Sudah lama Alexa tidak ke kelab malam. Dan malam ini dia datang untuk melupakan sejenak kegundahan hatinya. Suara bising yang terdengar akibat ingar-bingar musik atau pun suara manusia ia hiraukan. Ia hanya fokus pada minuman di tangannya. Entah sudah berapa banyak minuman yang sudah ia tenggak untuk mengobati rasa sakit yang ia derita. Berharap dengan minuman ini ia bisa melupakan segala sesuatu yang membuat ia sakit.
"Aku benci Arga!!! Aku benci Tania!!! Orang kayak mereka enggak pantas bahagia!!!" monolog Alexa. Ia kembali menuang minuman ke dalam gelas. Ia menggelengkan kepala beberapa saat sebelum kembali menenggak satu gelas lagi. Kepalanya mulai pening, namun ia menikmati sensasi yang ia rasakan.
Seorang pria berjaket hitam menghampiri Alexa. Pria tampan bertubuh tegap proporsional itu duduk di sebelah Alexa. Ia menatap Alexa lekat sebelum menyeringai.
"Sendirian?" tanya pria itu.
Alexa menatap pria tampan di sebelahnya. Alexa mengangguk. "Iya, sendiri. Heheh." Padahal bisa saja pria itu sedang tidak berbicara dengannya. Tetapi, Alexa menjawabnya dengan lancar. Untung saja pria itu memang berbicara dengannya. Jika tidak, bukankah itu sangat memalukan?
Senyum pria itu semakin lebar. Alexa akui ketampanan pria itu bertambah berkali-kali lipat saat tersenyum.
"Jangan senyum gitu dong, gantengnya nambah. Kalo aku khilaf gimana?" ucap Alexa dengan nada genit. Alexa sama sekali tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan.
"Khilaf gimana?" tanya pria berhidung mancung itu dengan dahi mengernyit.
"Khilaf nyium kamu mungkin." Alexa kembali terkekeh.
"Mau nyoba?" Pria itu menatap Alexa seolah menantang.
"Enggak ah. Nanti setelah ciuman kamu ninggalin aku kayak yang dulu." ucap Alexa cemberut, apalagi saat bayangan Tania dan Arga yang sedang menertawakan dirinya terlintas di otak. Alexa menggelengkan kepala, mencoba mengusir bayangan pasangan terkampret itu. "Semua orang jahat. Pengkhianat!"
Pria itu semakin merapatkan duduknya ke arah Alexa. Ia tertarik mendengar cerita Alexa. Mungkin juga karena ada alasan lain.
"Memangnya siapa yang udah khianati kamu?"
Alexa tertawa. "Kamu enggak perlu tahu kalau Tania sahabat aku dan Arga tunangan aku yang udah khianati aku."
"Katanya saya enggak perlu tahu, tapi kamu baru saja mengatakan nama orangnya."
"Kapan aku kasih tahu kamu?"
"Baru aja."
Alexa mengangguk-angguk. "Oh... Mau minum?" tawarnya pada pria di sebelahnya.
Pria itu belum menjawab, tetapi Alexa sudah menenggak minuman yang ia tawarkan. Niat ngasih enggak sih?
"Gue jelek ya? Gue kurang cantik ya?" Setelah hening beberapa saat, Alexa kembali bersuara.
"Kamu cantik kok." ucap pria di sebelahnya.
"Bohong!" tugas Alexa. "Kalo aku cantik enggak mungkin tunangan aku ninggalin aku dan memilih menikah dengan sahabatku."
"Mungkin service-an kamu yang kurang baik."
"Service apa? Service motor?" tanya Alexa tidak mengerti.
Dia polos atau gimana, sih?
"Contoh kecilnya, ya seperti, ciuman. Mungkin kamu lemah di bidang seperti itu."
"Aku? Lemah? Aku hebat kok dalam berciuman! Jangankan berciuman lebih dari itu aku juga hebat. Aku udah terlatih."
"Masa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Possessive Ex {TAMAT}
ChickLitRomantic Comedy Demi mimpinya menjadi perancang busana hebat, Alexa pergi ke Paris untuk belajar selama satu tahun. Ia berpesan kepada Tania, sahabatnya, untuk mengawasi Arga, tunangannya. Siapa sangka saat Alexa pulang, ia dikejutkan dengan kabar...