6. Apa yang Salah dengan Perempuan Itu?

1.4K 117 67
                                    

Caitlin memasuki kamarnya ketika Adnan sudah pamit pulang karena malam yang semakin larut. Dengan cepat, ia membuka tabnya dan mengirimkan gambar tangkapan layar yang berisi barcode akun Whatsapp Feradnan.

Yang ia tahu, ia bisa back up isi pesannya melalui barcode. Setelah itu, akhirnya ponsel Caitlin menampilkan bar percakapan Whatsapp Adnan. Untung Adnan menggunakan Whatsapp web.

Caitlin menelitik, tak ada satu pun percakapan yang mencurigakan. Mungkin karena sudah Adnan hilangkan, ya?

"Ish, kenapa gue jadi kepo begini, ya?"

Banyak sekali nomor yang tidak dikenal, tetapi sebagian besar dari laki-laki. Hanya ada beberapa pesan dari perempuan dan itupun isinya tentang pekerjaan. Tidak menyenangkan.

Caitlin merebahkan tubuhnya di tempat tidur, malam sudah semakin larut. Ia harus tidur sekarang jika tidak ingin terlambat seperti sebelumnya.

Aku berjalan gontai mengejar bus, hari ini aku terlambat bangun. Jika tidak bisa lebih cepat lagi, dapat dipastikan jika hari ini aku tak diperbolehkan masuk kelas.

Sial. Bus terakhir sudah berangkat. Jika aku menunggu bus selanjutnya, mungkin masih sekitar dua puluh menit lagi. Pangkalam ojek juga kosong, mungkin sedang mengantar penumpang.

Ini artinya, tak ada jalan lain selain jalan kaki. Aku melangkahkan kaki melewati gang yang sedikit sempit karena diapit oleh beberapa rumah.

Aku berjalan tergesa sambil menunduk, tak ingin tersandung.

Sesaat kemudian aku mematung. Tubuhku mengerang, pemandangan di depanku membuat tubuhku mendadak kaku.

Aku bersembunyi di balik tembok dan sedikit mengintip, mobil seorang pria yang tak asing lagi bagiku kini terparkir di pinggir jalan.

Dapat aku lihat dengan jelas, seorang perempuan muda memasuki mobilnya. Sepertinya perempuan itu seorang mahasiswi.

Melihat itu, pikiranku tak karuan. Air mata mulai membasahi pipiku. Aku berlari sekuat tenaga, Menenangkan diri atas sesuatu yang baru saja aku lihat.

Mata Caitlin terbelalak, tubuhnya tiba-tiba duduk dalam keadaan tegak. Keringat bercucuran di pelipisnya.

Dengan tangan gemetar, ia mengambil segelas air yang terletak di atas nakas lalu meneguknya hingga tandas.

Napasnya tersenggal, rasa sesak memenuhi ruang dalam sanubarinya. Setelah sekian lama, mimpi itu kembali lagi.

Caitlin mengambil ponselnya, ia menatap layar benda pipih tersebut. Adnan sudah offline sejak tadi.

Ia kembali membaringkan tubuhnya, berusaha kembali memejamkan matanya. Setelah berbalik kanan-kiri, akhirnya ia berang juga.

Diambilnya satu butir diphenhydramine di dalam laci nakasnya. Jika ia terjaga semalaman suntuk, besok presentasinya bisa-bisa kacau.

Diphenhydramine sendiri merupakan obat yang digunakan untuk meredakan reaksi alergi pada tubuh, seperti mata merah, iritasi, gatal, dan bersin-bersin, serta pilek.

Selain itu, diphenhydramine terkadang digunakan untuk mengatasi insomnia jangka pendek. Caitlin mengonsumsi satu butir obat tersebut. 25-50mg biasanya adalah dosis konsumsi untuk insomnia pada orang dewasa, dengan anjuran Dokter tentunya.

***

"People-pleaser merupakan seseorang yang selalu berusaha menyenangkan orang-orang di sekitarnya, serta memiliki kecenderungan untuk melakukan apapun agar orang-orang di sekitarnya tidak kecewa terhadapnya."

Caitlin menatap audience di hadapannya, mencoba untuk mengkomunikasikan apa yang menjadi pembahasannya hari ini.

"Berbeda dengan people-person, saat ini, istilah people-person diterapkan secara lebih luas kepada setiap orang yang senang berada bersama orang lain dan punya kemampuan tinggi untuk bekerja sama dengan orang lain," ungkap Caitlin.

Caitlin menunjukan power pointnya yang kini tertera pada smart board di hadapannya.

Caitlin menarik napas sejenak, kemudian kembali melanjutkan penjelasannya. "Jika dalam suatu kasus, Anda harus memilih antara menepati janji dengan pasangan atau membantu atasan mengerjakan proposal yang sifatnya mendadak dan darurat, apa yang akan Anda pilih sebagai jawaban?"

Caitlin menekan tombol segitiga yang memiliki puncak di kanan pada remote yang ada di tangannya.

"Pilihan pertama, membatalkan acara dengan pasangan Anda dan membantu atasan. Pilihan kedua, menolak karena takut pasangan kecewa?" Caitlin berjalan ke samping kanan, dengan laser di tangannya, ia menunjuk salah satu bagian yang ada di layar presentasinya.

"Seorang people-person memiliki kecenderungan memilih pilihan pertama. Karena, membuat pilihan dengan mempertimbangkan kepentingan orang lain selain kepentingan diri sendiri."

Caitlin lalu menunjuk gambar di sampingnya. "Sementara itu, pilihan kedua biasanya menjadi pilihan yang diambil people-pleaser. Karena, membuat pilihan atas tekanan untuk menyenangkan seseorang."

Keningnya sedikit berkerut, ia mengingat materi yang akan ia sampaikan selanjutnya. "Dari kedua hal tersebut, seorang people-person biasanya justru membuatnya bagus dalam bekerja sama. Karena, mementingkan kepentingan orang lain dibanding kepentingan pribadi."

Caitlin kembali menarik napas dalam, bicara panjang lebar ternyata mampu membuat tenggorokannya kering.

"People-pleaser selalu mencari pengakuan dari orang lain, mereka takut mengekspresikan diri mereka karena tidak mau dianggap aneh, atau tidak sesuai dengan orang kebanyakan." Caitlin menjeda ucapannya sebelum kembali melanjutkan. "People-pleaser selalu ingin tampil sebagai orang yang rapih, ramah, supel, murah hati, dan ringan tangan dalam membantu, kreatif, menyenangkan, peduli, dan hangat, serta cenderung ingin populer."

Caitlin mengganti slide pada layar presentasinya. "Beberapa hal yang saya sebutkan tadi merupakan pemaparan sederhana terkait perbedaan terkait people-person dan people-pleaser."

Dosen yang sejak tadi memperhatikan akhirnya angkat bicara setelah selesai berkutat dengan kertas absennya. "Silakan mengajukan pertanyaan."

Beberapa orang mengangkat tangan. Salah satunya adalah ayam kampus yang hampir menamparnya di toilet.

"People-pleaser selalu ingin tampil sebagai orang yang rapih, ramah, supel, murah hati, dan ringan tangan dalam membantu, kreatif, menyenangkan, peduli, dan hangat, serta cenderung ingin populer." Wanita itu mengulangi penjelasan Caitlin tadi sambil membaca buku catatannya.

Wanita itu kemudian mendongak dan menatap Caitlin dengan seksama. "Apa Anda termasuk golongan people-pleaser?"

Caitlin mengangkat sebelah alisnya, tetapi sesaat kemudian senyum manis terpatri di wajahnya.

Penta Toxic (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang