12. Penghianat

299 27 1
                                    

Sesampainya Ajeng dirumahnya. Nampak sudah terparkir sebuah motor ninja berwarna merah didepan halaman rumahnya.

Disana juga sudah ada seseorang yang mungkin sudah menunggunya lama, entah sejak kapan.

Cowok didepannya itu sedang asik memainkan ponselnya, hingga tidak menyadari keberadaan Ajeng yang sudah berdiri dihadapannya.

"Lo udah lama?" Tanya Ajeng yang berhasil membuat cowok tersebut sedikit terlonjak. Cowok didepannya itu nampak terkejut. Namun segera menetralkan wajahnya. Dan kembali menampakan wajah cool nya.

"Baru 5 menit." Jawabnya cuek, matanya kembali beralih menatap layar ponselnya, dan kembali menyibukan dirinya. Entah apa yang dilakukannya. Paling Scroll bulak balik menu layar untuk menghilangkan gabutnya.

Ajeng membulatkan mulutnya membentuk huruf o, kemudian menyikut cowok tersebut. "Jadi gak?" Tanya Ajeng, yang langsung mendapati tatapan bingung dari si cowok.

"Hah? Kemana?" Tanya cowok tersebut, masih mengerutkan dahinya.

"Ck. Katanya mau ke cafe, bego." Ajeng memutar bola matanya malas. Bisa-bisanya, dia melupakannya. Padahal dia sendiri yang memaksa Ajeng untuk menemaninya ke cafe. Dasar pikun.

Lalu si cowo memperhatikan penampilan Ajeng dari atas kepala hingga ujung kaki.
Kemudian sedikit mendekat ke arah Ajeng.

"Jorok lo." Ucap cowo tersebut setelah mengendus bau badan Ajeng.

"Lo gak akan siap-siap emang? Mandi dulu sana, bau lo." Lanjutnya, lalu Ajeng mencium bau badannya, dan benar saja badannya sudah tidak wangi semerbak lagi. Badannya sudah sangat lengket dipenuhi keringat.

"Aduh malu gue, tapi bodo amat deh."

"Bener lo, badan gue udah lengket banget sama keringet. Tapi gak bau anjir, cuman udah gak wangi aja." Ajeng terkekeh.

"Sama aja pea." Cowok tersebut menghadiahi Ajeng dengan sebuah jitakan.

"Sakit anjir pala gue!" Umpat Ajeng.

"Yaudah ah gue mau mandi dulu. Lo tunggu bentar. bye." Lanjut Ajeng kemudian langsung melesat ke dalam rumahnya.

Selesai bersiap-siap, Ajeng dan cowok tersebut langsung berangkat menuju sebuah cafe. Cafe Kopikuno.

Sesampainya di cafe mereka langsung mencari tempat yang kosong, tempat yang biasa mereka duduki ternyata sudah ada yang menempati. Dan keadaan cafe saat ini pun lumayan cukup ramai.

Sepertinya di cafe bagian indoor sudah ada yang mem-booking semua meja, mungkin untuk acara pesta atau semacamnya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari tempat dibagian outdoor, karena hanya tempat itulah yang kini masih tersisa. Tidak terlalu buruk, untuk sekedar ngopi-ngopi santai saja.

"Disitu kosong tuh." Tunjuk Ajeng, mengarah ke meja yang berada dibagian luar sebelah kanan, yang dihadapkan dengan pemandangan jalanan yang cukup ramai, dan sedikit berisik.

"Yaudah kuy, ntar keburu ditempatin orang." Ucap cowok tersebut, dan mereka langsung menghampiri meja tersebut.

Baru saja Ajeng ingin menarik kursi untuk ia duduki, namun secara bersamaan disisi lain ada seseorang juga yang menarik kursinya juga.

"Ajeng?"

"Sella?"

Keduanya kompak saling tatap-menatap satu sama lain. Raut kebingung masih menghiasi wajah Sella. Sedangkan Ajeng sudah menampakan raut ketakutan diwajahnya.

Friendzone? [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang