[5]

30 4 1
                                    

Author's POV

Sudah genap dua pekan Kayla bersekolah disekolah barunya. Ia masih memilih bergelung didalam selimut tebalnya, hari ini ia bebas melakukan apapun karena weekend.

Kayla membuka ganggang pintu kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Tidak ada yang agenda yang ingin ia lakukan di hari libur seperti ini. Mungkin ia nanti akan jalan-jalan sebentar ke minimarket hanya akan membeli beberapa cemilan untuk persediaan.

Setelah melaksanakan sholat, Kayla kembali meraih selimutnya menutupi seluruh tubuhnya. Hawa diluar masih dingin sampai merasuki ketulang-tulang.

Kayla membuka ponsel yang masih tergeletak diatas nakasnya, menampilkan banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal.

Kayla mengerutkan dahinya, siapa yang pagi-pagi buta sudah menelpolnya. "Ah mungkin Alvaro, aku kan belum menyimpan nomornya" Batinnya.

+6285765837xxx is calling...📞

Lagi-lagi ponselnya berbunyi. Kayla menekan logo hijau, menerima panggilan tersebut. Kayla masih malas untuk membuka suara terlebih dahulu. Ia menunggu suara dari orang yang menelponnya sepagi ini.

"Halo?" Kayla memutuskan untuk membuka percakapan dahulu. Tidak ada sahutan dari sana, ia masih menunggu suara dari balik ponselnya.

"Kay?"

Sontak ponselnya terlepas begitu saja dari genggamannya. Kayla duduk mematung. Ia masih terkejut. Ia mencoba memastikan bahwa suara itu bukan suara orang yang belakangan ini tak ia harapkan.

"Hallo kay? Ini rangga. Kamu masih disitu?"

Kayla langsung mematikan sambungan telepon sepihak. Ia masih menatap layar ponselnya tak percaya.

Dalam hatinya ia berusaha untuk tidak percaya, tapi faktanya suara dari telepon itu benar-benar suara Rangga.

Ia bahkan masih paham nada bicaranya. Ia menatap ponselnya nanar. Seakan enggan melupakan, tapi hal tersebut masih terus menerus memenuhi isi pikiran Kayla.

***

Kayla berjalan turun ke meja makan. Disana sudah tersedia berbagai makanan. Ada rendang, pecel, dan tak lupa makanan favoritnya gudeg.

Sepertinya asisten rumah di rumah kakeknya memang keturunan Jogja asli, buktinya masakkan gudegnya sangat lezat. Bahkan Kayla bisa saja menghabiskan tiga porsi sekaligus dalam sekali makan.

Dirumah kakeknya hanya ada dirinya, kakek dan satu asisten rumah tangga. Kakek Kayla hanya memiliki dua orang anak, mamanya dan Om Feri. Kakek memilih tinggal disini sendirian karena tidak mau merepotkan anak-anaknya.

Kayla adalah cucu pertama, berhubung ia adalah cucu perempuan satu-satunya, kakeknya menjadikannya bak putri yang selalu dituruti semua keinginannya. Cucu kesayangan.

Setelah usai makan, Kayla berpamitan kepada kakeknya hendak keluar untuk membeli beberapa cemilan di minimarket.

Ia berjalan pelan dan membiarkan rambutnya tergerai di terbangkan oleh angin. Sambil berjalan tangannya ia hempas-hempaskan ke udara. Sungguh asri udara Jogja pagi ini.

Setelah sampai di minimarket, Kayla memastikan penglihatannya yang menangkap sosok yang ia ketahui belakangan ini. Ia menyipitkan matanya memastikan lagi.

JANUARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang