langsung mengambil kursi disamping kakek. "Iya, soalnya Kayla masih bisa hirup udara segar kalo berangkat pagi kek" Aku tersenyum sambil menampilkan deretan gigiku ke kakek.

Setelah diantar Pak Ramli, aku langsung berjalan menuju arah kelasku. Bahuku ditepuk. Aku yang sontak terkejut langsung menoleh.

"Pagi Kay" Ucap orang itu sambil tersenyum lebar. Oh ternyata Sabrina.

"Eh, pagi brin, kok tumben lo udah berangkat?" Tanyaku. "Iya ni, soalnya bawa kendaraan sendiri, ga ada yang nganter" Aku hanya mengganguk paham.

Aku dan Sabrina pun kembali berjalan menyusuri koridor arah kelas kita.

***

Ternyata hari ini masih free class. Aku hanya menghabiskan waktu dengan saling mengobrol dengan Sabrina. Entah dari obrolan biasa sampai obrolan-obrolan absurd.

"Jadi kemaren lo dianter varo?" Aku hanya mengganguk mengiyakan.

Aku memang sudah menceritakan kejadian ini kepada Sabrina tadi. Ia bahkan sampai tertawa terbahak-bahak. Padahal tidak ada yang lucu dalam kejadian ini sama sekali menurutku.

"Sumpah tuh anak aneh emang dari bawaan zigot. Ahhahah..." Sabrina mengatakannya masih sambil tertawa memegangi perutnya tak henti-henti.

"Udah lah brin, emang aneh dia. Yaudah ke kantin yuk" Ajakku tanpa menunggu persetujuan dari Sabrina.

Aku langsung menggenggam tangannya menyeretnya keluar. Ia masih terus terkikik kecil sambil menepuk-nepuk lenganku. Kali ini penampilannya sedikit waras. Setidaknya, Sabrina sekarang sudah memakai sepatu hitam.

Sesampai di kantin aku langsung menduduki bangku urutan kedua dari belakang. Kutopang daguku di tangan. Sebenarnya aku hanya ingin membeli minuman untuk penghilang dahaga.

"Mau makan apa kay? Biar aku yang pesenin" Tawar Sabrina. Aku hanya menggidikan bahu tanda tak mau harus makan apa.

Sabrina masuk ke kantin dan memesan dua gelas es jeruk. Ia meletakkan satu gelas es jeruk itu di mejaku.

"Makasih brin" Ya, moodku hari ini tidak cukup baik-baik saja.

"Eh ada Cinta" Aku mendongak keatas, ternyata sudah datang Alvaro dan Kenan. Mereka langsung menduduki bangku didepanku. Aku menghela nafas kasar, lagi-lagi alien ini pasti berulah lagi.

"Lo tuli apa gimana sih, nama gue Kayla bukan Cinta, tuan Alvaro yang terhormat." Ucapku sinis kearahnya. Aku mendengus kesal, Ia masih saja menyebutku dengan nama Cinta. Jujur, aku agak risih mendengarnya. Dan itu sudah kedua kalinya. Awas saja kau Al!

"Yaelah becanda doang kay, boleh gabung gak nih?" Ucapnya sambil langsung menyerobot minuman yang didepan Sabrina.

"Eh monyet, ini minuman gue bego" Sabrina mengerucutkan bibirnya kesal. Alvaro hanya menyengir tanpa dosa.

"Pada mau makan apa ni?" Tanya Kenan mengarah pada kami. "Bakso" Ucapku dan Sabrina bersamaan. Aku terkekeh pelan.

Sepertinya semangkok bakso bisa membuat moodku kembali baik.

Tidak ada obrolan penting dimeja kami, hanya diisi gombalan-gombalan receh Alvaro kepadaku. Sesekali Sabrina dan Kenan yang menimpali, lagi-lagi hanya dibalas cengiran dari Alvaro. Aku ikut tertawa sesekali, menertawai ucapan Alvaro yang semakin absurd.

Setelah acara makan dikantin, aku, Sabrina, Kenan, dan Alvaro kembali ke kelas. Kenan dan Alvaro mereka satu kelas, hanya saja kelas mereka hanya terpisah lab dengan kelasku.

Sabrina langsung menjatuhkan kepalanya dimeja. Ia mengantuk berat sepertinya.

Sebenarnya sehabis dari kantin aku hendak mengajakknya ke perpustakaan untuk meminjam buku. Aku tak tega membangunkannya.

Akhirnya kuputuskan untuk pergi ke perpustakaan sendiri. Sudah kutempelkan sticky note di meja yang Sabrina tiduri agar ia tak mencariku saat terbangun. Aku hanya tak ingin menggangu tidur pulasnya.

Aku mencari novel Pulang karya tere liye. Semalam aku mencari referensi novel yang cocok untukku. Setelah berkeliling dua kali mengitari rak buku, aku masih belum menemukan novel itu. Aku menghela nafas kasar. Ku senderkan kepalaku pada rak buku sambil menutul mata.

***

Aku mengerjap ketika ada sinar matahari menerpa wajahku. Aku mengernyitkan dahi. Di depanku sudah ada pria yang tak kukenal, ia sedang menopang dagu sambil membaca buku dengan mimik serius.

Aku baru teringat, bahwa aku terakhir tak sadar tertidur menyandar di rak buku. Aku menatap sekitar, ternyata perpustakaan mulai sepi. Hanya ada kami berdua dan para petugas perpus.

Apakah aku mimpi?? Setelah mencubit lenganku dan terasa sakit, ternyata ini bukan mimpi. Lantas bagaimana aku berpindah tidur jadi di meja??? Aku menatap heran sosok didepanku.

"Eh kok gue bisa tidur disini ya?" Aku bertanya kepada pria didepanku.

Ia masih fokus pada bukunya, lalu menatapku sebentar. "Tadi kamu tidurnya nyenyak sekali, saya tidak tega membangunkan." Ujarnya.

Ia tersenyum tipis, bahkan aku sampai tak melihatnya.Bahasanya sangat formal. Raut wajahnya dingin, dan rahang nya tegas. Alisnya hitam dengan warna iris mata kecoklatan, bahkan ia hampir mirip seperti Rangga. Aku mengeleng-gelengkan kepala pelan, segera menepis fakta yang terakhir.

"Jadi kamu yang pindahan saya kesini? Saya diseret gitu?" Aku mencoba menanyakan kepadanya dengan bahasa formal juga.

Ya, aku juga cukup tahu sopan santun, apalagi terhadap orang yang aku belum kukenal. Aku menautkan alis heran. Pria yang ku ajak ngomong ini malah mengabaikanku sambil terus menatap buku yang dibacanya. Seakan barisan semut itu terlihat lebih menarik daripada wajah cantikku.

Apa? Cantik? Kau terlalu sombong untuk dirimu sendiri Kay!

Ia masih diam sambil terus membaca seolah tak memperdulikanku.

Aku hanya tak habis pikir, aku diseret hanya karena aku tidur sembarangan. Aku tak bisa membayangkan , apalagi yang menyeretku pria didepanku ini. Aku menatapnya bingung seolah menunggu jawaban darinya.

"Mana saya tega seret kamu." Aku hanya menatapnya heran. Lah terus bagaimana aku bisa berpindah posisi? Masa aku berjalan sendiri, yakan itu impossible banget.

Entah dia atau bukan yang memindahkanku, sepertinya aku harus berterima kasih pada pria ini.

Aku tersenyum ke arahnya. Ia membalas senyumku singkat sambil menutup bukunya hendak beranjak dari tempat duduknya.

Aku masih terbengong membayangkan diriku berjalan sendiri saat tidur. Mamaku bilang waktu kecil aku selalu tertidur sambil berjalan.

Sampai aku tak sadar, pria didepanku kini sudah melangkah pergi. Aku bahkan belum berterimakasih padanya. Lalu aku melangkah pergi menyusul pria itu. Beribu pertanyaan masih bermunculan diotakku.

Dia Siapa? Sepertinya aku masih ingin bertanya banyak padanya. Ya sedikit perkenalan tak apa lah.

Tbc.

Jangan lupa vote & commen selalu!!

👇

JANUARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang