04. Dare

2.4K 246 71
                                    

Raerin membuka kedua matanya kala suara desingan mobil terdengar dari depan rumahnya. Gadis itu menyibak selimut lalu mengintip keluar jendela. Begitu mobil Taehyung terparkir di depan rumah, Raerin segera keluar dan menghampirinya.

Saat Taehyung membuka pintu mobil, pria itu hampir saja terhuyung jatuh. Beruntung Raerin segera menahan tubuh pria itu. Bau alkohol yang menyeruak dari pakaian Taehyung masuk ke indera penciuman Raerin.

'Pria ini mabuk' pikir gadis itu.

“Dasar bodoh. Kau mabuk dan masih bisa menyetir mobil?” gerutu Raerin.

“Aku masih setengah sadar, Raerin-ah. Dan, aku tidak bodoh.” Racau Taehyung.

“Tetap saja itu berbahaya.”

Raerin membantu Taehyung masuk ke dalam rumah. Raerin baringkan tubuh pria itu di atas sofa. Tak lupa Raerin melepas kaos kaki dan sepatu yang melekat di kaki Taehyung. Kini Raerin beralih melonggarkan dasi yang dikenakan pria itu.

“Aku akan membuatkanmu teh hangat.”

Tepat saat Raerin hendak beranjak pergi ke dapur, Taehyung lebih dulu mencekram lengan gadis itu lalu menariknya hingga tubuh Raerin jatuh menimpa tubuh Taehyung.

“Maaf karena aku tidak datang di hari kelulusanmu.” Gumam Taehyung sembari mendekap Raerin. Aroma lavender yang menyeruak keluar dari rambut gadis itu menggelitik hidung Taehyung. Taehyung pun tersenyum karena menyukai aroma sampo yang digunakan gadis itu.

Raerin mencoba melepaskan diri, namun dekapan Taehyung begitu kuat. Beberapa menit berlalu, Taehyung pun membuka matanya lebar-lebar.

“Jam berapa ini?” tanya Taehyung kemudian melepas Raerin dan duduk bersandar di sofa.

“Kau sudah sadar dari mabukmu?”

Taehyung tidak menjawab, lantas memegang keningnya yang berdenyut. Raerin pun bergegas menuju dapur untuk membuat secangkir teh. Begitu Raerin menuju ruang tamu, Taehyung sedang melepas kemejanya. Buru-buru Raerin membalikkan tubuhnya karena Taehyung sedang berganti pakaian.

Beberapa saat kemudian, Raerin berbalik dan mendapati Taehyung sudah duduk bersantai dengan kaos putih berlengan pendek. Gadis itu menyodorkan Taehyung secangkir teh hangat.

Suasana nampak hening. Taehyung menyesap teh hangat buatan Raerin hingga tandas, lalu Taehyung letakkan cangkir tersebut di atas meja.

“Kau akan ambil jurusan apa di universitas nanti?”

“Aku ingin mengambil jurusan ekonomi.”

“Jadi begitu. Berarti kau akan sejurusan dengan Yoongi.”

“Taehyung-ah..”

“Hmmm.”

“Tahun ini kau sudah mengambil skripsi, bukan?” tanya Raerin penasaran.

“Betul. Sekarang pun aku sedang setengah jalan.”

“Kau tidak repot mengurus skripsi dan perusahaan?”

Taehyung menoleh dan menatap gadis itu. “Jangan khawatirkan aku, tapi khawatirkan tentang kita. Sejujurnya aku sedang gelisah. Meskipun diantara kita sudah saling mengakui perasaan, kita tidak pernah tahu bagaimana ke depannya nanti.”

Raerin meremas ujung piyamanya. Mendadak sekali Taehyung membicarakan tentang hubungannya dengan serius. Hal ini membuat Raerin jadi bungkam.

“Kapan kita bisa melangkah lebih jauh?” tanya pria itu.

Raerin menundukkan wajah. Sejenak menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. “Dalam tiga tahun.”

“Tiga tahun?” sahut Taehyung setengah terkejut. Pria itu melipat tangannya di depan sebelum akhirnya kembali berucap. “Baiklah. Aku bersedia menunggu tidak peduli berapa lama waktu yang kau butuhkan.”

Alis Raerin terangkat begitu Taehyung menyetujui pendapatnya. Kedua sudut bibir gadis itu terangkat. Akan tetapi, Taehyung secara tiba-tiba menoleh dan mendekatkan wajahnya ke arah Raerin, membuat jantung gadis itu berdetak tak karuan. “Ada apa?”

“Tidurlah. Sekarang sudah jam sebelas malam.” Jawab Taehyung disertai senyuman jahil.

Raerin pun secepat kilat bergegas menuju kamarnya.



Siang ini Raerin dan Yeri sudah bertengger di salah satu minimarket daerah Hongdae. Mereka berdua mendapat jatah libur dari bos Yoongi yang baik hati sehingga mereka bisa bersantai-santai hari ini.

Yeri menyeruput kuah ramyeon dengan nikmat, lalu mencomot sosis yang ia panaskan di microwave minimarket.

“Jadi Taehyung sunbae tiba di rumah saat malam hari?”

Raerin mengangguk sembari mulutnya mengunyah makanan ringan.

“Kau tidak tanya padanya kalau dia keluar kota dengan siapa?”

“Buat apa?” Raerin balik bertanya.

“Bisa jadi dia pergi bersama sekretarisnya. Wanita bernama Hana itu.”

Seketika ucapan Yeri membuat pikiran Raerin jadi terusik.

Hana. Cho Hana, sekretaris perusahaan Taehyung.

Raerin mencekram kepalanya. “Tidak. Aku tidak boleh berpikiran negatif.”

“A-aku hanya bercanda. Jangan dibawa serius.” Celoteh Yeri yang masih berkutat dengan semangkuk ramyeon. “Tapi... kau tetap harus waspada, Raerin-ah. Jangan sampai gadis bernama Hana itu melewati batas. Apalagi dia adalah teman Taehyung sunbae di sekolah dasar. Mungkin saja mereka cukup dekat.”

Raerin tertegun. Ucapan Yeri ada benarnya. Tidak ada salahnya jika Raerin mengawasi Taehyung dan Hana.

Tau-tau saja ponsel Yeri bergetar. Ada panggilan dari Jungkook. Yeri segera menjawab panggilan telpon itu dan berbicara dengan suara lembut. Sungguh pemandangan yang menyebalkan di mata Raerin, gadis itu memutar bola matanya mendengar suara lembut Yeri yang terlalu dibuat-buat.

“Apa? Ada salam? Untukku? Oh, untuk Raerin.” Ujar Yeri masih dengan ponsel yang menempel di telinga.

Beberapa menit kemudian, Yeri mengakhiri panggilan.

“Ada salam untukmu.” Ucap Yeri.

Kedua alis Raerin bertaut. “Salam? Dari siapa?”

“Park Jimin.” Jawab Yeri yang diakhiri dengan kekehan. “Sepertinya Jimin sunbae tertarik denganmu.”

“Yang benar saja.” Raerin berkilah dengan wajah kesal.

“Itu menurutku. Buktinya, Jimin sunbae datang saat acara kelulusan kita. Jangan lupakan fakta kalau dia jomblo sampai sekarang. Sudah begitu dia baru saja menitip salam untukmu.”

Raerin menghela napas. “Aku tak ingin memikirkannya. Terserah apa katamu. Cukup Hana yang kini sudah mengusik pikiranku.”

“Tenang. Ada aku yang setia membantumu.” Ujar Yeri dengan kedipan.


To be continued

Yang masih mau cerita ini lanjut angkat tangannya 😆🙌

Diabolic || Kth 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang