4. My Heart Hurts

2.2K 238 9
                                    


















🍂Happy Reading🍂


















Lisa menangis, di tengah indahnya daun-daun jatuh berguguran. Kalau tahu semuanya akan jadi seperti ini, maka Lisa lebih memilih menurut pada Hyekyo untuk tetap tinggal di rumah.

Dunia memang takkan pernah bisa ditebak. Bahkan kemarin mereka baru berbaikan. Mereka saling memaafkan dan berjanji. Tapi sekarang, itu berbanding terbalik. Mungkin Lisa perlu mencatatnya, mengabadikan dalam sebuah memo, tentang hari ini, hari dimana seorang Oh Sehun melanggar janjinya.

Jika Lisa memiliki cukup keberanian, sepertinya ia sudah berteriak lantang di hadapan Sehun. Ia akan mencaci-maki dan menampar pipi sang kekasih yang brengsek itu. Lisa ingin menyerukan bagaimana perasaannya saat Sehun bertindak kasar, serta sakit hatinya ketika Sehun membela Jisoo.

"Selama ini, kupikir aku sudah sangat mengerti. Tapi ternyata, bagimu itu belum cukup, Oppa." Lisa terkekeh, mengejek dirinya sendiri. "Apa aku masih kurang sabar?"

Lisa menggenggam erat stir mobilnya, seolah melampiaskan emosi yang bergerumul di dalam dada. Ini tampak beresiko sebenarnya. Lisa mengemudi, dengan suasana hati yang jauh dari kata baik-baik saja. Namun mau bagaimana lagi?

Mungkin ini adalah karma yang pantas ia dapatkan. Lisa terlalu banyak mengganggu, dan tidak mendengarkan ucapan sang bibi. Termasuk untuk tidak pergi berkencan.

Gadis itu bahkan sampai enggan mengarahkan mobil ke rumahnya. Ia malu. Hyekyo pasti akan menertawakannya, karena penuturan Hyekyo tadi pagi benar.

Sudah jelas. Lisa tentu langsung berlari ke kamar, jika ia pulang sekarang.

Dan pada akhirnya, di sinilah Lisa berada. Perempuan berponi tersebut memutuskan untuk pergi ke butiknya. Ia mempunyai seorang sahabat yang bekerja di tempat ini. Mungkin Lisa akan meminta pertolongannya.

Ia buru-buru turun dari mobil. Melangkah masuk ke dalam butik, yang sontak mendapat sambutan hangat dari para karyawan. Mereka cukup terkejut rupanya, sebab Lisa jarang sekali berkunjung.

Tetapi Lisa masa bodoh. Perasaannya sedang bercampur aduk. Senyum ramah yang biasa terpatri di wajahnya, harus menghilang dulu. Digantikan dengan raut kesedihan, yang benar-benar tidak ramah.

"Rose!"

Yang dipanggil menoleh. Gadis itu padahal sedang memegang katalog baju yang dimintai seorang pelanggan. Namun ketika melihat keadaan Lisa, ia lantas memberikan buku tersebut pada temannya. Menyuruh untuk mengambil alih.

Setelah itu, Rose langsung berjalan ke arah Lisa. Ia meneliti, dan mendapati sudut mata sang sahabat yang basah. "Ada apa, hm? Apa yang membuatmu menangis?" tanya gadis itu lembut.

Lisa sontak memeluknya. Ya, mereka memang sangat dekat. Seperti tak ada benteng antara atasan-bawahan sama sekali. Bagi Lisa, Rose adalah kakaknya. Rose selalu ada untuk Lisa, bersedia menjadi sandaran, juga setia mendengarkan keluh kesahnya.

Rose menepuk-nepuk punggung Lisa. Kemudian ia mengelusnya, memberi sedikit ketenangan. Dan, Lisa yang tadinya sesenggukan pun, langsung mereda. Walau masih terisak kecil.

"Kita bicara di luar saja, ya? Di sini banyak orang," ajak Rose sambil merangkul Lisa, menuntunnya ke sebuah bangku panjang di depan butik.

Mereka lantas duduk di sana. Rose mengimbuhkan Lisa sedikit waktu, untuk meneduhkan hati. Tak lupa pula dengan menyisipkan satu-dua kata, agar Lisa bisa berhenti menangis.

Lonely Love || Hunlice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang