Dada yang sakit aku tepuk kuat
Ada mutiara jernih yang mengalir
Lalu aku himpunkan ia bersama mutiara jernih lainnya
Melihat pantulan pada mutiara
Garisan lurus itu melengkung.Aku berteleku sendirian
Sehingga angin datang menyapa;
Mengapa selalu sendiri?
Isyarat mata menjadi landasan
Angin pergi membawa diri
Seolah memahami kehendak hati.Aku terbaring kelemasan
Sehingga air datang menyelubungi
Lalu ia membuat pesan;
Tenanglah wahai perwira
Tubuhku kejung tidak bermaya
Jemariku terkulai layu.Aku amati bisikan tanah
Yang meratapi nasib malang;
Mengapa nasibmu sebegini rupa?
Nafasku disedut lohong hitam
Mutiara jernih mengalir lagi
Mengapa manusia tidak seperti ini?Aku celikkan mata
Mata merayap memandang sekeliling
Masih sama dan tetap sama
Rupanya tadi hanya aku
Hanya aku sendirian
Tetapi mengapa
Segalanya terasa nyata?