Meet Up

63 10 1
                                        

Rembulan malam mulai tergantikan oleh mentari fajar, semalaman Freya tak memejamkan matanya, pikirannya terbang entah kemana, yang dia tau pandangannya kosong dan dia hanya menatap langit-langit kamarnya. Hari ini adalah hari minggu, hari yang sangat dia tunggu-tunggu, karena pada hari ini dia selalu mengadakan makan pagi out door dan bertukar cerita dengan keluarganya, sayang itu semua dulu sebelum dia harus benar-benar melupakannya sekarang.

"Fre, sarapan dulu sayang" ucap seseorang dari balik pintu kamarnya.

Freya mengenal jelas suara itu, suara yang tak pernah dia harapkan untuk hadir diantara keluarganya, suara seseorang yang berhasil merebut seluruh kebahagiaan Freya.

"Biar Oliv aja ma" ucap Oliv

"Mama bingung, kenapa Freya belum bisa menerima mama" ucapnya, Oliv tersenyum kearah wanita itu "Waktu bakal merubah semua ini ma, mama yang sabar ya" ucap Oliv dan dijawab mamanya dengan anggukan.

"Fre, Freya ini kakak sayang, kita sarapan yuk, udah ditunggu sama papa dibawah, rencananya hari ini kita bakal out door bareng-bareng" ucap Oliv dengan nada rendah.

"Freya enggak bisa ikut, hari ini ada janji kumpul bareng teman" ucap Freya berbohong.

"Apa keluarga bukan yang lebih penting Fre?"

"Iya, keluarga lebih penting, tapi itu dulu" ucap Freya dan membuat kakaknya terdiam.

"Ya sudah kalau Freya menolak, ayo Oliv" ucap mamanya dan diiyakan oleh Oliv.

"Maafin Freya kak, bukan maksud Freya bikin kak Oliv sakit hati" ucap Freya saat tak mendengar suara Oliv lagi.

Hari ini Freya benar-benar tak ingin menghabiskan waktu liburnya bersama keluarganya dia memilih untuk pergi tanpa ada sesuatu yang membebaninya. "so, I want have fun!". Baju mini dress berwarna pink dengan sepatu converse putih, Freya berjalan melewati keluarganya.

"Fre, mau kemana?" triak Oliv tapi tak ada jawaban darinya.

Freya mengeluarkan mobil Bugatti Chironnya dari dalam garasi, menancap gas mobilnya dan melaju menjauh dari rumahnya.

Bahkan untuk saat ini dia tidak tahu tujuan utamanya, yang dia inginkan dia menemukan kebahagiaan baru di hidupnya. Sudah dua malam terakhir ini dia menghabiskan malamnya disalah satu bar, itu adalah salah satu caranya untuk bahagia, toh sekarang tidak ada lagi yang peduli dengannya.

*

"Hallo anna, lu udah disitu? Ok gua nyusul, iya. See you" ucap Freya dan mematikan sambungan ponselnya.

Anna menghubungi dirinya, ini adalah salah satu kebahagiaan tersendiri bagi Freya, berada diantara bitch dan menikmati beberapa gelas anggur.

"Hay guys, whatsapp!!" sapa Freya saat bertemu dengan teman-teman barnya.

"One glass of beer Freya" ucap teman Freya dan memberikan segelas biru kearahnya.

"Emm, sorry. Gua nggak minum hari ini" ucap Freya menolak

"Aaahh, cemen lu" ucapnya. Freya tersenyum singkat kearahnya, "Gua lagi nggak mood"

"Kenapa lu? Tumben?" tanya Anna dan membuat Freya mengalihkan pandangannya.

"Gua mau coba menghindar dari beginian"

"Ck, gua nggak yakin" ucap Anna dan memberikan segelas biru kearah Freya.

"No, thanks. Gua balik duluan"

Freya berjalan menjauh meninggalkan tempat itu, memang tak biasanya Freya menolak anggur yang diberikan Anna, tapi kali ini berbeda. Dia merasa ada sesuatu yang mencegahnya. Dia memutuskan untuk kembali melajukan mobilnya, Freya benar-benar tak memiliki tujuan untuk saat ini, hingga akhirnya dia memutuskan untuk berhenti disalah satu cafe.

-Union Cafe-

"Ada yang bisa saya bantu?" ucap seorang pelayanan yang membawa buku note dan bolpoin

"Satu chicken bitterballen double chese sama flavoured tea satu" Ucap Freya

"Dua, dua mbak" ucap seseorang yang tiba-tiba datang dan menarik kursi disebelah Freya.

"Baiklah, tunggu sebentar"

"Oke"

Freya terdiam melihat seseorang yang ada disebelahnya itu, cowok yang pernah dia temui disalah satu rooftop sekolahnya.

"Gua pernah bilang bukan? Kalau kita jodoh kita bakal ketemu lagi" ucap cowok tersebut dan sedikit menaikkan alisnya.

"Gua nggak paham sama pola fikir lu" jawab Freya.

"Ck, udah dua kali ketemu gua nggak pernah kenal sama lu"

"Anyway? Lu nggak kenal sama gua dan tiba-tiba lu nylonong dan duduk disebelah gua?" ucap Freya penuh penekanan.

"Sebenarnya gua juga nggak mau duduk disini, but lu bisa lihat kan? Semua tempat penuh" ucap cowok tersebut dan membuat Freya terdiam.

"Gua Raffa, XI IPA 3" ucapnya. Freya tak merespon ucapan lelaki didepannya itu, pandangannya masih saja fokus kearah lain.

"Tangan gua bersih" ucap Raffa dan meniup tangannya. Masih seperti sebelumnya bahkan sepertinya Freya tak ingin menatap lelaki yang saat ini berada didepannya.

"Freya, XI IPS 2" ucap Freya.

"Ck, ternyata lu nggak seburuk yang orang lain kira.

"Maksudnya?" ucap Freya yang kemudian menatapnya lekat.

"Tentang berita lu yang suka nongkrong di bar?" Ujar Raffa.

"Itu cuma tempat pelarian gua" ucap Freya singkat.

"Apa nggak ada tempat lain?"

"Urusin dulu hidup lu" ucap Freya meminum Flavoured tea didepannya.

"Sans, gua cuma nyaranin. Dunia malam nggak baik buat lu"

Freya terdiam mendengar ucapan Raffa barusan, Raffa benar dunia malam begitu licik.

"Kebahagian lu bisa lu dapetin, tapi bukan kaya gini caranya" ucap Raffa yang kembali angkat bicara.

"Bokap gua aja nggak peduli sama hidup gua, kenapa lu yang ribet si?"

"Bukan bokap lu yang nggak peduli, tapi bokap lu punya cara tersendiri buat hidup lu" ucap Raffa dan membuat Freya semakin kesal.

"Gua bingung sama lu, tau dari mana lu tentang hidup gua?" ucap Freya yang semakin mengangkat nada bicaranya.

"Instinct yang kuat Fre, sorry gua lancang. Gua duluan ya" ucap Raffa dan pergi meninggalkan tempat itu setelah menghabiskan makanannya.

Freya terdiam mencerna perkataan Raffa barusan, baru saat ini dia berani berbicara panjang dengan cowok lain selain dengan Ezra, Ezra, bagaimana jika dia tahu tentang pola hidup Freya sekarang? Dia pasti akan murka.

Hallooo, welcome back my new update, jadii maaf kalau gua update nggak bisa langsung banyak, ya because any reason. So see you next update. Don't forget for vote and coment❤

Delusion of The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang