Alexa baru selesai mandi. Ia masih memakai bathrobe dan duduk di depan meja rias. Tangannya memegang ponsel yang menempel di telinga. Saat ini, Alexa sedang bertelepon dengan Sandra, kakaknya yang merupakan istri dari Reno, sepupu Arga.
"Kamu belum tahu apa alesan Arga sama Tania menikah?" Alexa berkata sembari memasukkan jari telunjuknya ke dalam lubang hidung sebelah kanan. Benar, Alexa sedang mengupil.
"Aku udah coba ngorek informasi dari berbagai sumber. Udah nyoba nyelidikin juga. Tapi, belum nemuin titik terang."
"Kamu udah coba nanya sama tante Raya?" tanya Alexa sembari menempelkan upil di ujung meja.
Tante Raya adalah ibu Reno yang merupakan adik dari tante Seina, ibu Arga.
"Jangan kan mami Raya. Aku juga udah nanya langsung ke tante Seina. Dia bilang dia juga kurang tahu apa alesan mereka menikah. Kamu tahu kan, gimana sikap kedua orang tua Arga? Mereka selalu saja setuju dengan apa pun keputusan Arga tanpa banyak tanya. Yang penting anak satu-satunya itu bahagia."
Sia-sia Alexa memberikan tas zara limited edition miliknya kepada Sandra agar mau menjadi mata-mata. Toh, kakaknya yang super duper matre itu tidak menemukan hasil apa pun.
"Ya, gimana dong? Aku penasaran banget, sumpah! Apa penyebab mereka tega khianati aku kayak gitu."
"Yang sabar. Aku tau ini berat buat kamu. Tapi, coba kamu pikirin lagi. Sebelum ini kamu pernah berantem sama Arga?"
"Enggak pernah sama sekali!" jawab Alexa tegas. "Selama ini hubunganku dengan Arga baik-baik aja. Tapi, memang ada yang aneh sama Arga sejak aku pergi ke Paris. Dia sama sekali enggak pernah balas surat yang aku kirim. Padahal, aku ngirim dia surat sekali seminggu selama satu tahun penuh. Tania juga sama. Dia cuma balas email aku pas awal-awal doang. Makin lama dia sama sekali enggak pernah bales lagi. Aneh, kan?"
Sandra terdengar bergumam di seberang sana.
"Aku akan coba selidiki lebih detail lagi. Tapi, sepatu kamu yang kamu beli dari Italia itu masih bagus, kan?"
Alexa tahu apa maksud dari pertanyaan Sandra itu.
"Iya, masih bagus. Bagus banget malah. Pokoknya kalau kamu ngasih info yang bagus. Aku kasih itu juga."
"Ok! Siap! Udah dulu ya. Aku mau keluar sama mas Reno."
"Ok! Semangat nyari infonya."
Alexa mematikan sambungan telepon. Sekali lagi, ia menghela berat. Saat ia hendak berdiri, seseorang menekan bel apartemen.
Kening Alexa mengernyit. Siapa yang bertamu malam-malam begini?
Alexa berjalan tanpa semangat. Ia membukakan pintu untuk orang itu. Rasanya Alexa ingin menghilang saja saat ini. Serius! Ia belum siap untuk bertemu Bara.
"Fried Chicken super pedas kesukaan kamu sudah sampai." ucap Bara sembari mengangkat sebuah plastik berlogo restoran cepat saji ke hadapan Alexa.
"Perasaan aku enggak ada pesan." ucap Alexa menatap Bara malas.
"Memang. Kan, yang pesan aku." Setelah mengucapkan itu, Bara langsung memasuki apartemen Alexa, padahal wanita itu belum mempersilahkan.
Dengan seenak jidatnya, Bara mengambil piring dan langsung menata makanan di atas meja makan. Sepertinya Bara sudah menganggap apartemen milik Alexa ini sebagai apartemen miliknya sendiri.
"Ganti baju dulu sebelum makan. Tapi, kalau kamu mau kayak gitu buat makan, enggak pa-pa. Terserah kamu. Aku sih fine-fine aja. Tapi takutnya, aku enggak tahan. Dan, malah makan kamu." ucap Bara sembari menatap Alexa naik turun dengan tatapan yang jelas mesum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Possessive Ex {TAMAT}
ChickLitRomantic Comedy Demi mimpinya menjadi perancang busana hebat, Alexa pergi ke Paris untuk belajar selama satu tahun. Ia berpesan kepada Tania, sahabatnya, untuk mengawasi Arga, tunangannya. Siapa sangka saat Alexa pulang, ia dikejutkan dengan kabar...