"Iya ma sebentar"
Cuaca pagi ini tidak cukup mendukung. Awan gelap yang diiringi gemricik air menyapa Kota Jogja pagi ini.
Abian bangkit dari tempat tidurnya hendak menuju kamar mandi untuk membersihkan mukanya. Ia menatap bayangannya dipantulan cermin.
Wajah tampannya sedikit lebih cerah dari hari biasannya. Abian tersenyum bahagia. Ia pun kembali membasuh mukanya berulang-ulang dengan cepat. Ia segera menepis bayang-bayang yang mengusiknya belakangan ini.
Setelah sehabis mandi, Abian langsung berjalan menuruni anak tangga menuju meja makan.
"Moning abang" Sapa gadis kecil yang masih berusia sekitar 5 tahun. Ia menampilkan senyumnya yang sangat menggemaskan, membuat siapa saja orang yang melihatnya ingin mencubit pipi gembulnya.
"Morning too adek abang yang paling cantik" Ucap Abian membalas gadis kecil yang berstatus sebagai adiknya ini. Ia mengusap rambut Alya gemas lalu mencupit pipi gembulnya.
"Abang udah minum obatnya?" Kali ini mamanya yang bertanya. Wanita paruh baya itu memasang ekspresi heran kepada anak laki-lakinya satu ini. Wajah anaknya terlihat lebih mengenakkan dari hari-hari sebelumnya.
Abian yang terkenal tak ekspreksif pagi ini terlihat sedikit lebih baik. Ia mengganguk mengiyakan pertanyaan mamanya.
Setelah berpamitan kepada mama dan adiknya, Abian langsung menuju motor kesayangannya untuk pergi ke sekolah. Jangan tanya dimana sosok panutan yang harusnya ia anut seperti sebagian anak-anak pada umumnya.
Pria yang sejak dulu ia tanyakan kepada mamanya hilang bak ditelan bumi. Bahkan sejak ia duduk di bangku sekolah dasar sekalipun, sosok papanya tak pernah hadir dalam hidupnya.
Ibunya lah yang selalu membesarkan hatinya selama ini.
"Ma papa mana? Abi mau berangkat bareng papa" Ujar anak yang baru menduduki kelas empat sekolah dasar.
Ia sosok anak laki-laki yang tidak manja, Abian kecil adalah anak yang periang dan aktif. Ia bahkan terkenal jahil terhadap teman-teman sebayanya.
"Abi berangkatnya sama kayla aja. Itu kasian udah nunggu dari tadi. Ayoo" Ujar mamanya mengalihkan topik penbicaraan.
Setiap anaknya bertanya dimana sosok papanya, ibunya hanya bisa tersenyum kecil. Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Anakanya harus tetap tumbuh tanpa adanya sosok laki-laki itu.
"Yaudah Abi berangkat dulu ya ma, dadah mama dada adek Alya. Abang berangkat dulu, Assalamualaikum" Abian kecil itu berlari dari teras rumahnya menghampiri sahabat sekaligus tetangganya itu. Ia berjalan beriringan sambil sesekali bercanda ria.
***
Di waktu yang sama, seorang gadis yang menginjak usia remaja berjalan gontai menuju teras rumah. Di halaman rumahnya sudah siap sebuah mobil hitam lengkap dengan seseorang yang berdiri menyender di kap mobil. Pria dengan baju serba hitam dan tak lupa kacamata hitam yang senantiasa bertengger dihidungnya.
"Pak Ramli narsis deh pake kacamata segala" Pak Ramli yang tak lain berprofesi sebagai sopir pribadi dirumah kakeknya itu hanya tersenyum lebar.
"Hahahah gak papa lah non, biar Pak Ramli kelihatan sedikit lebih muda" Ucapan Pak Ramli hanya dibalas sedikit kikikkan dari Kayla. Kayla pun langsung membuka pintu mobil tak memperdulikan soprinya yang masih narsis itu.
Diperjalanan Kayla hanya menatap sendu jalanan Kota Jogja pagi ini. Sedikit gemricik air turun dari langit mengusik pandanganya.
Tak lama mobil Kayla memasuki area sekolah. Ia dengan cepat membuka pintu mobil, jam ditangganya sudah menunjukkan pukul 06.55. Lima menit lagi menuju bel. Ia bahkan sudah telat mengikuti pembiasaan disekolahnya.
SMA Trisatya, tempat Kayla bersekolah ini selalu mengadakan kuliah tujuh menit atau disebut kultum bagi siswa yang beragama muslim setiap paginya.
Kayla berjalan tergesa-gesa menuju ruang kelasnya. Ia bahkan tak memperhatikan jalan yang dilaluinya.
Brukk
"Aduhh"
Tubuh Kayla terhuyung kebelakang.
Ia menatap seseorang yang tak sengaja ditubruknya itu. "Heh alien kalo jalan liat-liat dong" Bentak Kayla kepada seseorang tersebut yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, Alvaro."Enak aja, lo harusnya yang jalannya pake mata. Siapa yang ditabrak siapa yang marah. Huu aneh" Timpal Alvaro yang juga terpancing emosinya.
"Eh dimana-mana jalan tu ya pake kaki bego" Ucap Kayla menyanggah omongan Alvaro.
Alvaro berdecak pelan. Sepertinya sedikit praktek debat tak apalah. Pikirnya. "Ya mata sama kakinya diajak kerjasama dong, biar gak asal main tubruk-tubruk aja"
"Heh emang tubuh gue kantor bisnis apa?!? kerjasama kerjasama apaan!" Ujar Kayla sambil mengusap-usap roknya yang terkena debu di lantai.
Jarum jam tetap bergerak, tak mempedulikan dua manusia yang sedang beradu mulut tersebut. Alavaro yang tersadar jam ditangganya sudah menunjukkan pukul 06.57 pun segera menyudahi aksi adu mulutnya.
"Yaudah gue minta maaf deh biar cepet, lo telat kultum juga kan?" Ucap Alvaro yang akirnya mengalah.
Kayla mengganguk pelan. Semangatnya pagi ini pupus. Sudah telat, masuk kelas pasti dibrondong banyak pertanyaan oleh Sabrina. Ditambah tugas yang masih belum ia selesaikan. huh
Alvaro tau jika saat ini ia salah mencari lawan debatnya. Kayla kok dilawan. Tak mau ambil pusing Alvaro menajak Kayla pergi dari koridor ruang guru yang tadi sebagai tempat berdebatnya. Bisa ruyem urusannya bila suara toa Kayla terdengar sampai kantor guru.
Kayla yang kaget tangganya ditarik Alvaro hanya bisa pasrah. Toh, disini dirinya juga salah. Tak sepantasnya ia tadi marah marah kepada Alvaro sampai seperti itu. Mungkin ini efek mood swing sehingga ia belum bisa mengendalikan emosinya pagi ini.
Disi lain seseorang memperhatikan tingkah mereka berdua dari arah lain. Sosok bertubuh jakung itu tersenyum menampilkan sedikit smirk di bibirnya. Lagi-lagi ia dibuat tersenyum karena tingkah ceroboh gadis kecilnya yang masih tak berubah itu.
Tbc
Jangan lupa follow akun aku ya spaceorchid
Jangan lupa juga vomentt selalu🤗👇