Life Sheet

162 14 5
                                    

Suara ketukan dari balik pintu itu terdengar jelas, sedari tadi Freya tak ingin keluar dari kamarnya. Dia sudah lelah dengan alur kehidupannya yang begitu rumit, perlahan kehidupannya berubah, semua yang dia miliki kini hilang satu persatu.

"Fre, gua mohon dengerin gua sebentar. Harusnya lu paham sama kondisi papa buat sekarang" ucap Oliv kakaknya. Sedari tadi Oliv berdiam didepan pintu, tapi nihil semua usahannya tak ada jawaban dari Freya.

"Gua mohon buat saat ini Fre, ngertiin Papa. Gua tau ini berat buat lu, sama gua juga ngrasain apa yang lu rasain, tapi ini demi kebahagiaan Papa. Dengan cara lu diam kaya gini malah bikin Mama sedih disana" ucap Oliv yang masih berdiri didepan pintu.

Keheningan terjadi diantara mereka berdua, hingga suara pintu yang perlahan terbuka, dan memperlihatkan Freya yang tengah berdiri dengan penampilan kusutnya

"Gua yakin lu bakal buka pintu, please, i just want this from you" ucap Oliv memandang Freya lekat, sejenak Freya terdiam dam mengangguk kearah Oliv.

"Thank you very much Fre, emm yaudah sekarang lu ganti baju sana. Gua mau lu terlihat yang paling cantik diacara itu" ucap Oliv lagi. Freya mengangguk yang menandakan iya.


Setelah memastikan kakaknya benar-benar pergi Freya kembali menutup pintu kamarnya pelan, rasanya terlalu berat melakukan ini, tapi dia tidak boleh egois untuk ini semua. Papanya juga membutuhkan kebahagiaan.

Freya melangkah mendekati gaun merah marun yang ada diatas kasurnya itu, air matanya kembali menetes saat mengingat kenangan bersama Mamanya dulu.

"Mama, Freya minta maaf, Freya belum bisa tepatin janji Freya. Tapi setelah ini Freya janji, Freya nggak bakal nangis buat sesusatu yang nggak penting" ucap Freya dan mengusap air matanya kasar. Freya mengambil baju yang ada diatas kasurnya itu, penampilan malam ini berbeda, hanya dengan bedak tipis dan sedikit liptint dibibirnya. Mahkota permata dengan rambut yang dibiarkan tergerai membuat penampilannya lebih elegan.


Suasana rumah benar-benar berbeda, setiap sudut ruangan terlihat orang yang sedang asik bercanda gurau dan menikmati hidangan yang ada, pandangan Freya beralih pada seseorang yang mengenakan jas hitam dengan wanita yang ada disebelahnya.

"Freya, sini!" ucap oliv melambai ke arah Freya. Freya mengangguk dengan memperlihatkan senyum fakenya. "gua yakin lu bakal turun" ucap oliv lagi.

Pernikahan itu terjadi, berat bagi Freya menerima ini semua dia terlalu menyayangi mamanya hingga dia belum siap untuk membuat lembaran baru dengan mama tirinya. freya tersenyum singkat kearah papanya "secepat ini papa lupain mama" batin Freya.


Hello guys, so maaf buat the firstnya masih pendek, jadi? suka nggak? jangan lupa vote! Jangan lupa coment juga! Anyway, cerita ini mungkin sedikit aneh, terutama jalan ceritanya nanti, banyak typo bertebaran juga, maybe?

See you next update!


Delusion of The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang