9. Meremang Dipanggil Sayang

1.1K 115 70
                                    

"Cait, sebentar lagi jam istirahat aku habis, kamu mau pulang atau ...."

"Tunggu di sini." Caitlin cepat menjawab.

Feradnan mengrutkan kening. "Tapi aku pulang masih lama, kamu gak bakal bosen?" Ia bertanya memastikan.

Dengan cepat Caitlin menggeleng. "Nggak, aku pengen nungguin kamu pulang." Caitlin dengan cepat menyanggah.

"Kalo gitu, aku balik ke ruangan aku dulu, ya." Feradnan beranjak, Caitlin menahan tangannya.

"Semangat kerjanya, Sayang!" Caitlin berbisik.

Tubuh Feradnan meremang dipanggil sayang. Tumben sekali, biasanya gadis ini ogah-ogahan.

Senyum senang tercetak di bibirnya, ia mengusap puncak kepala Caitlin dengan sayang. "Iya, sayang."

Pria itu berjalan menjauh, meninggalkan Caitlin yang kini bersidekap. Ia kembali duduk, pikirannya berpikir tentang perempuan tadi.

Jika Najla bukan selingkuhan Feradnan, mana mungkin ia mencak-mencak sendiri melihat interaksinya dengan Feradnan barusan.

Caitlin membuka ponselnya, ia memanggil Rachel. Gadis di sebrang sana menjawab panggilannya dengan mulut yang seperti penuh dengan makanan.

"Rach," panggilnya.

Rachel bergumam rancu. "Apwa Cawt?" tanyanya.

"Lo masih ngantor?" Tanpa basa-basi, Caitlin langsung to the point.

"Iya, tapi sebentar lagi pulang kayaknya. Soalnya siap-siap buat nanti malem mau ke luar Kota."

Caitlin mengetuk meja, otaknya masih memilih kata apa yang harus ia keluarkan. "Pulang lo ngantor, kita bisa ketemuan?"

Rachel terdiam. Sepertinya, gadis itu masih menimbang ajakan Caitlin. Selang sepuluh detik, akhirnya ia angkat bicara. "Boleh, Cait. Gue bubaran jam dua."

Caitlin dengan cepat mejawab. "Oke, Rach." Ia memilih untuk mengakhiri panggilan dan kembali duduk tenang.

Di bibirnya, terbit seutas senyuman. Entah apa yang tersemat pada pikirannya, yang jelas tujuannya saat ini adalah menyelidiki soal Najla.

Terlebih, keberadaan perempuan itu di Kantor ini. Semua itu, membuat ia kelimpungan sendiri.

Ia hanya harus menunggu sekitar satu jam setengah lagi sebelum Rachel pulang. Bagus sekali, waktu yang tepat untuk menemui Rachel sebelum Feradnan keluar Kantor.

Selama itu, dirinya memilih untuk beranjak dan pergi ke Cafe yang waktu itu sempat ia kunjungi. Bahaya kalau sampai ditegur satpam karena kelamaan berada di ruangan tersebut.

Ia membawa serta mobilnya yang terparkir rapi di basement. Gadis itu memarkirkan mobilnya dan memasuki tempat dengan aroma kopi yang semerbak.

Caitlin memilih tempat yang agak jauh dari tempat duduk lain. Gadis itu ingin menenangkan diri dari kebisingan. Untungnya, masih jam kantor. Jadi tempat ini belum terlalu ramai.

Gadis berbaju volkadot tersebut kini asyik dengan ponsel dan Vanilla Latte yang ada di hadapannya. Ia masih sibuk berselancar di akun sosial medianya, menelitik tentang akun bernama NajlaValency tersebut.

Ia memperhatikan dengan seksama, hingga detail tempat foto-foto tersebut diambil. Ada satu gambar yang mencuri perhatiannya. Yaitu, latar tempat gadis itu berdiri dengan senyum.

Lembang ... tidak salah lagi. Caitlin beralih ke arah bawah, melihat tanggal postingan tersebut. Dengan gerakan cepat, ia mampir ke roomchatnya dengan Feradnan. Mencari tanggal yang sama dengan foto tersebut diposting. Pada hari itu, Feradnan pergi ke Lembang sebelum ia memutuskan untuk menetap di Bandung.

Caitlin mengangkat alis. "Tanggalnya selisih satu hari." Ia hanya dapat bergumam lirih.

Jika foto tersebut diambil pada sore hari, maka sepertinya ia memposting satu hari setelahnya. Ah ya, terbukti dari salah satu komentar yang mengucapkan selamat pagi.

Gadis itu menggigit bibir. Semua jadi tampak masuk akal sekarang. Sisanya, ia hanya harus menunggu Rachel menemuinya satu jam lagi.

Ia memilih untuk memanfaatkan waktunya dengan berkutat pada diktat yang kini ada di tangannya. Dibanding waktunya terbuang dengan percuma.

Kala konsentarsinya mulai terbentuk, Caitlin melupakan barang sejanak persoalan Feradnan dengan suspect selingkuhannya tersebut.

Waktu berselang, konsentrasinya buyar kala ponselnya berdering. Pesan masuk dari Rachel yang mengabari jika dirinya sudah selesai ngantor.

Caitlin membalasnya dan meminta gadis itu menemuinya. Sementara ia mulai merapikan mejanya dan memasukan buku tersebut ke dalam tasnya.

Selang beberapa menit, Rachel terlihat memasuki tempat itu dan mencari keberadaan Caitlin. Setelah dirasa menemukannya, ia berjalan mengampiri temannya itu.

"Well, ada apa lo ngajak gue ketemuan ngedadak gini, Cat?" Gadis itu bertanya pada Caitlin yang kini tengah menyunggingkan senyumnya.

Caitlin lalu mengembuskan napas. "Nggak apa-apa, sih. Gue tadi sekalian mampir ketemu sama Adnan." Caitlin beralibi.

Rachel meringis. "Awh, gue gak percaya." Ia menatap Caitlin menuntut penjelasan.

Caitlin terkekeh. "Lo kenal sama Najla?" Gadis itu langsung mengutarakan maksudnya.

Rachel menggelengkan kepala. "Nggak, siapa, tuh?" Gadis berjas coklat itu bertanya heran.

Caitlin terdiam. Ia tak mungkin salah lihat, yang ia lihat barusan jelas sekali mirip dengan perempuan yang mengirim pesan lewat instagram kepada Feradnan tempo hari lalu.

Melihat diamnya Caitlin, Rachel mengangkat alis. "Emangnya kenapa, Cait?" Ia kini mulai penasaran dengan tujuan teman lamanya itu.

Caitlin berdeham. "Nggak, gue cuma pengen tahu soal dia. Gue kira dia kerja di tempat lo juga."

Rachel kembali memutar otak. "Nggak, ah. Gak ada yang namanya Najla setahu gue." Jawabannya masih sama.

Caitlin mengangguk. "Yaudah." Ia berujar pasrah. "Lo mau pesen apa? Biar gue traktir."

Rachel tersenyum senang, dengan antusias gadis itu memesan minuman. Sedangkan Caitlin yang masih merasa yakin dengan kejadian tadi hanya bisa menggingit bibir dan memutar pikiran.

Apa yang tengah terjadi di belakangnya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penta Toxic (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang